Taeyong sedikit berlari menuju dorm setelah mendapat laporan bahwa Mark yang tidak keluar dari kamarnya seharian. Taeyong masih ingat saat Mark yang tiba tiba menghilang karena merasa gagal memimpin misinya, dirinya dan Johnny setengah mati mencari dimana keberadaan pria itu.
" Mar-" Taeyong menghentikan ucapannya kala melihat Mark yang tengah duduk tertunduk di tempat tidurnya, kemudian Haechan yang duduk berhadapan dengannya, menggenggam tangan pria itu, setia mengelus telapak tangan Mark dan tersenyum teduh padanya.
Sebaiknya ku biarkan saja mereka.
Ucap Taeyong tersenyum tipis dan memilih untuk pergi dari sana.
" Kau sudah tenang?" Tanya Haechan pada Mark, Mark menelan air ludahnya beberapa kali, menghela nafasnya panjang dan menganggukkan kepalanya pelan.
" Apa yang kau rasakan?" Tanya Haechan lembut, tangannya pun masih setia mengelus lembut tangan Mark. Haechan pun menganggukkan kepalanya kala Mark menatapnya lurus.
" Ra-Rasanya menyesakkan" Ucap Mark menatap Haechan lurus.
" Perutku terasa mual, kepalaku pusing, aku tidak bisa bernafas, tubuhku tidak berhenti bergetar, aku tidak mengerti, rasanya tidak nyaman, aku tidak kuat, aku ingin pulang..." Ucapnya menatap Haechan memohon.
Haechan masih tersenyum teduh, matanya pun sedikit berkaca-kaca mengelus pelan pipi Mark.
" Baiklah... kita pulang... jika kau tidak kuat, tak perlu memaksakan,badan mu juga panas"
Mark merebahkan kepalanya pada pundak Haechan, nafasnya kembali memburu. Haechan pun kembali membawa Mark ke dalam pelukannya.
" Haechan-ah.... Rasanya menyesakkan... rasanya tidak nyaman.... Kerongkongan ku sakit...." Keluh Mark lagi, Haechan hanya bisa mengiyakan ucapan Mark sambil terus mengelus pelan kepala Mark.
" Rasanya benar benar sesak... aku seperti ingin menangis.... Tapi kenapa aku tidak bisa mengeluarkannya... " Ucap Mark lagi. Haechan tersenyum sendu, melonggarkan pelukan mereka, menatap mata Mark yang memerah.
" Apa semenyesakkan itu?" Tanya Haechan lembut dan Mark mengangguk kan kepalanya
" Kau sudah menahan semuanya selama ini kan? Kau tak perlu menahannya lagi, sudah ku bilang kan kau tak perlu kuat di depanku kau tak perlu bersikap tegar padaku." Senyum Haechan.
" Kau tidak sendiri... ada aku disini... jadi jangan biarkan dirimu ini menahannya sendiri hm? Tidakkah kau lelah menjadi pura pura kuat seperti ini. " Ucap Haechan lembut mengusap pipi Mark. Mark pun masih mantap dirinya lurus, hanya tubuhnya kini sedikit tersentak sentak.
" Ini rasanya sakit kan.... Ini juga...." Ucap Haechan mengelus tengah dada Mark kemudian lehernya yang menegang.
" Kau bisa istirahat sekarang... kau tidak perlu lagi menahan semua beban itu.... Biar aku yang menjagamu sekarang hmm?Kau tidak sendiri lagi, kau boleh menangis di depanku tak apa" Senyum Haechan sendu menatap Mark yang menahan isak tangisnya.
" Rasanya tidak nyaman kan? Jangan ditahan rasa sakit itu... kau boleh berteriak jika rasanya benar benar menyesakkan..."
Mark langsung merebahkan kepalanya pada pundak Haechan, memeluk tubuh pria itu dengan kuat, tubuhnya pun tersentak sentak, tapi entah kenapa air mata itu sulit untuk keluar. Dadanya sesak bahkan kerongkongannya terasa perih, Mark ingin berteriak, tapi entah kenapa sulit baginya untuk membuka mulutnya.
"Eung... aku disini... menangislah... aku akan mendengarkan mu" Ucap Haechan sambil mengelus lembut kepala Mark.
~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifetime Mission || Markhyuck
FanfictionMark yang dijulusi sebagai "Senjata Perang" adalah seorang anggota agen rahasia dari FBI yang sangat dingin kaku, mendapat misi seumur hidup yang sulit untuk ia mengerti dan jalani. Namun, karena misi ini, ia bisa belajar, apa itu namanya cinta, pe...