Mark menghela nafasnya panjang. Informasi akan kematian Lee Jeno tunangan Jaemin yang meninggal dunia sedikit mengusiknya. Ia percaya bahwa semua teror ini karena tunangan Jaemin yang ingin membalaskan dendam, tapi jika Jeno sudah meninggal, lantas siapa orang yang mengirimkan itu. Mark memang tidak bisa juga mengabaikan Renjun, terlebih lagi teror akan dirinya itu dimulai semenjak ia bertemu dengan Renjun saat menjemput Haechan saat itu, tapi tetap saja kematian Jeno seolah dibuat buat atau memang sudah direncanakan.
Chup
Mark tersentak ketika merasakan pipinya yang di kecup pelan. Mark tersenyum tipis, menatap Haechan yang tengah menatapnya dengan mata berbinar.
"Ada apa?" Tanya Mark pelan dan Haechan hanya memanyunkan mulutnya.
" Kau tidak sadar tidak keluar dari ruang kerjamu lebih dari 24 jam?Aku kesepian tau" Ucap Haechan pasalnya setelah rapat mereka dengan Lucas, Mark tidak pernah keluar dari ruang kerjanya itu, bahkan ketika jam makan, Mark hanya mengganjal perutnya dengan kopi dan sandwich yang disiapkan oleh Haechan.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Mark menarik Haechan ke dalam pangkuannya dan mengecup pelan kening Haechan.
" Maaf... pikiranku sedang kusut" Ucap Mark dan Haechan hanya tersenyum tipis mengerti Mark yang masih memikirkan Jeno dan teror itu.
" Kalau begitu kau perlu istirahat, aku tau kita tidak bisa bersantai di saat seperti ini, apa lagi ini menyangkut teror, tapi tetap saja, kau harus beristirahat supaya pikiranmu jernih kembali" Ucap Haechan duduk di pangkuan Mark, memeluknya ala koala sambil merebahkan kepalanya nyaman di pundak Mark.
" Istirahat? Tapi aku tidak mengantuk, mataku tidak bisa tidur..." Ucap Mark pelan
Haechan terkekeh dan menatap suaminya itu, sedangkan yang ditatap terlihat bingung karena Haechan yang tertawa.
" Istirahat itu tidak harus tidur sayang.... Kau bisa melakukan banyak hal... meringankan kepalamu dengan melihat dunia luar, misalnya jalan jalan, atau pergi piknik" Jelas Haechan.
" Tapi itu berbahaya... tidak ada yang tau ada yang mengikuti kita nantinya"
" Kalau begitu, aktivitas yang bisa kau lakukan di rumah, menonton, atau memasak, atau hal lain yang kau suka?"
" Aku tidak tau apa yang kusuka dan apa hobiku selain memegang senjata" Ucap Mark dan Haechan menatap Mark kesal sambil mendecak pelan, ia lupa suaminya itu orang yang sangat kaku.
" Kalau begitu apa hal yang membuatmu nyaman? Apapun itu?" Tanya Haechan lagi membantu Mark menemukan aktivitas yang dapat menenangkan pikiran pria itu.
" Ini " Ucap Mark pelan
" Sayaaang... kan sudah ku bilang bukan yang berhubungan dengan pekerjaan."
" Tapi ini tidak berhubungan dengan pekerjaan" Ucap Mark lagi bingung dan Haechan langsung tersadar dan pipinya merona.
" Maksudmu, memelukku? Itu yang membuatmu tenang?" Tanya Haechan dan Mark menganggukkan kepalanya.
" Aigoo kenapa kau sangat menggemaskan hm?" Tanya Haechan sambil mencubit pipi Mark gemas sedangkan Mark hanya menatap Haechan bingung.
" Kemarilah aku punya ide.." Ucap Haechan berdiri dari pangkuan Mark dan menarik tangan Mark untuk keluar dari ruang kerjanya itu.
Mark sedikit bingung, mereka hanya merebahkan tubuh mereka di sofa sambil berpelukan, menatap langit sore dari ruang tengah dan melihatkan pemandangan yang cukup indah, beruntung dinding ruang tengah Mark terbuat dari kaca.
" Kau menatap apa?" Tanya Mark pasalnya sedari tadi Haechan hanya diam dan tampak menikmati pemandangan di depan mereka.
" Tidakkah menurutmu langitnya sangat indah?" Ucap Haechan sambil sedikit mendongakkan kepalanya pasalnya ia yang memunggungi Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifetime Mission || Markhyuck
FanfictionMark yang dijulusi sebagai "Senjata Perang" adalah seorang anggota agen rahasia dari FBI yang sangat dingin kaku, mendapat misi seumur hidup yang sulit untuk ia mengerti dan jalani. Namun, karena misi ini, ia bisa belajar, apa itu namanya cinta, pe...