Hari Sabtu telah tiba, seperti janji keduanya. Arin saat ini telah berada di kediaman keluarga Chandra, Arin saat ini tengah duduk di ruang tamu. Chandra datang membawakan minuman kepada Arin.
"Tante, sama om nggak ada Chan?" tanya Arin.
"Lagi ke minimarket, kenapa?" jawab Chandra.
"Kita rekam nya nunggu tante sama om pulang aja ya!"
"Kenapa?"
"Takut gue," jawab Arin.
"Emang gue Sumanto apa, yang bakal makan lo?" jawab Chandra.
"Ya bukan itu maksud gue!"
"Mama pulangnya masih lama! Udah ayo ke atas!" ajak Chandra.
"Enggak papa nih?"
"Iya, ayo!" Chandra dan Arin kemudian menuju ruang kamar milik Chandra.
Sesampainya di kamar, mereka pun mulai merapikan tempat tidur, dan sofa. Arin juga menyiapkan tripod, ring light, dan juga hand stabilizer.
"Ini mau langsung record aja?" tanya Arin
"Iya langsung aja," jawab Chandra.
"Lo cuma pake boxer anjir," ucap Arin.
"Yaudah record nya setengah badan aja, jangan sama bawah!"
Arin pun menganggukan kepalanya dengan pelan menengok kepada Chandra yang duduk di sofa dekat jendela kamarnya. Arin mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Lo yang bawa hp ya," ucap Arin.
"Oke."
Arin mulai menghidupkan kamera depan handphone miliknya, ia mulai merekam video.
"Hai guys! Kenalin aku Arin, dan di sebelah aku ini namanya...," Arin menggantungkan perkataannya dan melirik ke arah Chandra.
"Chandra," sambung Chandra.
"Jadi hari ini, aku bakal gledah kamar milik Chandra nih guys! Sebelumnya aku udah duduk di sofa kamarnya Chandra, kalian pasti penasaran kan! Yuk kita lihat!" ucap Arin bermonolog, ia tampak bergitu mahir dalam hal ini, Chandra mengakui itu.
"Sebelumnya ini di izinin nggak sama Chandra?"
"Di iz-" ucapan Chandra terpotong oleh Arin.
"Yah! memori penyimpanan habis!" ucap Arin yang kemudian mengambil handphone miliknya dari tangan Chandra.
"Bentar ya, gue hapus video dulu!" ucap Arin.
"Pake kamera gue aja!" ucap Chandra, Arin yang mendengar pun seketika menoleh ke arah Chandra.
"Lo punya kamera?" tanya Arin.
"Punya!" jawab Chandra. Arin tersenyum kecut mendengar penuturan dari Chandra.
"Kenapa dari awal enggak bilang sih?" tanya Arin. Chandra memandang Arin sebentar, kemudian ia beralih mengambil kamera di lemari kecil miliknya yang terletak di sebelah ranjang.
"Lo juga nggak nanya, mana gue tau!" jawab Chandra yang tak mau kalah.
"Yaudah, lo record deh! Gue numpang ke kamar mandi sebentar ya," ucap Arin, Chandra menganggukkan kepalanya.
"Mau gue anter?" tanya Chandra.
"Enggak usah! Gue tau kok kamar mandinya dimana," jawab Arin yang kemudian berlari kecil menuju kamar mandi.
Arin kembali memasuki kamar milik Chandra, ia berlari kecil menuju Chandra yang sedang duduk di ranjang miliknya.
"Chan lu udah record bel-" ucapan Arin terpotong kala kakinya tergelincir, Chandra yang melihatnya pun bergegas menahan tubuh Arin. Tapi usahanya nihil, tubuh Arin telah jatuh di lantai dengan posisi Chandra yang menindihnya. Mata mereka bertemu, keduanya saling menatap satu sama lain. Chandra yang terbawa suasana pun menghapus jarak di antara keduanya. Chandra memajukan kepalanya, sedangkan Arin yang berada di bawah tubuh Chandra pun dengan cepat menutup matanya. Chandra menyingkirkan anak rambut yang mengganggu di wajah Arin, Chandra menutup mata dan memajukan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Ficção Adolescente"Gue nggak mau nikah muda!" ucap Arin kala mendengar penuturan dari sang Ayah tadi. Chandra hanya diam mendengar penuturan Arin. Chandra sudah menduga jauh-jauh hari jika ini akan terjadi. Ia yakin bahwa keduanya tak bisa mengelak. Apalagi ditambah...