Perkara Soto Ayam

182 14 0
                                    

Arin saat ini tengah duduk di Kantin Melati. Ia duduk di samping Haidar, kakak kelas yang ia temui pagi hari tadi. Iya, seseorang yang memanggil namanya ialah Haidar, yang ingin menagih ucapan Arin tadi pagi.

"Ini Mas Haidar sotonya," ucap Mbak Sarah memberikan dua mangkok berisi soto ayam.

"Makasih yah mbak," balas Haidar yang kemudian menggeser semangkok soto ayam di depannya kepada Arin.

"Eh mbak, sekalian Jus jeruk satu ya! Lo mau apa Rin?" tanya Haidar.

"Sok iye lo, gue juga yang bayar!" jawab Arin.

"Ya iyalah lo yang bayar, lo udah janji juga, gue kan baik sekalian gue pesenin," ucap Haidar.

"Yaudah susu coklat aja," jawab Arin.

"Oke mbak, sama susu coklat satu ya!"

"Oke!" jawab Mbak Sarah.

"Lo makan dua mangkok sanggup nggak?" tanya Arin.

"Loh kenapa?" tanya Haidar.

"Gue lupa tadi baru aja makan nasi goreng, ya walaupun cuma sesuap tapi gue udah kenyang hehe," ucap Arin sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Anjing lo," ucap Haidar.

"Astagfirullah, nggak boleh gitu," jawab Arin.

"Gue mana sanggup kalo dua, langian lo kenapa bisa-bisanya lupa sih?"

"Ya maaf lah, terus ini yang satu gimana?" tanya Arin.

"Ya makan lo lah, nih," ucap Haidar mendorong mangkuk tersebut, Arin balas mendorong mangkok tersebut kepada Haidar.

"Enggak deh, hehe," ucap Arin. Haidar mendorong kembali mangkok tersebut.

"Enak aja, ya makan lo lah."

Keduanya saling mendorong ke arah satu sama lain, hingga kuah soto tersebut tumpah ke seragam keduanya.

"Akh," desah Arin dengan pelan, Haidar dengan cepat menjauhkan mangkok tersebut dari keduanya.

"Eh lo enggak papa?" tanya Haidar, ia refleks mengangkat rok Arin. Arin yang terkejut pun menggeser posisi duduknya, menjadi sedikit jauh dari Haidar.

"Astagfirullah, sorry-sorry gue refleks," ucap Haidar.

"Duh, panas!" rintih Arin kala lengannya terlihat memerah karena kuah soto tersebut.

"Maaf banget ya, gue nggak tau kalau bakal kaya gini!" ucap Haidar. Haidar pun dengan cepat meniup-niup tangan Arin, ia juga mengipas-ipas tangan Arin dengan pelan.

"Yuk gue anter ke kamar mandi sebelah kantin, biar nggak terlalu panas," ucap Haidar, yang kemudian berdiri.

"Baju lo juga kena kuah soto, elo nggak mau di basuh juga?" tanya Arin, saat memilhat bercak di baju putih Haidar.

"Gampang nanti," jawab Haidar.

"Jangan gampangin! Nanti nggak bisa ilang lo!" jawab Arin.

"Santai, udah ayo! Nanti gue basuh juga punya gue," ajak Haidar.

Keduanya pun berjalan menuju kamar mandi di samping kantin, Arin menyiram roknya yang basah dengan air lalu memerasnya secara perlahan. Rok depannya telah basah karena kuah soto ayam. Jika tidak cepat-cepat di basuh, rok nya akan bau dan meninggalkan bercak. Arin menghembuskan nafasnya dengan pelan, mengapa sesuatu sial sering menimpa dirinya. Arin membersihkan noda dengan telaten dan kemudian berjalan keluar dari kamar mandi putri.

"Udah selesai?" tanya Haidar.

"Udah,"

"Sorry yah, gara-gara gue rok Lo jadi basah," ucap Haidar.

Chandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang