Arin membuka matanya dengan perlahan, ia mendapati Chandra yang sedang berdzikir. Arin berdiam sejenak sambil mengamati wajah Chandra. Arin kemudian berjalan menuju kamar mandi berniat mengambil wudhu. Sudah lama ia tak merasakan dinginnya air wudhu saat Shalat Subuh. Arin kembali memasuki kamar miliknya, tapi ia tak mendapati Chandra.
"Lah? Dimana dia?" gumam Arin kala sudah tak melihat keberadaan Chandra. Arin memilih untuk memakai mukena dan Shalat Subuh.
Arin kemudian menuju kamar mandi dan mandi dengan air hangat. Tak lama kemudian, ia kembali memasuki kamar milknya dan dengan segera memakai Seragam sekolah miliknya. Arin kemudian mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer miliknya dan menyisir rambut coklat miliknya. Arin kemudian memakai toner hingga sunscreen miliknya, terakhir ia memakai libalm miliknya. Arin menata buku dan menyiapkan jadwal pelajaran. Ia kemudian menuruni tangga dengan pelan. Arin menyium aroma sedap dari dapur dan berjalan menuju dapur. Ia mendapati Chandra yang sedang memasak nasi goreng.
"Buat apa?" tanya Arin.
"Nasi goreng, istri gue nggak tau dimana," jawab Chandra. Arin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Sorry, gue nggak bisa masak hehe," jawab Arin. Arin merenggangkan otot-otot kedua tangannya.
"Mama papa dimana?"
"Mama papa yang mana?"
"Ish, ya semua lah!"
"Udah pulang tadi malem," Chandra menjawab pertanyaan Arin.
"Eunghh, tubuh gue berasa remuk semua!" gumam Arin sambil meregangkan otot-otot di tubuhnya.
"Jangan-jangan tadi malem lo anuin gue ya," sambung Arin yang kemudian menutup dadanya.
"Idih! Kalo gue perawanin lo, lo nggak akan jalan semulus itu bego!" jawab Chandra.
"Yang ada,tadi malem lo deket-deket ke gue ya! Lo bahkan nindih tubuh gue!" jawab Chandra, ia mengingat bagaimana tadi malam ia tak bisa tertidur nyenyak karena ulah dari Arin. Mulai dari menarik-narik selimut, menggeser tubuhnya dan menindih tubuh Chandra, hingga mendorong Chandra sampai terjatuh.
"Masa sih? Lo boong ya?"
"Boong-boong perlu gue pasang cctv di kamar ha?"
"Eh enak aja! Nanti lo ngintipin gue lagi pas ganti baju!" jawab Arin.
"Makanya nggak usah banyak omong."
"Nih, makan!" ucap Chandra menyodorkan sepiring nasi goreng kepada Arin.
"Makasih!" jawab Arin. Ia kemudian menguapkan sesendok nasi goreng tersebut ke dalam mulutnya.
"Ini lo yang masak!" ucap Arin.
"Lo liat sendiri kan? Kenapa?" Chandra menatap Arin dengan tatapan tajamnya.
"Emm, lumayan sih! Tapi nggak enak-enak baget!" jawab Arin.
"Yaudah nggak usah dimakan kalo nggak enak!" jawab Chandra yang berniat mengambil piring milik Arin.
"Ehh! Ya jangan lah! Iya-iya enak,tapi masih b aja ya."
Chandra memilih untuk tak ambil pusing. Keduanya pun memakan dengan lahap.
"Kenapa?" tanya Chandra saat melihat raut wajah Arin yang terlihat kebingungan.
"Agak keasinan nggak sih?" ucap Arin.
"Mana ada! Pas kok ini punya gue," jawab Chandra.
"Tapi ini asin! Jangan-jangan lo!" ucap Arin menunjuk Chandra, Arin menatap Chandra dengan tatapan ambigu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Novela Juvenil"Gue nggak mau nikah muda!" ucap Arin kala mendengar penuturan dari sang Ayah tadi. Chandra hanya diam mendengar penuturan Arin. Chandra sudah menduga jauh-jauh hari jika ini akan terjadi. Ia yakin bahwa keduanya tak bisa mengelak. Apalagi ditambah...