Hari Minggu pun tiba, hari di mana Chandra akan mengucapkan ijab. Arin saat ini tengah berada di kamarnya, wajahnya sedang di rias oleh perias yang telah di sewa oleh orangtuanya. Akad di lakukan di rumah barunya. Arin melihat pantulan dirinya di cermin kamarnya, perias sering kali mengajaknya bicara agar tidak terjadi kecanggungan. Perias juga sering kali menujinya entah karena wajahnya maupun bentuk tubuhnya. Chandra merapikan dasi dan mencoba menenangkan dirinya. Dandy datang menepuk pundak Chandra dan mengingatkan agar tenang.
"Tenang aja Chan, rileks," ucap Dandy, Chandra membuang nafasnya sambil menganggukkan kepalanya.
"Penghulu udah dateng tuh," ucap Hendri yang datang memanggil Chandra dan Dandy.
"Iya-iya kita nyusul," jawab Dandy.
Chandra dan Dandy pun kemudian menuju ruang tamu yang sudah terdapat Sukma, Santi, Hendri dan beberapa saksi nikah lainnya.
"Ini pengantin laki-lakinya?" tanya penghulu.
"Iya pak," jawab Hendri.
"Waduh, masih muda ya," jawab penghulu.
"Iya pak."
"Pengantin perempuannya?" tanya penghulu kembali.
"Masih make up pak, nanti biar nyusul aja," jawab Sukma.
"Saya mulai ya?" ucap penghulu.
Khitbah nikah di ucapkan, Hendri kemudian menjabat tangan Chandra dan kemudian melangsungkan ijab qobul.
"Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau ananda Chandra Adrian Saputra dengan pinanganmu, puteriku Jihan Arindra Arqueera binti Hendri Hirmawan dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat, emas murni 24 karat, dan uang sebesar tujuh belas juta sembilan ratus dua puluh ribu dua ratus tiga puluh rupiah di bayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Arindra Arqueera binti Hendri Hirmawan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!" jawab Chandra.
"Sah!" sorak para saksi saat selesai mendengar ucapan Chandra. Penghulu pun membacakan doa, Arin pun kemudian berjalan keluar dari kamar dengan pelan. Semua orang terpana melihat kecantikannya, Chandra tersenyum tipis memang tak salah ia menerima tawaran dari mamanya itu. Arin kemudian duduk di samping Chandra.
"Masyaallah, cantik sekali yah!" ucap penghulu yang membuat Arin tersipu malu. Chandra tersenyum sekilas yang kemudian melirik ke arah Arin.
"Oh iya, cium atuh tangan suami kamu. Udah sah itu," sambung penghulu. Arin melirik sebentar ke arah Chandra, ia kemudian dengan ragu mencium punggung tangan Chandra.
Acara akad berlangsung dengan sangat khidmat. Acara tersebut di hadiri beberapa keluarga dan kerabat dari ke dua keluarganya. Arin dan Chandra saat ini di sibukkan oleh pemotretan di ruang tamu. Fotografer terus membantu Chandra dan Arin berpose. Keduanya sedikit agak kaku, hingga fotografer menyuruh Chandra untuk meletakkan tangannya di pinggang ramping milik Arin dan Arin yang mengalungkan tangannya di leher Chandra.
"Oke oke, tahan!"
Cekrek
"Wait, wait! Aduh, coba-coba kalian tatapan."
Chandra dan Arin pun dengan ragu kemudian melakukan apa yang di suruh. Chandra dan Arin pun akhirnya bertatapan, Chandra tersenyum saat melihat pipi Arin yang telah memerah. Arin pun memasang wajah bingungnya dan kemudian bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Novela Juvenil"Gue nggak mau nikah muda!" ucap Arin kala mendengar penuturan dari sang Ayah tadi. Chandra hanya diam mendengar penuturan Arin. Chandra sudah menduga jauh-jauh hari jika ini akan terjadi. Ia yakin bahwa keduanya tak bisa mengelak. Apalagi ditambah...