"Jadi lo sama Chandra di jodohin?" tanya Hana. Arin dan Chandra menganggukkan kepalanya.
"Gila!" ucap Hana yang masih tak percaya.
"Berarti kalian mau tunangan dong?" tanya Hana.
"Iya kita jug-," ucapan Arin terpotong kala Chandra mengikut lengannya. Chandra memegangi dahinya memang mulut istrinya itu sangatlah terang-terangan dalam bicara untung saja ia masih bisa mengingatkannya.
"Kita apa?" tanya Hana. Arin menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Hana kembali.
"Nggak papa kok!"
"Privasi," jawab Chandra memotong ucapan Arin. Arin mengernyitkan dahinya bingung, ia pun ikut menganggukkan kepalanya.
Chandra meraba celananya dan mengambil sebuah dompet di saku celananya. Ia mengambil beberapa lembar uang kertas bewarna merah dan di berikan kepada Hana.
"Buat uang tutup mulut!" jawab Chandra menyodorkan uang tersebut. Hana menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Arin itu sahabat gue, gue nggak mau persahabatan kita cuma sebatas uang! Lagi pula itu udah kewajiban gue buat tutup mulut untuk sahabat gue!" jawab Hana.
"Ohh oke, thanks!" jawab Chandra yang kemudian kembali mengantongi uang miliknya.
"Aaa... Hana! Baik banget sih!" jawab Arin sambil memeluk tubuh Hana.
"Lebay lo! Btw DPR Ian sekarang buat gue ya!" jawab Hana sambil tertawa pelan.
"Enak aja! Dia tuh suami gue yang pertama! Pelakor lo!" jawab Arin.
"Idih! Lo tuh yang sasimo! Udah punya Chandra juga!" jawab Hana.
"Ya emang kenapa, suami gue tetep DPR Ian, wlek!" jawab Arin sambil menjulurkan lidahnya.
"Mau pulang nggak?" tanya Chandra memotong obrolan keduanya. Arin mengangguk, ia kemudian mendekat ke arah Hana dan memberikan dua buah eskrim yang baru ia beli.
"Nih tutup mulut! Gue duluan ya!" jawab Arin.
"Bye!" sambungnya yang kemudian melambaikan tangan sambil meninggalkan Hana. Hana tersenyum pelan lalu membalas lambaian tangan dari Arin.
***
Arin merebahkan tubuhnya diatas kasur miliknya. Ia merentangkan kedua tangannya, sambil menghembuskan nafasnya. Chandra menyusul dan ikut duduk di kasur yang juga miliknya tersebut. Arin sedikit menggeserkan tubuhnya, sambil melirik ke arah Chandra.
"Besok beli guling ya!" ucap Arin.
"Buat apa?" tanya Chandra.
"Pembatas lah! Biar aman!" jawab Arin.
"Lo kira kita zina apa? Gue juga nggak ngapa-ngapain lo! Nggak nafsu gue!" jawab Chandra.
"What? Nggak nafsu? Yang bener? Dada gue besar loh! Nih," jawab Arin sambil membusungkan dadanya.
"Stres lo!" jawab Chandra.
"Apalagi nih ya, gue tuh cantik, imut, lucu, seksi lagi!" jawab Arin, Chandra bergidik ngeri melihatnya.
"Orang mah di puji orang lain, bukan muji dirinya sendiri!" ucap Chandra yang kemudian membalikkan tubuhnya ke kanan dan mencoba menutup matanya. Chandra memilih mengabaikan perkataan Arin.
Arin kemudian ikut membalikkan tubuhnya ke arah kanan, keduanya tidur dengan posisi saling membelakangi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Teen Fiction"Gue nggak mau nikah muda!" ucap Arin kala mendengar penuturan dari sang Ayah tadi. Chandra hanya diam mendengar penuturan Arin. Chandra sudah menduga jauh-jauh hari jika ini akan terjadi. Ia yakin bahwa keduanya tak bisa mengelak. Apalagi ditambah...