Hari Senin telah tiba, rasanya Arin enggan berangkat di pagi ini. Upacara Bendera menjadi salah satu alasannya, di tambah mata pelajaran yang ia tak sukai pun ada di hari ini. Bahasa Jerman, Matematika, dan Ekonomi membuat Arin semakin membenci di hari Senin. Tapi sepertinya, ada kemajuan pada dirinya. Ia tak lagi terlambat setelah insiden jatuh yang berakhir pulang dengan Jerry.
Tapi, ia tak mengikuti upacara bendera seperti biasanya, dan malah tidur di UKS. Arin merasa kepalanya sedikit pusing, ia takut jika pingsan, yang ada hanya malu dan merepotkan banyak orang."Nih gue bawain lo teh anget sama roti, obatnya di minum!" ucap Arkhan, anggota pmr kelas 12 IPS 2. Saat kelas 10, Arin pernah menyukainya. Wajahnya tampan, alisnya juga tebal di tambah tampang polos nya itu berhasil membuat Arin terpikat. Tapi, rasa sukanya hilang begitu saja saat ia melihat Arkhan sering bersama dengan perempuan, entah itu teman sekelasnya atau teman satu organisasi. Arin pernah berfikir 'jangan-jangan dia banci lagi?' pikirnya. Apalagi saat Arin melihat wakil ketua osis Galih membuat story di instagram miliknya. Difoto itu, terdapat Arkhan yang duduk di pangku oleh Galih. Membuat rasa sukanya semakin menurun.
"Thanks," ucap Arin menerima teh hangat dari Arkhan.
"Kenapa bisa sakit?" tanya Arkhan.
"Enggak kok, cuma sakit perut sama mual mungkin karena tadi belum makan," dustanya. Arin jelas-jelas mengetahui bahwa penyebabnya adalah kejadian kemarin. Dimana, ia bermain air dengan Chandra tentangganya itu.
"Lo belum makan? Mau gue beliin soto? Atau gue anter ke kantin?" tanya Arkhan dengan wajah khawatir.
"Gue ke kantin aja deh," jawab Arin.
"Yaudah gue temenin,"
Arin dan Arkhan pun bergegas menuju kantin, wajah Arin yang terlihat pucat itu membuat Arkhan sedikit khawatir. Ia tau jika Arin pernah menyukainya, teman sebangkunya 'Viola' berteman baik dengan Arin. Ia pernah membantu Arin untuk mengkonfirmasi akun Instagram miliknya yang meminta untuk mengikuti akun milik Arkhan. Di tengah jalan, Arin melihat seorang laki-laki dengan pria paruh baya yang terasa sangat familiar baginya.
"Eh ada siswa pindahan ya?" ucap Arkhan saat melihat Chandra dan Dandy memasuki Ruangan TU. Arin menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu. Ia baru saja teringat, bukankah dua hari yang lalu Chandra mengatakan ingin pindah sekolah? Astaga jelas-jelas itu Chandra tetangga barunya, bagaimana bisa ia bisa lupa. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan ke kantin sekolah.
***
"Eh Rin dengar-dengar ada murid baru loh!" ucap Hana.
"Oh ya? ganteng enggak?" Alibi Arin, Arin tau jelas siapa yang Hana bicarakan.
"Katanya sih ganteng, Mita tuh yang kemarin lihat pas di Ruang TU," ucap Hana sambil menunjuk Mita.
"Beneran ganteng Mit?" tanya Arin memalingkan wajahnya ke arah Mita.
"Kalo kata gue sih ganteng, bening, putih, tinggi lagi," jawab Mita.
"Wah asik dong, masuk kelas apa kalo boleh tau?"
"Wah, kalo itu gue kurang tau."
Kring
Bel pelajaran telah berbunyi, anak-anak dengan cepat pun kembali ke bangku masing-masing.
Pak Dandy pun memasuki kelas."Selamat pagi anak-anak!"
"Pagi pak!" jawab siswa siswi serentak.
"Sebelum memulai pelajaran, alangkah baiknya kita berdoa dulu." ucap Bu Oni, Lisa yang mendengar pun dengan cepat memberi interuksi.
"Duduk siap, Berdoa mulai," ucapnya. Kemudian pelajaran pun berlangsung dengan lancar hingga bel istirahat berbunyi. Baru saja kelas 11 IBB 2 merasakan leg saat pelajaran ekonomi telah selesai, tidak lama guru BK Pak Mursid dan Bu Sari memasuki kelas mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Fiksi Remaja"Gue nggak mau nikah muda!" ucap Arin kala mendengar penuturan dari sang Ayah tadi. Chandra hanya diam mendengar penuturan Arin. Chandra sudah menduga jauh-jauh hari jika ini akan terjadi. Ia yakin bahwa keduanya tak bisa mengelak. Apalagi ditambah...