2. Pemilik Flannel

24 2 0
                                    

Sadira memasukkan flannel cowok si tanpa nama dan satu kotak susu ke dalam paper bag. Semalam, ketika sampai di rumah, ia langsung menjemur flannel itu dengan keadaan tubuhnya yang basah kuyup, bahkan pagi-pagi buta ia sudah menyetrika flannel itu dengan rapi.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya, Sadira berjalan menuju halte bus sambil membawa paper bag.

"'Hai, makasih ya..' ih jijik banget, berasa udah bestiean. 'Halo, gue yang semalam. Makasih ya udah pinjemin baju lo. Ini ada sedikit ucapan makasih dari gue'. Dih, berasa ganjen banget gue."

Sepanjang jalan, Sadira terus memikirkan kalimat yang cocok untuk ia ucapkan kepada cowok itu, tapi tidak kunjung ketemu.

Saat beberapa meter lagi tiba di depan rumah teman TK-nya alias Dika, ada hal yang terjadi tidak sesuai rencananya.

Tuhan tidak mengizinkan Sadira bertemu dengannya. Cowok itu tidak ada di depan rumah Dika. Sadira melihat jam yang ada di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 06.40.

"Apa gue kesiangan ya?" gumam Sadira

Sadira sesekali melihat ke sekitar, berharap cowok itu datang. Namun, lima menit telah berlalu tetapi cowok itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Sadira menyerah. Ia segera pergi dengan langkah berat.

Mungkin, besok ia bisa bertemu cowok itu.

***

Empat hari telah berlalu sejak kejadian di pameran foto, nyatanya Sadira tetap tidak bertemu dengan cowok itu. Meski begitu, ia tetap membawa paper bag berisi flannel dan susu setiap hari. Ia hanya ingin mengembalikan flannel dan memberikannya susu, tapi mengapa sangat susah?

Hari ini Sadira memantapkan langkah kakinya dan terus berdoa supaya bertemu cowok itu. Namun, baru saja sampai di pertigaan dan ingin belok menuju rumah Dika, ia tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Sadira melongo melihat cowok yang selama ini ia cari mengendarai motornya ke arah lain dengan memboncengi Dika. Sadira yang menyadari hal itu lantas berlari mengejar cowok itu. Sayangnya, larinya tidak bisa mengalahkan kecepatan motor. Sadira berhenti berlari dan membungkuk, mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Peluh membasahi keningnya.

"Jarang olahraga jadinya begini nih." dumelnya pada dirinya sendiri. Ia menatap paper bag yang ada di tangannya. "Gara-gara flannel ini, jadinya gue kayak gini."

Sadira memutuskan pergi menuju sekolahnya. Selama di perjalanan, wajahnya ditekuk, ia benar-benar kesal pada dirinya sendiri yang gagal menghentikan cowok itu. Seandainya ia mempunyai kecepatan berlari seperti cheetah, pasti bisa menghentikan motornya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kejadian pagi tadi membuat suasana hati Sadira tidak dalam kondisi baik, bahkan ketika pulang sekolah, ia masih mendumel tidak jelas. Setelah memasukkan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas, ia segera melangkahkan kakinya keluar kelas. Elsa sedang ke toilet, jadi ia menunggunya di gerbang sekolah.

Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang