Pukul tiga sore acara telah selesai, semuanya berjalan dengan baik tanpa kendala apapun. Setelah para peserta dan pengisi acara pulang, seluruh panitia langsung membereskan tempat acara. Dengan menenteng satu kantong plastik berisi sampah, Sadira berjalan keluar aula hendak membuang sampah. Ketika membuka pintu, ia dikagetkan dengan kehadiran cowok si pemilik flannel yang entah sejak kapan berdiri di dekat pintu.
"Hai.." sapa cowok itu
"Ha?" Sadira mengerjap beberapa kali. "Oh, iya, hai.."
"Semalam kita nggak sempat ngobrol." ucap cowok itu
"Iya.." Sadira tersenyum kikuk, ia menggaruk pelipisnya, tidak tahu harus merespon apa
"Ternyata lo temenan sama Aruna ya. Dunia emang sempit banget."
"Iya.."
"Kalau boleh tahu, kemarin lo kenapa?" tanya cowok itu
"Ah itu.." Ingatan Sadira kembali tertuju pada gagalnya ia menjadi reporter. "Nggak apa-apa kok, cuma lagi capek aja."
Cowok itu mengangguk paham.
"Oh iya, flannel lo--"
"Lo masih simpan?"
"Karena itu punya lo, nggak mungkin kan gue buang barang orang lain."
Cowok itu mengangguk.
"Kapan-kapan gue balikin flannelnya." ucap Sadira
"Iya, santai aja. Nggak usah dibalikin juga nggak apa-apa."
"Eh? Ya jangan lah! Itu kan milik lo." ucap Sadira. "Oh iya, lo lagi tunggu Aruna?"
"Enggak, gue tunggu lo."
"Ha?"
Cowok itu terkekeh. "Senang bisa ketemu lo lagi."
"Ah itu... senang juga ketemu lo juga." seru Sadira
"Lo masih nggak pengen tahu nama gue?"
Sadira enggan menjawab.
"Kenapa lo nggak pengen tahu nama gue?" tanya cowok itu sekali lagi
"Ya.. nggak apa-apa. Nggak pengen aja."
"Ya udah nggak apa-apa kalau lo nggak mau tahu nama gue. Semoga kita bisa ngobrol lagi ya."
"Oh, iya.. Gue mau buang sampah dulu ya."
Cowok itu mengangguk.
Buru-buru Sadira pergi ke tempat sampah. Ia memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdegup berkali-kali lipat. Kejadian ini sangat mendadak dan di luar dugaannya. Ia belum siap.
***
Sadira mengernyit melihat pesan masuk ke ponselnya. Ia melirik teman-temannya yang masih melakukan evaluasi acara. Dengan sembunyi-sembunyi, Sadira membalas pesan yang katanya dari Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Nama
General FictionMenjadi anggota pers kampus bukanlah perkara mudah bagi Sadira. Ia harus rela keluar dari zona nyaman demi mendapatkan pengalaman baru menjadi reporter. Keringat, air mata, amarah, tawa, menjadi satu padu membentuk sebuah perasaan baru yang sulit di...