5. Berita Hangat

19 2 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Berita korupsi uang mahasiswa yang dilakukan oleh rektor menggegerkan seluruh warga kampus. Info tersebut bermula dari salah satu anak BEM yang mendengar bahwa uang mahasiswa ternyata selama dua tahun belakang mengalir ke rekening pribadi rektor.

Seluruh mahasiswa mendesak pihak kampus untuk mengusut tuntas masalah ini. Mereka mengosongkan kelas-kelas dan pergi ke depan rektorat. Mereka berdemo, melakukan orasi hingga menutup gerbang kampus agar tidak ada petinggi kampus yang pergi sampai suara mereka didengar.

"BAPAK IBU KAMI SUSAH PAYAH CARI UANG, EH MALAH DI KORUPSI."

"DASAR KAMPUS BOBROK. CUMA PENTINGIN DUIT DOANG!"

"SI BAPAK REKTOR AJA BERANI NGELAKUIN KORUPSI, GIMANA SAMA BAWAHANNYA? HANCUR UDAH NIH KAMPUS."

"BAKAR AJA NIH KAMPUS."

"PANTESAN AJA FASILITAS KAMPUS NGGAK PERNAH DIBENERIN, TERNYATA UANGNYA MASUK KE DOMPET REKTOR."

"OTAKNYA JATUH KE GOT APA YA?"

Hingga pukul dua siang, tidak ada perwakilan dari pihak kampus yang angkat bicara. Para mahasiswa semakin geram, mereka merasa pihak kampus terlalu lelet bahkan sepertinya tidak peduli untuk menyikapi permasalahan ini.

"KAMI TUNGGU SAMPAI JAM TIGA. KALAU NGGAK, KAMI AKAN PAKSA MASUK KE RUANG REKTOR!!" teriak salah satu mahasiswa yang diikuti mahasiswa lain

Teriakan mereka begitu menggelegar dan penuh emosi. Mereka mengancam dan mengumpat rektor yang tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

Sadira, Aruna, dan beberapa teman satu organisasi mereka ditugaskan untuk meliput. Ada yang mengambil foto dan video, ada yang live report untuk di posting di media sosial, hingga menulis berita yang akan dipublikasikan di website. Dalam situasi seperti ini, mata, telinga, dan tangan mereka bekerja cepat dalam waktu yang bersamaan.

"Kita nggak bisa nulis berita cuma dari sudut pandang mahasiswa doang." ucap Aruna

"Tapi mau gimana lagi, Na, meskipun kita media, kita nggak bisa masuk ke rektorat. Pintunya ditutup." balas Sadira

"Kalau rektor bungkam, masih ada warek, dekan, dosen, dan masih ada pihak kampus yang lain." kekeh Aruna

"Iya, emang masih ada, tapi dalam situasi kayak gini, mana mau mereka di wawancara. Gue nggak yakin ruang dosen, dekan, atau warek terbuka buat kita."

"Lo udah coba buat door stop mereka? Siapa tahu ada yang sliweran di luar ruangannya? Kita nggak tahu kalau belum coba."

Sadira diam sejenak. "Belum sih.." ucapnya pelan

"Kalau gitu, biar gue yang coba."

Aruna hendak pergi, namun lengannya lebih dulu ditahan oleh Sadira. "Lo mau tanya apa sama mereka?"

Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang