10. Sebuah Segitiga

16 2 0
                                    

Hari Sabtu tiba, sejak semalam Sadira tidak bisa tidur karena deg-degan dan tidak sabar untuk ke kedai kopi MantaU. Ia membayangkan apa yang harus ia lakukan, terlebih di sana ada Aruna, Adrian, cowok si pemilik flannel, dan yang lainnya. Ia harus menjaga sikap agar tidak terlihat bodoh di depan banyak orang.

Malam ini Sadira memutuskan memakai kaus putih dan outer sage. Setelah penampilannya sudah rapi, Sadira meminta izin kepada ibunya untuk pergi main.

Seperti yang diduga, ibunya tentu tidak mengizinkannya begitu saja. Sadira harus melewati berbagai pertanyaan yang diajukan ibunya, bahkan ia harus menelepon Elsa agar ibunya percaya.

Rupanya ada manfaatnya Elsa ikut meski nanti akan menyusahkannya.

Jalanan Ibu Kota malam hari ini cukup ramai. Kedai makanan maupun minuman di pinggir jalan dipenuhi oleh anak-anak muda yang menghabiskan malam minggu mereka.

Dengan menenteng papper bag berisi flannel milik cowok si tanpa nama, Sadira berdiri di depan kedai kopi MantaU menunggu Elsa datang. Setelah cukup lama flannel itu ada di lemarinya, pada akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikannya.

"Halo bestie."

Sadira menoleh, dilihat Elsa tengah berjalan ke arahnya dengan senyum yang merekah indah.

"Lama banget!" protes Sadira

"Telat 10 menit doang."

Sadira memutar bola matanya. "Kebiasaan! Ayo masuk."

Elsa lebih dulu masuk ke dalam kedai, disusul Sadira. Di luar ekspektasi, ternyata kedai cukup sepi, hanya beberapa pengunjung yang sedang duduk.

"Kok sepi, Dir?" tanya Elsa sambil melihat ke sekitar

"Nggak tahu."

"Salah jadwal kali lo? Bukan Sabtu ini."

"Katanya bandnya selalu tampil setiap malam minggu kok."

"Tapi ini sepi."

Sadira mengedikkan bahunya. "Pulang aja yuk, atau ke tempat lain."

"Lah? Ogah ah!"

Sadira cemberut.

Tidak lama kemudian, Sadira dan Elsa melihat cowok si pemilik flannel keluar dari ruang karyawan.

"Oh, itu dia!" seru Elsa sambil menunjuk cowok itu. "Hai, cowok!!"

"Sa!" tegur Sadira

Elsa tidak mengindahkannya. Ia melambaikan tangannya agar cowok itu menghampirinya.

"Hai, Dir." sapa cowok itu. "Akhirnya lo datang juga."

Sadira tersenyum kikuk. "Oh iya, ini gue balikin flannel punya lo." ucapnya sambil menyerahkan papper bag pada cowok itu.

Cowok itu menerimanya. "Makasih ya.."

"Justru gue yang makasih ke lo karena waktu itu lo pinjamin gue flannel, meskipun nggak gue pakai sih."

"Kenapa nggak dipakai?" tanya cowok itu

"Sayang banget kalau flannelnya basah dan kotor." jawab Sadira

Cowok itu terkekeh. "Oke, oke. Eh iya, lo udah pesan minuman belum? Lo suka kopi nggak? Gue bikinin."

Sadira menggeleng. "Gue nggak bisa minum kopi."

"Oh gitu.. tapi tenang aja kok, di sini ada es cokelat, lychee tea, thai tea, red velvet, apa lagi ya.. lupa gue."

"Red velvet boleh." ucap Sadira

Tanpa NamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang