"Dir, lo mau nggak jadi presenter untuk konten YouTube tentang rekomendasi coffee shop?" tanya Sania
Sadira yang sedang bermain ponselnya lantas mendongak, ia mengernyit bingung. "Gue kak?"
"Iya, lo. Mau kan?"
"Nggak apa-apa, Dir, ambil aja." bujuk Raya
Sadira menggigit bibir bawahnya. "Tapi kalau gue nggak bisa lagi gimana, kak?"
"Nggak apa-apa, kan namanya juga belajar. Lama-kelamaan pasti lo terbiasa kok." jelas Sania
"Gue udah banyak liputan kan kak, kasih ke yang lain aja." tolak Sadira
"Itu kan buat website, kalau buat YouTube lo jarang banget." ucap Sania
"Benar, Dir, gimana lo mau bisa?" kali ini Raya bersuara
"Tapi gue takut, Ray. Kalau jelek lagi gimana? Kalau gue nyusahin lagi gimana?"
"Gue aja kak, daripada liputan setengah hati, lebih baik kasih ke yang lain aja." ucap Aruna tiba-tiba
Sadira menatap Aruna terkejut. Bukan kalimat yang dilontarkan, tapi nada bicaranya yang membuat Sadira merasa tidak nyaman.
"Ya udah, Na, kali ini lo aja yang liputan." ucap Sania
"Kalau liputannya berdua aja, gimana kak? Siapa tahu Sadira lebih pede kalau ada temannya." usul Raya
Sadira membuka mulutnya hendak bersuara, namun Aruna lebih dulu berbicara. "Nggak usah, gue bisa sendiri."
Sadira menelan kembali kalimat yang hendak ia ucapkan. Ia diam sambil sesekali melirik Aruna yang sedang berdiskusi dengan Sania. Untuk liputan saja Aruna enggan bersamanya. Semarah itu. Jika seandainya ia tahu keadaannya seperti ini, harusnya dari awal ia menyudahi perasaannya.
***
Malam ini Sadira sangat bosan di rumah. Kegiatannya hanya menggulir layar ponselnya, melihat media sosialnya sambil goleran di atas kasur, sesekali membantu Ibunya menjual ayam bakar di depan rumah. Ia ingin pergi main, namun kedua kakaknya pergi double date dan tidak mengajaknya.
Nasib seorang jomblo. Malam minggu tidak ada yang mengajaknya main.
Entah sudah berapa kali Sadira menguap. Jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. Tidak mungkin ia pergi tidur sekarang. Bisa-bisa tengah malam nanti kebangun.
"SADIRA ADA TEMAN KAMU INI!" teriak Ibunya
Sadira mengernyit. Seingatnya ia tidak meminta Elsa main ke rumahnya.
"SADIRAAAA!!"
Sadira mendengus kesal. Ia lantas keluar kamar menemui tamu yang katanya temannya. Seketika ia membelalakan matanya saat melihat Adrian sedang mengobrol dengan Ibunya.
Adrian yang menyadari kehadiran Sadira lantas tersenyum. "Hai.."
Sadira mengerjap. Ia melangkahkan kakinya pelan mendekati Adrian. "Ada apa ke sini?"
"Mau ajak lo main."
"Ha?"
"Sana buruan ganti baju." ucap ibunya
"Ha?"
Sadira menatap Ibunya terheran-heran. Ayah dan Ibunya bukan tipikal orang tua yang membebaskan anaknya main malam hari begitu saja, apalagi sama cowok. Sadira penasaran, pelet apa yang dipakai Adrian sehingga ibunya mengizinkannya pergi?
"Cepat!" desak ibunya
"Emang mau ke mana?" tanya Sadira pada Adrian
"MantaU." jawab Adrian
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Nama
General FictionMenjadi anggota pers kampus bukanlah perkara mudah bagi Sadira. Ia harus rela keluar dari zona nyaman demi mendapatkan pengalaman baru menjadi reporter. Keringat, air mata, amarah, tawa, menjadi satu padu membentuk sebuah perasaan baru yang sulit di...