"Kamu nanti pulang jam berapa?" tanya ibunya Sadira
"Nggak tahu, seselesainya liputan." jawab Sadira seraya memasukkan sambal ke dalam plastik lalu menaruhnya di etalase.
"Jangan pulang terlalu malam. Jam sepuluh udah di rumah." ucap ibunya
"Iya.."
Sadira masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya. Malam ini ia memilih kaus hitam berlengan pendek, celana jeans yang bawahnya dilipat, serta sepatu converse. Tidak lupa ia memasukkan baju liputannya ke dalam totebag.
Sadira memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan liptint agar tidak terlihat pucat. Ketika dirasa sudah rapi, ia segera pergi naik transjakarta. Ia menyumpal kedua telinganya dengan earphone dan memutar lagu-lagu ballad yang ada di playlist-nya. Ia duduk di dekat jendela sambil melihat kendaraan-kendaraan dan toko-toko berjejer di pinggir jalan.
Lambat laun Sadira mulai tenggelam ke setiap lirik lagu yang ia dengar. Suara merdu dan menenangkan dari penyanyi-penyanyi favoritnya membuatnya terhanyut hingga tidak sadar bahwa ia sudah sampai di halte tujuan.
Ketika Sadira tiba di gerbang kampus, ia sangat dikejutkan oleh banyaknya orang yang sama sekali tidak pernah ia lihat sebelumnya. Entah orang-orang itu datang dari mana saja.
Sadira baru ingat, acara musik malam ini gratis, sehingga siapapun bisa datang.
Suasana kampus sangat riuh, padahal acara belum dimulai. Asap rokok ada di mana-mana, hal itu sangat membuat Sadira tidak nyaman dan ingin cepat pulang. Sadira menuju ruang organisasinya, namun dikunci. Ia lalu menelepon Aruna, tapi tidak diangkat.
Sadira mendecak, ia lantas kembali ke area panggung dan berdiri seperti orang bodoh. Celingak-celinguk, siapa tahu menemukan seseorang yang ia kenal.
Ponselnya berdering, menampilkan nama Aruna di layar ponsel. Sadira langsung mengangkatnya. "Halo, Na, lo di mana?"
"Ini gue udah mau dekat kampus. Lo di mana?"
"Gue udah di kampus."
"Sebelah mananya?"
"Dekat gerbang."
"Bentar, bentar. Dikit lagi gue sampai."
Sadira segera melihat ke arah gerbang. Tidak susah menemukan Aruna yang baru saja masuk ke gerbang kampus.
"Lo lihat ke arah jam tiga." ucap Sadira
Aruna mengikuti arahannya dan berhasil menemukan Sadira. Sadira tersenyum ketika Aruna berjalan ke arahnya, melewati cowok-cowok yang sedang berkumpul di tengah jalan.
"Lo udah buat daftar pertanyaan?" tanya Aruna
"Udah kok."
"Ayo ke sana, sebentar lagi mau mulai." Aruna memakai baju liputannya sebelum berjalan lebih dulu menuju area depan panggung, diikuti Sadira.
Benar saja, acara dimulai. Para penonton mulai memadati panggung. Sadira dan Aruna berdiri di barisan paling depan khusus media. Sorak-sorai penonton memanaskan suasana, meneriaki nama band-band favorit mereka.
Sadira mengernyit tidak suka karena telinganya pengang mendengar orang-orang di belakangnya berteriak. Sebelum menampilkan band-band, MC berterima kasih kepada sponsor dan beberapa media partner yang sudah datang, termasuk menyebutkan nama organisasi Sadira dan Aruna.
"Dion mana? Katanya dia mau jadi campers malam ini." tanya Aruna
Sadira mengedikkan bahunya. "Gue dari tadi nggak ngelihat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Nama
General FictionMenjadi anggota pers kampus bukanlah perkara mudah bagi Sadira. Ia harus rela keluar dari zona nyaman demi mendapatkan pengalaman baru menjadi reporter. Keringat, air mata, amarah, tawa, menjadi satu padu membentuk sebuah perasaan baru yang sulit di...