Chapter 04

492 33 0
                                    

Pagi masih amat buta, bahkan belum benar-benar terang, tetapi Valerie sudah bangun dan bergegas menyiapkan dirinya untuk hari yang baru. Prianya tersenyum hangat melihat Valerie lebih segar bugar, setidaknya tak sesedih kemarin, meski malam tadi sempat terbangun karena mimpi buruk. Dia terlihat tegar dan mulai membersihkan diri berikutnya di kamar mandi.

Tentu, dia bukan pria berengsek tukang ngintip, jadi pria itu memilih berjalan keluar dari ruangan tersebut, setidaknya mengecek beberapa ruangan lain dan tak mau jauh dari Valerie. Selepas mandi, tentu dia tak akan melihat tubuh wanita tersebut meski punya kesempatan, dia ingin Valerie jadi wanita terhormat meski dia hanyalah seonggok hantu penasaran.

Beberapa kegiatan lain dilakukan, Valerie sarapan di kantin rumah sakit, pun bercengkerama dengan beberapa rekan kerjanya, barulah setelah agak pagi memulai pekerjaannya. Melayani pasien seperti biasa. Dia tak pernah bosan dengan kegiatan yang dilakukan wanita tersebut.

Dan lalu, waktu makan siang, istirahat sebentar yang kadang bertabrakan dengan hal dadakan, tetapi sepertinya tak ada hal mendadak. Valerie mulai menuju ke kantin lagi.

Namun saat sampai di sana, Valerie sedikit menoleh ke kanan dan kiri. Mencari seseorang. Pria itu mengerti, dia melipat tangan di depan dada seraya tersenyum.

"Kamu mencari Eko?" tanyanya, dia menatap sekitaran juga, dan batang hidung pria yang dimaksud memang tak ada di mana-mana. "Mungkin dia tak akan datang hari ini."

Hampir setiap makan siang, Eko datang, sekadar menemani Valerie makan di kantin walau tiada keperluan apa pun, katanya sih iseng mencari teman karena toko Eko buka saat menjelang sore hingga malam dan sebelum itu waktu luangnya banyak, keduanya senang berbincang dan saling nyambung, kadang berkumpul dengan kelompok lain juga, itu kenapa pasti mereka akan saling membekaskan kesan sedemikian rupa nan sulit dilupakan. Mereka cocok, sungguh.

Eko memang pria segigih itu, dan apa dia akan sama gigihnya usai mengetahui fakta cintanya bertepuk sebelah tangan? Eko memang tak ada di mana-mana, sehari setelah kejadian penolakan tersebut.

Akan tetapi, entah kenapa, firasat hantu penasaran itu, bilang sesuatu ....

Sementara Valerie menyapa salah seorang temannya, pun menghampiri, hantu tersebut menghilang dari tempatnya.

"Eh, Valerie, tumben ya. Biasanya Eric duluan dateng," kata salah seorang teman Valerie, dan mereka memang tak tahu soal ungkapan cinta Eko padanya.

Valerie hanya tersenyum seraya menyembunyikan fakta tersebut. "Mungkin dia sibuk." Bukan sekali dua kali Eko mangkir, jadi alasan itu tak akan dipertanyakan mereka, karena memang dasar Eko berkumpul ya cuma iseng.

Dan Valerie tak menyangka sekaligus PDKT juga. Dia tak merasa Eko PDKT, anehnya, dia berbeda dengan pria-pria terdahulu yang begitu signifikan menggambarkan mau Valerie menjadi kekasih. Eko berperan baik sebagai teman yang menciptakan rasa nyaman.

Valerie khawatir dia akan merasa lebih dari sekadar nyaman dan mengkhianati seseorang ....

Walau dia yakin tak bisa karena hatinya sudah dibawa mati olehnya. Sakit, memang, tetapi di balik topeng ceria ini Valerie menghadap teman-temannya.

Sementara itu di satu sisi, sang hantu penasaran sudah ada di parkiran khusus kendaraan roda empat, di sana dia berhenti di salah satu mobil paling familiar di area parkir kunjungan.

Itu, mobil itu.

Itu mobil Eko, dia mengenalinya, karena beberapa kali Valerie yang memakai transportasi umum diantar jemput Eko. Dia nimbrung di bangku belakang dan menikmati kebersamaan mereka, berharap lebih akan hubungan tersebut, tetapi pada dasarnya ... kondisi Valerie sulit.

Sang hantu mendengkus kasar, dia memang seperti manusia walau dia yakin tak perlu bernapas lagi. Matanya mengedar ke sekitar.

Mobil ada, orangnya ke mana?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Masuk, Mas Eko! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang