Tangan itu terus keluar dari tubuh sang pria, dan menjadi dua tangan, lalu kepala, lalu tubuh, dan akhirnya seluruh badan keluar dari sana. Eko sedikit tersentak kala ia sepenuhnya keluar tetapi entah kenapa tak terbangun sama sekali, terlalu lelah hingga pulas tidurnya.
Dan kini, berdirilah, sosok pria di samping Eko ....
Dia, Willy!
Willy, tak menyangka, sebagai hantu penasaran, ini kali pertama dia bisa melakukannya. Pertama, dia bisa memperlihatkan diri, meski hanya ke satu orang. Lalu kedua ....
Dia bisa merasuki!
Ya, merasuki, meski sepertinya hanya satu orang juga.
Eric Xaviero.
Willy merasa Tuhan benar-benar menunjukkan jalan tertepat untuk menjawab segala kegalauan Willy saat ini sebagai hantu yang eksistensi tak terdeteksi. Yaitu Willy, jembatan antar ia dan dunia kekasihnya. Itu Eko. Kalau begini, dia rasa dia bisa nantinya akan menyeberang, tepat setelah dia berhasil menyatukan Valerie dan seseorang yang tepat.
Dan kalau seseorang yang tepat itu sudah ditunjukkan dengan kemampuannya saat ini ke satu orang, Willy rasa Eko-lah orangnya.
Eko, memang tepat untuk Valerie.
Dengan begini, dia bisa mudah membantu, meski Eko pasti akan merasa aneh kalau dia bergerak atau bicara sendiri, tetapi itu lebih baik kebanding jadi motivator dadakan yang hadir dan muncul tiba-tiba. Itu akan sulit, terlebih Eko bisa saja disangka orang gila karena bicara sendiri, semuanya akan jadi rumit.
Rencana Willy, mencomblangkan Eko dengan kekasihnya, meski dia bisa sepenuhnya mengendalikan badan Eko tetapi Willy memilih tak melakukan itu. Eko harus seratus persen sadar dan melakukan segalanya sendiri. Itu akan sesuai harapan dan tak akan berakhir aneh bagi sang empunya tubuh.
Bayangkan saja bangun dari kesadaran panjang malah tiba-tiba timeskip.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya Willy sadar kekuatan ini bahaya juga, bayangkan saja dia bisa mengambil tubuh Eko sepenuhnya. Bayangkan kalau dia pria jahat, dia mungkin akan menggantikan posisi Eko selamanya demi bersama Valerie. Jika dia seegois itu, itulah pilihannya.
Namun, Willy menyadari seratus persen, dunianya bukan di sini lagi, keterikatannya tak ada lagi di bumi, melainkan di seberang sana.
Jadi tujuan utamanya yang lain, menyeberang ke dunia sebelah, sesuai tempatnya seharusnya.
"Nggh ...." Willy terkejut ketika Eko bangkit duduk secara tiba-tiba, meski syukurlah tak membuka mata, andai buka sih pasti Willy ketahuan.
Jadi, Willy memilih melompat masuk lagi ke tubuh pria itu, Eko sedikit tersentak karenanya.
Eko menatap sekitaran bingung, apa tadi?
Namun, segera dia menepis pemikiran aneh tersebut, dan menuju ke kamar kecil, karena panggilan alam alami memanggilnya. Usai itu, Eko tiarap di atas kasur, dan kembali terlelap dengan mudahnya tanpa peduli apa pun.
"Kamu pikir dengan memenjarakanku, semuanya selesai?"
"Cih, ini tak semudah kelihatannya."
"Kita lihat sebaik apa permainan yang bisa kita lakukan!"
Mata Eko terbuka, wajahnya bingung sedemikian rupa karena baru saja, dia bermimpi hal aneh. Mimpi putus-putus yang membingungkan, ah bunga tidur tak penting.
Namun, bagi sosok dalam tubuh Eko, dia tak menyangka, selain berbagi tubuh ... tampaknya mereka mulai berbagi ingatan. Ya, itu ingatan, tetapi ingatan yang pula samar bagi Willy, sekaligus sangat familiar. Dia sadar ada hal yang hilang dalam ingatannya ....
Dan ingatan itu, sepertinya ... penting.
Sepertinya, dia punya misi tambahan.
Kini, Eko bangkit dari tidur, dan membersihkan diri. Untuk adegan ini, Willy memilih pura-pura tak melihat sajalah, walau ia sempat ngintip.
Mungkin, kalau terjadi, malam pertama Eko dan Valerie sangat-sangat ... penuh teriakan kesakitan.
Uh, abaikan ini.
Setelah membersihkan diri, Eko mengurus pekerjaannya yang seabrek, ternyata ayah Eko hanya bantu jaga toko, tak membantu soal perhitungan dan sebangsanya. Dahlah.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk, Mas Eko! ✅
Romance"Tapi, Ko, daripada itu ... apa kamu gak mau masuk ke kehidupan Valerie dan jadi penyembuh luka Valerie?" "Aku berpikir begitu, sempat, tapi aku berpikir lagi. Apa menurutmu ... kalau bukannya menyembuhkan aku malah ... membuatnya semakin terluka?"...