"Kalau begitu ... aku menolak kamu menjadi istri anakku." Jawaban dari ayah Eko mengagetkan semuanya, terutama Valerie. "Valerie, Om tidak bermaksud jahat padamu, tapi kalau kamu melakukannya atas dasar kasihan, dan itu malah menyakiti diri kamu sendiri dengan trauma yang kamu punya, sebaiknya simpanlah itu baik-baik."
Valerie tertunduk, sendu. "Maaf."
"Tak usah minta maaf, Valerie. Apa yang terjadi pada Eko, bukan karena salahmu, karena Om yakin ada yang dia sembunyikan saat ini sebenarnya." Robert mendengkus pelan. "Eric memang suka menyembunyikan sesuatu, terutama yang menurutnya memalukan, contohnya saat dia tak sengaja jajan di minimarket dan malah membawa uang mainan, lama-kelamaan kita tahu nantinya sebenarnya apa yang dia sembunyikan."
"Maaf bilang begini, tapi Om sudah tahu bagaimana masa lalu kamu, jadi jangan menyakiti diri kamu sendiri, oke?"
Mendengarnya, Valerie mengangguk paham.
Meski sebenarnya, dia merasa rela tak rela ditolak. Karena jujur saja, ada rasa di sana, tetapi soal kekasihnya ... hatinya seakan masih tertutup rapat padahal Eko pria sebaik itu.
Situasinya sulit.
Setelah kejadian itu, Eko terlelap lagi dan bangun di malam hari, agak lega karena tiada yang mengganggunya malam ini karena dia seorang diri dalam ruangan tersebut.
Oh, ternyata tak benar-benar sendirian, ada Valerie di sisinya ... menjaganya sampai ketiduran di sana.
Wajah Eko merasa bersalah, ia tahu mungkin Valerie masih saja menyalahkan dirinya sendiri. Sulit menjelaskan keadaan saat ini, terlalu memalukan.
Eko lalu menatap sekitaran. Hm tak ada.
"Dilon," panggil Eko dalam kepalanya, tak ada jawaban. Tak mungkin Dilon tidur dalam sana.
Ke mana pria hantu itu?
"Uh ...." Eko menoleh ke arah Valerie, sang wanita mulai terbangun dari tidurannya, dan mulai menyadari Eko. "Astaga, maaf aku ketiduran, Mas."
Eko menggeleng. "Kamu pasti capek jagain aku, kan? Aku yang harusnya minta maaf, Bu Dokter."
"Gak seharusnya Bu Dokter jagain aku, aku ini pria dewasa kok, dan bukan wanita hamil." Eko sedikit bercanda dan keduanya tertawa meski hambar. "Aku sudah gak papa, kok."
"Aku ... sangat khawatir sama kamu, Mas Eko." Eko tahu, terlihat jelas di wajah wanita tersebut.
"Sebenarnya, apa pun yang terjadi samaku, panic attack itu, bukan karena Bu Dokter, atau siapa pun, sungguh." Eko menjelaskan, dia jujur soal hal tersebut. "Aku mohon kalian semua jangan salah sangka, oke? Aku baik-baik aja sekarang."
Valerie tak menjawab, ia mengambil tangan Eko dan menggenggamnya erat. Eko tersenyum dan balas menggenggam tangan tersebut.
"Eko, aku sebenarnya ... sangat mencintai kamu," kata Valerie, begitu pelan, nyaris seperti rintihan.
Namun, yang tak Valerie tahu, sebenarnya Eko bisa mendengar itu. "Dan kamu sudah tahu, aku mencintai kamu, kan, Bu Dokter?"
Mata Valerie membulat sempurna karena ternyata, Eko bisa mendengar suaranya, dan seketika dia merasa malu.
"Tapi hubungan ini rumit, ya, karena Bu Dokter khawatir ... soal Dilon Williams, tunangan Bu Dokter di masa lalu." Eko tersenyum. "Mungkin, ini akan sedikit terdengar gila, dan terdengar gak masuk akal, dan konyol, tapi ...." Eko menatap sekitaran, hanya ada mereka berdua kan? "Tapi aku rasa Bu Dokter berhak mendengarnya, meski ini agak memalukan."
"Ah?" Valerie benar-benar bingung dengan ungkapan Eko.
"Dilon, apa kamu di sini? Dilon, keluar dong, di mana kamu sebenarnya?"
Tak ada tanda-tanda Dilon, sama sekali, dan Valerie melongo melihat kelakuan Eko saat ini.
Apa maksudnya memanggil tunangannya yang sudah tiada?
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk, Mas Eko! ✅
Romansa"Tapi, Ko, daripada itu ... apa kamu gak mau masuk ke kehidupan Valerie dan jadi penyembuh luka Valerie?" "Aku berpikir begitu, sempat, tapi aku berpikir lagi. Apa menurutmu ... kalau bukannya menyembuhkan aku malah ... membuatnya semakin terluka?"...