Chapter 08

353 35 3
                                    

Eko tersentak kaget, tiba-tiba saja ada sengatan listrik masuk ke seluruh tubuhnya kala menepuk bahu Willy, Willy pun sama, dia merasa seperti tersedot oleh vacuum cleaner oleh tubuh Eko. Tepat kala Willy menghilang, Eko langsung tak sadarkan diri.

"Mas, Mas, astaga Mas, ngapain tidur di sini, Mas?" Eko terbangun dari pingsannya ketika seorang pria menggoyang tubuhnya. Dia bangun dengan wajah bingung, memegang keningnya yang pening. "Mas, Mas pingsan atau ketiduran?" tanya pria itu lagi.

"Uh ...." Eko berusaha bangkit berdiri, pria itu membantunya. "Sa-saya kenapa?"

"Ya saya enggak tahu, Mas. Sepertinya Mas pingsan ...." Dia menatap khawatir Eko.

"Temen saya tadi ...." Eko menatap sekitaran, Willy ke mana? Dia pingsan usai menyentuh bahu Willy, tetapi pria itu hilang begitu saja bukannya membantu, malah jadi orang lain.

"Temen Mas apa? Mas sendiri di sini." Eko mendengkus pelan, dia memegang keningnya yang semakin pusing karena dibuat bingung dengan Willy, sekejap ada, sekejap tak ada.

"Mas, mau saya antarkan ke dalam rumah sakit?"

Eko menggeleng. "Tidak, tidak usah, makasih, Mas."

Lalu, ponsel Eko berdering, Eko segera mengeluarkan ponselnya dan menemukan panggilan dari sang ayah. Mata Eko membulat sempurna menjawab panggilan tersebut.

"Eh, a-ada apa, Pah?"

"Jam berapa ini?" Eko meneguk saliva, berapa lama dia pingsan ... ia tak perlu menatap jam tangan dan cukup melihat langit yang warnanya jingga terang. "Jam berapa ini?" Kembali, pria itu bertanya dengan nada seram.

"Maaf, Pah, maaf. Aku akan segera ke toko."

"Tak usah, Papah yang mengurus. Sebaiknya kamu istirahat dan mengurus urusan kamu." Dari nada bicaranya, sepertinya ayahnya menyangka Eko telat karena patah hati, tak salah sih cuma tak benar juga.

Dia pingsan tadi.

Dan dia harap, tak ada yang tahu soal hal tersebut.

"Gak, Pah. Aku akan segera ke toko." Eko menghela napas panjang. "Tunggu aja." Ia mematikan panggilan sepihak.

"Mas, Mas sungguh gak papa?" Pria yang menolong Eko kelihatan masih khawatir.

Eko menggeleng. "Gak papa, Mas. Sekali lagi terima kasih." Dia pun berjalan menjauh menuju ke parkiran mobil, dan dia tak menyangka akan apa yang dia lihat.

Itu ... Valerie yang akan pulang bersama teman perempuannya.

Eko ingin segera bersembunyi, sampai dia sadar itu percuma, mobilnya segede gaban begini tak bisa disembunyikan dan pasti Valerie menyadarinya. Tak ada tempat bersembunyi sama sekali dan membiarkan dirinya terlihat oleh Valerie.

"Valerie, liat, itu kan Eric," kata teman Valerie, meski Valerie sadar lebih dulu akan keberadaan pria tersebut.

"Mm ha-hai." Eko menyapa gugup.

"Keknya dia nyariin kamu, tuh. Aku duluan ke mobil, ya, kalian bicara aja dulu." Teman Valerie pengertian, Valerie ingin menahannya karena suasana ini canggung.

Eko ... datang ke sini jam segini untuk apa? Valerie memang tak tahu menahu padahal ia sudah datang dari siang.

"Ada apa ... Mas Eko?" tanya Valerie.

"Mm uh ...." Eko tak tahu dia mau apa sekarang, otaknya nge-lag, ia tak menyangka niat menghindar malah dipertemukan di waktu tak terduga. "A-apa kamu sudah makan malam?"

"Ini rencananya aku dan temanku makan malam di rumah makan padang," jawab Valerie.

Jendela mobil teman Valerie terbuka tiba-tiba. "Mas Eko, tadi kamu gak dateng pas makan siang dan mau nebus buat makan malam ya? Ayo sebaiknya kita makan malam bareng."

Duh, ajakan itu, Eko tak bisa ....

"Baiklah, aku ikut."

Tunggu! Itu bukan jawaban yang Eko ingin. Kenapa mulutnya berkata sendiri, padahal dia mau menjawab kalau dia ada urusan mendadak jadi harus segera pulang!

Ini kenapa?!

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Masuk, Mas Eko! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang