"Baxter!!!" teriak Dilon, melihat anjingnya sendiri, menangisinya bersama orang tua Baxter yang ada di sana. Di vet yang berusaha menyelamatkan Baxter dari peluru nyasar ....
Tidak, ini bukan sekadar peluru nyasar.
Nyawa Baxter tak terselamatkan, mereka membungkusnya dengan selimut, dan rasa terluka pada diri Dilon benar-benar di ambang batas. Sakit, sakit sekali, meski dia hantu dia bisa merasakannya.
"Baxter ...." Kenapa? Ada apa dengan anjingnya? Sebenarnya apa yang terjadi hingga dia harus meregang nyawa?
Dilon segera mencari tahu hal tersebut dengan cepat, dan dia temukanlah, penyebabnya. Baxter baru saja menangkap pengedar, yang terhubung dengan bandar besar sialan itu.
Tidak ... tidak ....
Baxter, tak seharusnya begini, Baxter tak seharusnya berhubungan dengan mereka lagi. Anjingnya telah bahagia, tanpa beban, dan sekarang dia pergi.
Pergi begitu saja.
Amarah yang luar biasa itu berkumpul ke satu titik, Dilon benar-benar marah, sangat, bahkan amarahnya menghasilkan fenomena angin yang bertiup kencang dan lampu di atas kepala yang berkedip tak keruan. Semua yang ada di sana keheranan, tentang apa yang tengah terjadi.
"Awas kalian, para bandit sialan!"
Dilon mulai mencari informasi tentang mereka saat itu juga, menjadi hantu memudahkannya ke sana kemari tanpa khawatir ketahuan. Mencatat semuanya di otak, ini itu, selengkap mungkin.
Beberapa hari berlalu ....
"Mm Va-Valerie," kata Eko, agak gugup.
"Ya, Mas Eko?" Valerie menjawab panggilan tersebut.
"Katanya, besok kamu libur, dan hari ini pulang cepat. Apa ... apa kamu mau jalan-jalan?" tanya Eko, malu-malu.
"Boleh, kebetulan aku juga gak ada urusan apa-apa, Mas." Eko ber-yes ria diam-diam.
"Siap, kapan bisa aku jemput?"
"Mungkin sehabis ini, aku pulang ke rumah, dan mandi, ganti baju."
"Baiklah, biar aku anter kamu pulang." Eko tersenyum lebar. Keduanya saling melempar tawa hangat.
Hubungan keduanya mulus meski tanpa status, tetapi Eko yakin semakin ke sini, semakin Valerie tahu kalau kekasihnya memang menginginkan ini semua. Valerie, bahagia.
Sesuai ungkapan, Eko mengantarkan pulang Valerie, meski dengan supir pribadi Eko, tapi tak masalah lah, untung bisa diajak ke sana kemari.
"Nanti aku datang lagi, dah!" Usai mengantar Valerie, dia kembali ke rumahnya, mandi ganteng plus memakai pakaian terbaiknya.
Eko bersenandung senang ....
"Eko!"
"Hah?!" Eko memekik kaget karena tiba-tiba, di sampingnya, terdapat Dilon, setelah sekian lama menghilang. "Di-Dilon?" Eko mengucek matanya, Dilon tak hilang dari sampingnya.
Dia menoleh syok. "Dilon? Ini kamu kan? Kamu ... kamu dari mana aja?"
Eko meneguk saliva, entah kenapa hawa Dilon sedikit berbeda, biasanya hawanya biasa tetapi ada tekanan, tekanan aneh yang menakutkan, apalagi wajah Dilon penuh amarah. Angin berembus kencang dan lampu berkedip tak keruan, tapi Eko ingat listrinya bayar terus teratur.
"Eko, aku pinjam badanmu sebentar."
Eko mundur, dia takut. "Bu-buat apa?" Dia merasa terancam.
"Tidurlah, aku hanya minjam sebentar."
Eko menggeleng, dia segera berlari ke arah pintu kamar yang terbuka, tetapi tiba-tiba pintu itu tertutup keras. Ini kekuatan mistis, ala-ala film horor oleh hantu!
"Minjam buat apa ...."
"Kamu tahu, Baxterku?" Baxter? Oh, anjing Dilon. Dia dengar, Baxter tewas karena tertembak peluru nyasar.
"Itu ... aku turut berduka atas meninggalnya--"
"Itu bukan sekadar peluru nyasar, Eric." Dilon memutus. "Apa masuk akal, peluru nyasar, tepat di kepala seekor anjing malang, di tengah kota, di antara lautan manusia?"
Tidak ....
"Biarkan aku pinjam sebentar, Eko. Tak akan ada rasa apa pun, kamu hanya perlu tidur ...."
Eko tiba-tiba merasa sangat mengantuk, tak berdaya, sementara Dilon semakin mendekatinya, pun menembus dada pria itu. Semakin memasukkan dirinya ke dalam hingga akhirnya tenggelam sepenuhnya di dalam sana.
Namun ternyata, dia malah ada di balik pintu.
"Hah? Kenapa?"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk, Mas Eko! ✅
Romance"Tapi, Ko, daripada itu ... apa kamu gak mau masuk ke kehidupan Valerie dan jadi penyembuh luka Valerie?" "Aku berpikir begitu, sempat, tapi aku berpikir lagi. Apa menurutmu ... kalau bukannya menyembuhkan aku malah ... membuatnya semakin terluka?"...