Eko mencubit dirinya sendiri kemudian meringis, sakit, jelas bukan mimpi. Lalu, menatap Dilon di sampingnya, serta segala yang terjadi, apa lagi yang masuk akal selain ini?
"Aku yakin kamu bisa membuat Valerie bisa menerima cinta yang baru, Eko. Aku percaya padamu."
"Mm dan ... kamu bakalan bantuin saya dengan itu?"
"Yah, hanya mendorong sedikit, selama ini kamu melakukannya dengan usahamu sendiri. Jadi, sejauh ini, mulus kan?" Dilon sedikit tertawa, sepertinya Eko mulai percaya padanya, tetapi Eko juga kelihatan masih agak ngeri. "Bagaimana?"
"Terserahlah." Eko mendengkus pelan, dia memejamkan mata. Sebenarnya dari segi perjanjian, lumayan menguntungkan, tetapi dia merasa semakin tak waras. Ini seperti alur novel fantasi kebanding nyata.
Walau dia memang tipe yang percaya soal begituan.
Namun, siapa menyangka, tunangan Valerie yang menghantui, dunia Eko jungkir balik, otaknya juga ikut kejungkir balik. Walau, harus Eko akui, kebanding wanita yang pernah dia dekati, Valerie ... dia benar-benar merasa ialah wanita yang Eko cari.
Bisakah?
"Jadi, kita deal?" tanya Dilon.
"Mengobati hati Valerie yang luka itu enggak mudah." Eko khawatir deal ini malah semakin menyakiti Valerie, di satu sisi.
"Benar, tapi kamu sebenarnya mulai mengobati lukanya, aku selalu ada bersama Valerie jadi aku tahu persis bagaimana dia terhadapmu."
Eko menatap jijik Dilon. "Kamu liatin dia mandi juga?"
"Hei, aku bukan pria seberengsek itu!" Eko tertawa geli akan reaksi Dilon, dan Dilon terlihat lega karena Eko tampak mulai terbiasa padanya. "Jadi, deal atau tidak?"
"Kalau gak deal kamu bakalan ngapain?"
"Masa begitu ...." Dilon mendengkus sebal.
"Ya sepertinya jelas saya gak punya pilihan selain deal, saya kan sudah gila." Eko mengarahkan tangannya ke Dilon, mengajak salaman.
"Nice." Saat Eko bersalaman dengan Dilon, Dilon tersedot masuk ke tubuh Eko, Eko sedikit tersentak karenanya.
"Oh, maaf, aku tak bermaksud masuk." Dilon kembali keluar dari badan Eko dan Eko tersentak lagi. "Apa sebaiknya aku di luar, atau tetap di dalam?"
"Terserah saja." Eko menjawab malas, pasrah.
"Di dalam saja, ya. Lebih mudah berinteraksi." Eko mengabaikan itu, dia sudah menjawabnya sebelumnya.
"Omong-omong, apa maksud mimpi itu? Apa itu mimpi soal ... ingatanmu?" Eko membuka mata, dia menatap Dilon yang sebenarnya siap melompat masuk.
"Yah, itu ingatanku, tentang kasus terakhir yang aku tangani. Penangkapan seorang bandar narkoba, dan prostitusi." Dilon berusaha mengingat-ingat hal tersebut.
"Kayak film action, gitu ya jadi polisi satuan khusus? Terus gimana tuh akhirnya?"
Dilon menggeleng. "Aku tak tahu pasti, entah kenapa ingatanku hilang tentang hal tersebut, dan aku merasa ... itu berhubungan dengan satu hal."
"Satu hal?"
"Kecelakaanku dengan Valerie." Eko memicingkan mata, kaget. "Truk itu seakan sengaja menabrak, bahkan menyesuaikan posisinya agar aku yang terkena, apa menurutmu itu masuk akal kalau hanya sekadar kecelakaan karena melanggar rambu atau di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan?"
"Keknya kamu polisi dengan banyak musuh. Mau menegakkan hukum soal itu, gak?"
Dilon menghela napas panjang. "Sudahlah, itu sudah tak penting lagi, sebaiknya memang kasusnya tenggelam dan Valerie tak tahu menahu soal itu. Karena aku khawatir, mereka mengincar kekasihku ataupun mengincar keluargamu."
"Ngeri juga, ya. Orang licik dengan harta, bisa lakuin apa aja." Eko melipat tangan ke belakang, dia jadi teringat seseorang.
Siapa lagi kalau bukan Paman Frans aka ayah dari iparnya, yang syukurlah sudah tobat--sedikit. Karena Frans masih suka memperluas wilayah kekuasaan. Walau terkesan rakus, berujung baik sih, karena kemudian dia membuka hal-hal berbau amal.
"Kita fokus menggaet hati Valerie, itu saja cukup."
"Yah, terserah."
"Aku masuk dulu, Eko."
"Ya ...." Eko membiarkan Dilon menghilang ke dalam tubuhnya.
"Kamu dengar aku?"
"Hm ... aku mau tidur sebentar. Capek." Eko memejamkan mata dan mulai menidurkan diri.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Masuk, Mas Eko! ✅
Romance"Tapi, Ko, daripada itu ... apa kamu gak mau masuk ke kehidupan Valerie dan jadi penyembuh luka Valerie?" "Aku berpikir begitu, sempat, tapi aku berpikir lagi. Apa menurutmu ... kalau bukannya menyembuhkan aku malah ... membuatnya semakin terluka?"...