~~•Happy Reading•~~
"Selamat pagi," sapa Raya. Ia menaruh tasnya dan duduk bergabung di meja makan. Dirinya bisa melihat senyum para kakaknya yang terlihat mengembang.
"Kamu beneran mau sekolah hari ini?" tanya Dias memastikan. Ia hanya bisa tersenyum saat Raya mengangguk penuh semangat.
Selesai sarapan, Dias langsung mengantarkan Raya ke sekolah. Sebelum meninggalkan sang adik, tak lupa sebuah pesan agar selalu menjaga diri dan juga kecupan hangat ia berikan.
Raya pun beranjak dari tempatnya saat mobil Dias mulai menjauh dari hadapannya. Di dalam kelas ia langsung disambut dengan teriakan sahabat sekaligus teman sebangkunya.
"Raya." Imel lantas memeluk erat Raya. "Lo gak papa, kan? Lo sudah sehat, kan?"
"Lepas dulu. Gue gak bisa napas," pinta Raya. "Iya. Gue sudah sehat seperti sedia kala," lanjutnya.
Raya lanjut berbincang-bincang dengan Imel. Ia sama sekali tak menghiraukan tatapan dari dua orang yang memperhatikannya sejak masuk ke kelas. Mereka adalah Elsa dan Ken.
Ya, untuk sekarang ia tak ingin memikirkan masalahnya dengan Elsa. Sementara Ken, entahlah. Mungkin ia akan berbicara dengannya nanti.
Sementara itu, tatapan Ken tak pernah berhenti tertuju kepada Raya. Ia sangat senang karena gadis itu kembali masuk sekolah. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, ia merasa jika Raya menghindari dirinya. Tapi mengapa? Apakah karena malam itu?
Sebenarnya Ken tak masalah meskipun Raya tak punya perasaan yang sama terhadapnya. Namun jika pada akhirnya pernyataannya malam itu membuat Raya tak nyaman, ia pasti akan merutuki dirinya sendiri.
"Raya," panggil Ken. Sejak bel istirahat berbunyi, ia mengikuti kemanapun gadis itu pergi. Kini berakhirlah mereka di sini, taman belakang sekolah.
Ken sudah membulatkan tekad untuk menyelesaikan masalah malam itu. Jujur ia tak tahan jika harus didiamkan seperti ini oleh Raya. "Aku mau kita bicara sebentar. Boleh?"
Raya tak menjawab. Ia bahkan tak berbalik untuk menghadap Ken. Dirinya hanya terdiam sejak Ken memanggil namanya.
"Malam itu, aku ...."
"Maaf, Ken," potong Raya. Ia pun berbalik dan memutuskan untuk menghadapi Ken. "Maaf karena waktu itu aku ngebentak kamu," sesalnya.
"It's okay, Ray," balas Ken. "Lagipula waktu itu aku juga gak bilang dulu ke kamu kalau mau ke rumah. Maaf, Ray."
Raya menggeleng pelan. Ia sama sekali tak marah ketika Ken tiba-tiba ke rumahnya, hanya saja ini rumit untuk dijelaskan. Jadi, Raya menahan diri untuk berbicara banyak.
"Masalah waktu itu ...." Ken kini nampak ragu menanyakan hal itu sekarang, padahal tadi dirinya amat sangat yakin.
"Tentang masalah itu, aku mau tanya sesuatu sama kamu," ucap Raya berubah serius. "Kenapa? Kenapa kamu bisa punya perasaan ke aku, Ken?" tanyanya setelah beberapa saat.
Di antara banyaknya pertanyaan di pikiran Raya saat ini, entah mengapa dirinya ingin sekali mengetahui hal itu. Sebuah alasan di balik rasa yang hadir dalam hati Ken.
"Karena aku jatuh cinta sama kamu, Ray," jawab Ken. "Cuma jatuh cinta sama kamu." Ia tatap dalam mata Raya yang nampak ragu.
"Tapi kenapa harus aku?"
"Karena kamu adalah Raya," sela Ken. "Gadis pendiam yang ternyata atraktif. Gadis yang selalu peduli terhadap sekitarnya. Gadis yang bikin aku semakin semangat meskipun hanya dengan senyumannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
General FictionRahasia. Kau tahu rahasia? Apakah kau ingin kuberi tahu sebuah fakta tentang diksi ini? Faktanya adalah setiap manusia di dunia ini punya yang namanya rahasia. Aku yakin semuanya pasti tahu, tapi masih banyak yang tidak menyadari hal ini. Kemari...