~~•Happy Reading•~~
Suasana rumah keluarga Wijaya terlihat sepi. Ya, jika dilihat dari luar memang tampak sepi. Namun, jika menelisik ke dalam, terlihat para penghuninya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Meskipun begitu, mereka sama-sama menunggu kedatangan satu-satunya perempuan di keluarga ini.
“Raya mana, sih? Sudah lapar nih gue,” keluh Joey. Ia memegang perutnya yang terasa semakin tipis. Di sana ia bisa merasakan beberapa roti kotak hasil dari work out-nya selama ini.
“Dasar perut gentong,” cibir Naka. “Roti tiga bungkus tadi lo kemanain?”
“Gue pengen makan nasi,” cerca Joey. Ia lantas melengos saat melihat kakaknya itu sedang mengejeknya. Perhatiannya ia alihkan ke ponsel, berusaha mengurangi lapar yang dirasakannya. “Astaga. Ada kecelakaan rupanya.”
Para kakak Joey sejenak melirik ke arahnya. “Hah, mungkin ini alasan Raya lama pulangnya,” tutur Joey saat melihat video yang memperlihatkan bus terbakar. Kecelakaan tersebut terjadi di jalan yang akan Raya lewati ketika pulang. Hal itu berarti akan terjadi macet dan membuat Raya pulang telat.
Joey pun melihat-lihat komentar yang ada di video tersebut. Perlahan keningnya mengkerut, dan digantikan dengan rasa terkejut. Matanya sontak terbelalak saat membaca salah satu komentar di sana.
Otak Joey seolah-olah berhenti berpikir. Ia terpaku, mulutnya membisu, menatap layar ponsel di tangannya. Waktu seakan berhenti berjalan, dunia seolah-olah berhenti berputar. Matanya mulai memanas saat kesadarannya kembali.
“Enggak. Enggak mungkin,” racau Joey. Ia melihat ke arah para kakaknya, berharap apa pun yang dirinya lihat itu salah. Berharap jika semua ini adalah mimpi di mana ia harus segera bangun.
“Kenapa?” tanya Dias saat melihat mata Joey berkaca-kaca. Ia bisa melihat jika adiknya itu bingung entah karena apa. Ponsel Joey ia ambil begitu saja, berusaha mencari tahu apa yang membuat adiknya itu menjadi seperti ini.
Penumpang di bus itu katanya rombongan siswa study banding dari SMA Taruna Bangsa.
Tak jauh berbeda dengan Joey, Dias juga ikut terkejut saat membaca komentar tersebut. Dadanya terasa sesak seolah-olah ditimpa batu berton-ton beratnya. Ponsel yang ada di genggamannya jatuh tanpa sengaja.
Rendra yang sempat mencari berita kecelakaan bus pun langsung berusaha menghubungi Raya. Pikirannya kalut, ia hanya berharap adiknya itu baik-baik saja. Ekspresi khawatir semakin kentara saat Raya tak kunjung menjawabnya.
“Kita ke sana aja sekarang, Bang,” saran Wira. Air mata telah jatuh di pipinya tanpa permisi. Pikiran negatif tak bisa ia enyahkan dari kepalanya.
Mobil Dias pun melaju dengan kencang, membelah jalanan kota menuju tempat kecelakaan. Rasa khawatir menyelimuti semuanya. Satu yang pasti, mereka hanya berharap Raya baik-baik saja.
Dari kejauhan Dias dan yang lainnya bisa melihat ada kerumunan dengan mobil pemadam kebakaran di sana. Mereka harus turun dari mobil karena tidak bisa lewat. Hujan yang mengguyur tak mereka hiraukan.
Rasa sesak langsung menyerbu semuanya saat melihat pemandangan di hadapan mereka. Asap yang membumbung ke udara mewakili perasaan mereka saat ini. Harapan yang mereka panjatkan pupus seketika saat menyaksikan kerangka bus yang sudah menghitam.
![](https://img.wattpad.com/cover/167155954-288-k844307.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
General FictionRahasia. Kau tahu rahasia? Apakah kau ingin kuberi tahu sebuah fakta tentang diksi ini? Faktanya adalah setiap manusia di dunia ini punya yang namanya rahasia. Aku yakin semuanya pasti tahu, tapi masih banyak yang tidak menyadari hal ini. Kemari...