DUA PULUH TIGA

2 2 0
                                    

~~•Happy Reading•~~

“Hana.”

Raya menarik Hana untuk lebih dekat kepadanya. “Sudah lama nunggunya?” tanyanya berbasa-basi.

Meskipun kebingungan, Hana tetap menggeleng untuk menjawab pertanyaan Raya. Kini pandangannya jatuh kepada pria yang ada di sebelahnya. “Kenalin dia temen aku, Raya,” ucapnya.

Raya menjabat tangan pria yang diketahuinya bernama Niko. Setelah itu ia berpamitan dengan menggandeng Hana.

“Mau ke mana kamu?” tanya Niko menahan Hana.

“Hana sudah ada janji sama gue,” jawab Raya. Ia menarik Hana agar terlepas dari Niko.

“Dia ke sini bareng gue. Jadi, pulangnya juga sama gue.”

Raya maju lebih dekat dengan Niko. “Gue rasa Hana gak mau pulang bareng lo,” jawabnya. “Berhenti menyiksa Hana. Gue tahu apa yang lo perbuat ke dia tadi,” imbuhnya. Beruntung ia sempat melihat ketika Hana berjalan dengan sedikit ditarik oleh Niko. Dugaannya benar, memang ada yang tidak beres di antara dua orang ini.

“Hana,” panggil Niko penuh penekanan. Netranya menggambarkan kalau dirinya mulai kesal dan marah.

“A–aku pulang bareng Raya aja,” jawab Hana. Ia menatap mata Raya yang seolah-olah menyuruhnya untuk tidak takut. “Dan aku mau kita putus,” ujarnya.

Niko tersenyum miring mendengar perkataan Hana. “Rupanya keberadaan gadis kecil ini bikin kamu jadi berani ya sama aku,” desisnya.

Raya langsung menendang tangan Niko yang berusaha mengambil sesuatu dari saku celananya. Ia tahu apa benda itu karena tadi Niko juga sempat mengeluarkannya sebentar.

Hana menutup mulutnya tak percaya. Pisau, benda yang terlempar karena ulah Raya. “Kamu ngapain bawa pisau, Niko?” pekiknya.

Tak hanya Hana, orang-orang di sekitar pun sama terkejutnya. Niko yang melihat jika dirinya menjadi pusat perhatian langsung menyerang Raya. Ia yang mengira Raya tak bisa beladiri sama seperti Hana, langsung tercengang saat dirinya tiba-tiba terbaring di tanah.

Beberapa orang yang ada di sekitar dengan cepat mengambil alih Niko untuk dibawa ke pos keamanan terdekat. Sementara itu, Raya berjalan mendekati Hana yang terus saja menatapnya.

“Lo gak papa?” tanya Raya. Hana pun mengangguk. “Lo kenapa bisa berakhir sama cowok kayak dia, sih?” tanyanya.

Raya menghela napasnya dalam-dalam, berusaha meredakan kekesalannya terhadap Hana. “Ikut gue,” titahnya. Ia membawa Hana menuju penginapan. Beruntung saja ketika kejadian tadi ada salah satu guru yang melihatnya. Alhasil Hana pun diperbolehkan untuk tinggal di sana.

“Nih.” Raya memberikan minuman yang diambilnya tadi kepada Hana. “Malam ini lo tinggal aja di sini,” lanjutnya.

“Enggak usah, Ray. Aku juga punya tempat tinggal, kok, di deket sini,” tolak Hana. Ia tak ingin semakin merepotkan Raya, apalagi ini pertama kalinya mereka bertemu setelah sekian lama.

“Tinggal nurut aja apa susahnya, sih. Lo sudah gue izinin ke guru untuk tinggal di sini,” ujar Raya. “Lagian gak ada yang bisa menjamin kalau Niko gak bakalan ke tempat tinggal lo malam ini,” imbuhnya.

“Besok lo juga ikut gue balik,” putus Raya.

“Ray ….”

“Apa?” sela Raya. Ia beranjak dari tempatnya, meninggalkan Hana yang nampak termenung. “Nih.”

Hana mendongak dan langsung disuguhkan dengan pakaian milik Raya. Ia hanya diam menatap teman satu sekolahnya itu. “Lo kenapa baik banget ke gue, sih, Ray?” tanyanya setelah beberapa saat.

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang