PROLOG

40 6 0
                                    

~~•Happy Reading•~~

Perpisahan, satu kata yang bisa menciptakan banyak luka dan kesedihan. Sesuatu yang bisa menjadi awal atau akhir dari sebuah hubungan. Peristiwa yang tak akan pernah bisa dihindari oleh setiap manusia.

“Ayah juga kangen sama Bunda.”

Nampak seorang lelaki setengah baya merangkul bahu anak pertamanya. Ia tersenyum melihat potret dirinya dengan sang istri di hari pernikahannya.

“Bunda pasti bahagia, kan, di sana?”

Pria itu mengangguk. “Dias, andai Ayah pergi menyusul Bunda, Ayah harap kamu bisa menggantikan Ayah. Sayangi adik-adikmu tanpa pilih kasih,” ucapnya.

“Semuanya pasti akan berat di awal, tapi Ayah yakin kamu bisa melewatinya." Pria itu nampak menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Jika suatu saat kamu lelah dan ingin menyerah, jangan berhenti, tapi istirahatlah. Ingat jika kamu tidak sendirian di dunia ini.”

Dias menatap Ayahnya yang tengah melihat lurus ke depan. Ia tahu jika hal ini pasti akan datang. Semenjak kepergian sang bunda, setiap hari ia mempersiapkan diri jika Ayahnya juga akan pergi dan melimpahkan semua tanggung jawab terhadapnya. Namun, sesiap apapun dirinya, semua ini tetaplah berat.

“Meskipun pada akhirnya ada banyak orang yang meninggalkan kamu, Tuhan pasti akan menggantinya dengan orang-orang yang jauh lebih menyayangimu. Kamu cukup percaya hal itu dan semuanya akan baik-baik saja.”

Dias tetap berdiri di ruang tengah meskipun sang Ayah pergi meninggalkannya. Suara rintik hujan di luar sana menemaninya termenung. Hingga sebuah teriakan mengalihkan perhatiannya.

Dias berlari keluar menghampiri adik-adiknya. Tubuhnya membeku, pandangannya terpaku, menatap pria panutannya tergeletak begitu saja di jalanan dengan bersimbah darah. Dunianya seakan berhenti berputar.

Apakah sudah waktunya?

Apakah ini hari yang sudah disangka-sangkanya?

“Ayah!”

~~•To Be Continued•~~

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang