(36) - Fight 3

7 1 0
                                    

Deru Kereta api Tawangalun sesekali membunyikan klakson panjang membelah kesunyian malam di perbukitan hutan Gumiter. Jauh di belakang remang-remang 3 ekor ajag mengejar. Sorot matanya merah membara. Tiap kali kakinya mengayun, tubuhnya semakin besar menyerupai sosok raptorial. Penumpang di gerbong 5 yaitu gerbong paling belakang tampak tenang, sebagian lelap dalam tidur. Sedangkan balita dalam gendongan ayahnya tertidur pulas di dekat kaca gerbong belakang. Kakaknya yang baru saja bangun menghampiri. 3 sosok makhluk besar menyeramkan mengejar semakin mendekat tak seorangpun yang tahu.

"Rian, jangan ganggu adik! Nanti bangun. Biarkan adikmu tidur!"

Berusaha menghindari tangan jahil Rian hingga adiknya terbangun. Tatkala tahu sang kakak menggoda mengitik kaki, adiknya melonjak dalam gendongan berusaha menghindar tertawa girang. Matanya tak sengaja melihat sosok mengerikan dengan sorot mata merah membara dibalik kaca gerbong belakang. Seketika menjerit sejadinya ingin lepas dari gendongan dengan menjulurkan kedua tangan berusaha menjauh.

"Se... serigala...!" teriak ayahnya.

Melihat seperti yang ditakutkan anaknya. Semakin mengganggu ketenangan penumpang gerbong belakang. Lari mendekap si kecil menuju gerbong depan. Rian menangis mengikuti ayahnya merasa ditinggal pergi. Penumpang yang mendengar terbengong saling pandang.

"Serigala? Ah, lebay tu orang!" kata pemuda yang baru saja naik dari stasiun Jember. Menengok ke belakang melihat kekagetan penumpang pada saling pandang, tak ada serigala yang di maksud.

Satu per satu beranjak dari duduk panik berdesak-desakan menuju gerbong depan. Sambil mengedarkan pandangan dibalik kaca gerbong, mencari wujud serigala yang dimaksud. Sebagian penasaran memperhatikan gerbong belakang mulai kosong. Dikejutkan hantaman keras hingga gerbong kosong terguncang hebat diikuti jerit histeris penumpang.

"Ada apa, mas?" teriak Birawa. Menyongsong pemuda yang ketakutan merangsek mendekat.

"Ada sesuatu di belakang," ucapnya. Sambil berlalu menuju gerbong depan diikuti penumpang lainnya yang tak tahu apa-apa.

Tubuh Birawa yang tinggi besar berusaha merangsek menuju gerbong belakang sambil mendekap kerisnya mengedarkan pandangan mencari tahu. Sekali lagi raptorial menghantamkan tubuhnya hingga lampu seluruh gerbong mati nyala silih berganti. Birawa terus merangsek masuk ke dalam gerbong 5. Sempat melihat kelebat bayangan hijau keabuan di balik kaca gerbong terdengar mendesis. Dan sepasang mata merah membara timbul tenggelam terhalang terbatasnya lebar frame kaca.

Ketakutan dan panik penumpang terobati tatkala melihat tunas tanaman sulur keluar dari tubuh Birawa. Dengan cepat menyambar keris di tempatkan menyilang di balik punggung sebelum membalut tubuhnya dengan ketat. Perlahan diselimuti sinar aura putih kebiruan menjilat-jilat. Kedua tangan membuka paksa pintu gerbong perlahan-lahan hingga besi bengkok, diikuti kaca pecah berserakan di lantai. Decak kagum sebagian orang melihat sosok pahlawan yang diharap menyelamatkan seluruh penumpang gerbong kereta api. Tubuh sosok tersebut di tarik tanaman sulur terangkat keluar, naik ke atas atap gerbong.

"Dari wujudnya seperti dinosaurus. Apakah ini hewan jadi-jadian? Ataukah monster serigala? Ah masa bodoh."

Dibalik punggung muncul tunas menghunus kerisnya.

"Sriiing."

Tangan kanan menyambut keris dalam genggaman menyilang di depan dada, siap menebas.

Kereta api mulai memasuki jalan sempit terapit tebing memanjang tak lebih tinggi dari gerbong. 2 raptorial berpencar naik ke sisi kiri dan kanan tebing menimbulkan suara gemuruh diikuti tanah longsor. Salah satu raptorial melompat naik ke atas atap gerbong, mengendap menggeram menatap tajam.

"Kemarilah sayang, kalau mau mencoba ketajaman keris ku. Tak sejengkal pun nyaliku mundur." Waspada menatap tajam.

Pergerakan 2 raptorial di sisi kiri dan kanan tebing terus mengejar. Sewaktu-waktu siap menyerang tak luput dari perhatiannya. Dengan beringas raptorial dihadapannya menerkam. Birawa menghindar ke kiri, diikuti sabetan keris menyilang.

Nusantara bangkitlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang