(29) - Otak perampokan tertangkap

8 1 0
                                    

Birawa melangkah masuk restoran KFC menuju kasir, teringat kebiasaan Pak Darmo mentraktir, sudah tak canggung seperti dahulu. Tak tahu kalau di sampingnya sudah mengantri 3 KeNus hendak menyergap. Sedang 3 KeNus lain menunggu di pinggir jalan raya siap dengan ducatinya.

Birawa membawa paket hemat di atas nampan menuju lantai 2. Berhenti sejenak mengedarkan pandangan mencari si otak perampokan.

"Itu dia orangnya duduk di depan sana," gumamnya dalam hati. Terlihat wajahnya dari samping. Melangkah menghampiri tak terbersit rasa takut dan gentar.

"Permisi, boleh saya duduk di sini?" Memohon pria paruh baya yang duduk dihadapannya.

Tak sepatah kata terucap. Hanya menaikkan alis kiri sekali. Sikapnya yang dingin seakan tidak senang privasinya terganggu. Cuek, tetap menikmati hisapan rokok kretek. Tak peduli adanya petunjuk dilarang merokok berukuran besar tertempel di setiap sisi dinding. Birawa memaksakan diri duduk.

"Kalau malam hari duduk di sini menghadap ramainya jalan, pemandangannya bagus. Menurut bapak bagaimana?" tanya Birawa mengawali pembicaraan.

"Ya, bagus," ucapnya asal jawab. Menatap jemari tangannya sendiri yang keriput tersemat 2 cincin akik, sembari memainkan puntung rokok.

"Melihat aksi perampokan tadi sangat mencekam ya, Pak! Bapak melihat kejadian itu?"

"Ya, saya melihatnya."

Birawa terus memburu pertanyaan demi pertanyaan. Tak tahu kalau ada yang memperhatikan dari jarak 4 m menangkap pembicaraan.

"Mengapa bapak tidak mencoba membantu polisi dan menolong sandera?"

"Hei, anak bau kencur! Maksudmu apa?" gertaknya. Mulai tidak senang arah pembicaraan pemuda dihadapannya.

"Tidak ada maksud apa-apa. Perampok sudah kabur meloloskan diri. Mungkin bapak bisa bantu mengembalikan uang tersebut kepada pihak Kepolisian! Masalahnya akan selesai."

"Kau bosan hidup, ya! Ku bunuh kau!! Jangan sebut namaku Gondo Mayit, kalau tidak bisa membunuhmu!" gertaknya sekali lagi. Tangan kanan menarik perlahan benda kecil dari warangkanya.

Kedua anggota KeNus mendengar gertakan tersebut tersentak melihat keris sudah keluar dari warangka. Axel menahan bahu teman di sampingnya yang hendak bereaksi untuk tidak bertindak gegabah.

Sebilah keris dari tangan Gondo Mayit melesat, namun terhenti pada lapis aura putih kebiruan membentengi tubuh Birawa.

"Wow...! Benda inikah andalanmu?"

Dengan tenang tangan kanan menggenggam keris yang masih melayang dihadapannya. Mata menatap tajam saling pandang. Sedang kedua KeNus hanya menyaksikan penuh ketegangan.

Sinar aura putih kebiruan pada genggaman tangan kanan makin lama makin berkilau. Terpancar dari sela-sela jari bersama keluarnya asap mengepul. Keris jadi abu, tatkala ditabur di atas meja dengan gerakan cuci tangan membersihkan debu yang masih menempel. Gondo Mayit mulai takut dan gentar menghadapi anak muda dihadapannya. Birawa mencengkeram lengannya tanpa ada perlawanan.

Kedua KeNus kagum akan kekuatan pemuda yang di lihatnya.

"Untuk menebus dosa karena bersekutu dengan setan, saya ubah bapak jadi lahir baru."

Gondo mayit bengong tidak mengerti maksudnya.

Gabungan kedua ilmu aura inti dan cakra inti dengan cepat menjalar ke tubuh Gondo Mayit, memusnahkan semua ilmu yang dimiliki hingga tubuhnya terguncang hebat, terkulai lemas.

"Bapak harus ikut saya ke kantor Polisi. Guna mempertanggungjawabkan kejahatan Bapak dihadapan Polisi."

"Tidak mau! Buktinya mana?" tantangnya.

Nusantara bangkitlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang