(39) - Mencari pusaka Surya Majapahit

9 1 0
                                    

Malam semakin gelap. Birawa memantapkan langkah menerjang gelapnya Alas Purwo. Melewati vegetasi pohon bambu cukup luas dan rapat. Suara gesekan batang dan ranting tak semata terpaan angin belaka. Tapi banyak aktifitas entitas astral hendak menggoda. Tetap melangkah tak sedikitpun takut. Pikirannya tiba-tiba teringat akan residual energi dalam tubuh Micel.

"Residual energi di dalam tubuh Kak Micel benar adanya. Petunjuk yang ku cari cocok dengan residual energi pada diri nenek Atin," pikirnya dalam hati.

Dibalik punggung menyembul sinar aura putih kebiruan dalam bentuk entitas Naga bermahkota. Entitas astral tiba-tiba semburat seperti ditelan bumi. Terus melangkah tak menyurutkan niat mencari di setiap goa, bukit batu dan tebing yang dilewati. Sampai tengah malam belum juga menemukan keberadaan pusaka Surya Majapahit.

"Ternyata tidak mudah menemukan goa tersebut. Kondisi goa 6 abad lalu dengan kondisi sekarang sudah berubah." Mengusap keringat di wajah, melanjutkan pencarian. Perhatian tertuju pada bongkahan lempengan batu besar di samping kanan mulut goa.

"Di sini cocok untuk memulai mempercepat pencarian. Menghadap pelataran diterangi sinar bulan purnama dan gemerlap bintang. Pohon beringin besar ini sangat kokoh. Akarnya sampai mencengkeram bagian bawah bongkahan batu. Sebaiknya aku bersihkan, sebelum aku pakai duduk bersila," ucapnya bermonolog.

Mengedarkan pandangan mengamati sekitar. Tampak akar napas pohon bagai rambut tergerai dari dahan-dahan yang menjuntai sampai ke area pelataran. Melepas kaus hingga telanjang dada, dipakai membersihkan bongkahan batu dari lumut dan debu yang menempel. Mengambil sikap duduk bersila (padmasana) di atas bongkahan batu. Perlahan meletakkan keris menyilang di pangkuan. Kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas, bertumpu pada lutut.

Dalam hening, batu merah delima pada warangka keris perlahan bersinar merah membara. Begitu juga tubuhnya diselimuti sinar aura putih kebiruan makin lama makin kuat menjilat-jilat. Tiba-tiba daun kering terbakar saat jatuh dari atas menyentuh atmosfer tubuhnya. Bagai atmosfer bumi, benda angkasa akan terbakar jika memasukinya. Perlahan tubuh terangkat melayang. Inderanya bak sonar kapal laut mengembara menembus dinding-dinding goa. Waktu terasa cepat sudah di ujung pagi. Tepat dihadapannya sebuah bukit dengan tebing tidak terlalu tinggi. Sonarnya memetakan ada rongga besar, menangkap adanya sebuah peti memancarkan aura kuat. Tatapan mata tertuju pada tebing. Sejenak memperhatikan melihat struktur mulut goa tertutup bongkahan batu besar menyatu dengan dinding tebing. Tubuhnya yang masih melayang perlahan turun, meluruskan kaki menjejak di atas tanah.

"Sungguh luar biasa kemampuan orang jaman dahulu. Menutup mulut goa rapat dengan bongkahan batu sebesar itu. Mungkin dengan kekuatan telekinesis, aku bisa membukanya." Optimis ingin mencoba.

Meletakkan keris di atas bongkahan batu di pojok dinding tebing. Tak sengaja melihat tanaman tumbuh menjalar di sela-sela tebing batu berlumut.

"Ini kan tanaman sirih! Seperti yang di tanam ibu di samping rumah," ucapnya spontan. Masih teringat kenangan masa kecil.

Menegakkan kepala menatap tebing ditumbuhi semak. Mundur 10 langkah perlahan. Merentangkan kedua tangan dengan telapak tangan terbuka. Mata dan pikiran fokus pada bongkahan. Tubuh mulai merasakan getaran induksi gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi di ruas-ruas tulang belakang makin kuat. Membangkitkan kekuatan energi inti jutaan neuron di sumsum tulang belakang. Menstimulasi miliaran neuron di otak menjadi kekuatan dahsyat dalam kontrol dan kendalinya. Tengkorak kepala bagai reaktor berongga atau torusnya Tower Wardenclyffe Tesla. Lewat kekuatan telekinesis kedua telapak tangan mulai mencengkeram bongkahan batu berusaha menariknya perlahan. Timbul bunyi gemuruh diikuti gempa hebat mengguncang bibir goa. Terlihat bongkahan batu besar dan tebal bergeser sedikit demi sedikit diikuti jatuhnya tanah, pasir dan kerikil di atasnya. Dan tumbangnya semak belukar yang tumbuh disela-sela celah mulut goa yang mulai terlihat.

Nusantara bangkitlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang