(54) - Zoom meeting

11 1 0
                                    

Gedung Dewan Nusantara Pusat

Di dalam ruang rapat hadir 6 Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat mewakili masing-masing kepulauan dan seorang Ketua Dewan Nusantara Pusat menjadi host zoom meeting di ruang tertutup. Diikuti Perwakilan Dewan Nusantara di daerah di seluruh Nusantara, Menhan, perwakilan intelijen dan keenam ilmuwan LIKNUS dilibatkan secara daring. Jam dinding menunjukkan pukul 10:30. Terlihat durasi zoom meeting di tampilan layar laptop menunjukkan sudah berjalan 30 menit.

"Terima kasih LIKNUS atas jerih payahnya. Pertahanan suatu negara tanpa didukung teknologi memadai akan sia-sia mempertahankannya. Sampai saat ini alat yang menjadi senjata pembunuh sudah kita pasang dan sebar di beberapa daerah. Terbukti ampuh membunuh parasit tersebut tanpa membunuh manusia sebagai inangnya. Sampai banyak pasien menumpuk di Rumah Sakit-Rumah Sakit. Sekali lagi terima kasih buat para ilmuwan," papar Nasution Ketua Dewan Nusantara Pusat. Lewat layar smart monitor besar dalam rapat zoom meeting.

Tiba-tiba laptop salah satu Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat restart dengan sendirinya. Mereka tak sadar mulai disusup hacker dari jarak jauh. Yaitu seorang anak bernama Askara dari dalam rumah. Tampak lewat tatapan matanya bisa menampilkan zoom meeting tersebut di layar smart TV 86". Tak sengaja mamanya melihat wajah-wajah mereka di tampilan layar zoom meeting. Menonton pembicaraan yang tidak dimengerti berusaha merubah channel namun tak bisa. Mematikan smart TV dan melempar remotenya ke sofa. Meninggalkan anak balitanya duduk sendiri di depan smart TV. Meski dilihat dari postur tubuhnya seperti anak usia 8 tahun. Askara menatap punggung mamanya makin menjauh menahan emosi. Hanya dengan kedipan mata, smart TV kembali menyala.

"Kami masih terus mendalami dalang dibalik wabah ini. Dalam 2 bulan terakhir dari data beberapa Rumah Sakit yang kami kunjungi menunjukkan peningkatan 20% jumlah pasien kanker darah. Agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat, diam-diam kami mencoba memastikan kebenarannya. Dalam hal ini saya didampingi Bapak Yarangga bermaksud memancing mahkluk berlendir yang berada di dalam tubuh inangnya menampakkan diri. Dan terbukti terindikasi. Reaksi salah satu anggota keluarga pasien dan bahkan ada dokter maupun perawat merasa tidak senang atas kehadiran kami. Mereka inilah yang kami curigai. Seakan kami adalah musuhnya. Kekhawatiran kami kalau induk semang yang kita cari ada di antara pasien kanker darah!" sahut Keyna menambahkan lewat daring.

"Berarti Rumah Sakit seharusnya menjadi target prioritas kita, justru terabaikan," ucap Bapak Hendry Menteri Pertahanan lewat daring menyesalkan.

"Sudah kami pasang, Pak Menteri," jawab perwakilan intelijen lewat daring mengklarifikasi.

"Cuma di beberapa titik strategis. Karena jumlahnya terbatas dibagi ke fasilitas umum lainnya," ungkapnya.

"Secepatnya kita minta perusahaan BUMN pembuat senjata untuk memproduksi lebih banyak lagi alat tersebut. Ini adalah wabah yang sangat berbahaya. Bisa mengganggu stabilitas ekonomi dan pertahanan negara. Parasit dapat menyebar sangat cepat kalau tidak cepat diberantas. Contoh KeNus yang kami khawatirkan sebelumnya. Bukannya tidak mampu melawan. Karena demi menghindari konfrontasi. Berbahaya kalau parasit berlendir tersebut berpindah ke salah satu anggota KeNus." Tampak panik terbaca di wajah Bapak Hendry.

"Fokus kami menempatkan Kesatria Nusantara bertugas melindungi Presiden beserta keluarga dan Wakil Presiden beserta keluarga. Juga para Menteri, termasuk Kehakiman dan pejabat Peradilan. Dibalik pakaian mereka terpasang alat pemancar gelombang ultrasonik. Fokus berikutnya Menempatkan beberapa personel KeNus di tiap pintu masuk dan pintu keluar Rumah Sakit. Juga menempatkan di fasilitas umum lainnya. Lewat pantauan satelit yang sukses mengorbit di luar angkasa, telah melacak jumlah dan sebaran parasit berlendir tersebut. Dari update kemarin, sungguh mengerikan pertumbuhannya. 25% jumlah parasit terkonsentrasi di Jakarta. 75% nya menyebar di beberapa penjuru tanah air. Yang jadi masalah sekarang, serangan terselubung seakan terkoordinasi telah menyusup ke pemerintahan. Baik legislatif eksekutif dan yudikatif. Petinggi Kepolisian dan petinggi ABRI bahkan sudah ada yang menyusup ke Departemen Pertahanan. Mulai ada pejabat berpengaruh menginginkan Dewan Nusantara dihapus. Menurutnya pemborosan anggaran, menyalahi kaidah agama dengan dalih manusia dijadikan kelinci percobaan, tak banyak membantu menuntaskan kejahatan, biaya operasional tinggi, kekhawatiran system keamanan nantinya disalah gunakan dan masih banyak lagi," papar Ketua Dewan Nusantara Pusat sekali lagi. Semua terdiam, merasakan kengerian sudah di ambang pintu. Tiba-tiba dikejutkan lampu darurat yang menempel di dinding di atas pintu masuk menyala merah. Ketua dan keenam Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat mengetahui adanya bahaya penyusup.

"Tentang kekhawatiran Bu Keyna, kita bicarakan lagi di zoom meeting berikutnya. Karena ada kebocoran noise, terpaksa kita akhiri pertemuan ini. Selamat siang," ucapnya sekali lagi selaku host di zoom meeting. Satu per satu 7 laptop bergantian di shut down. Seluruh Perwakilan Dewan Nusantara di daerah pun mengetahui adanya penyusup tersebut lewat alarm yang terkoneksi dengan pusat.

"Untuk sementara jangan meninggalkan tempat. Kita tunggu penjelasan dari IT lebih lanjut," tahan Nasution selaku Ketua pada keenam Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat untuk tidak beranjak dari tempat duduknya.

Pintu terbuka, masuk dua petugas dan menutupnya kembali pintu tersebut menghadap ketujuh petinggi Dewan Nusantara yang sedang duduk menunggu.

"Mohon ijin Bapak Ketua!" ucap salah satu petugas pantau citra satelit. Mengambil remote di atas meja mulai menyalakan smart monitor 90" untuk menampilkan foto citra satelit.

"Kami minta maaf atas ketidak nyamanan zoom meeting terpaksa kami lakukan. Dari temuan tim IT, indikasi adanya penyusup lewat jaringan komputer. Bergabung dalam zoom meeting tanpa kita ketahui. Dia masuk dengan cara merestart salah satu PC atau laptop secara acak. Menyusup sekaligus mengendalikan salah satu laptop peserta zoom meeting. Dan satu lagi dari pantauan citra satelit. Di titik inilah suhu terdeteksi semakin lama semakin meningkat. Kemudian hilang bersama berhentinya zoom meeting," paparnya.

Lewat laser pointer mulai melingkari area yang dimaksud. Terlihat atap genting rumah lantai 1 dan atap genting lantai 2 dibelakangnya, berada di perkampungan padat penduduk.

"Dari petunjuk yang kami terima, pemilik rumah tersebut adalah seorang anggota DPR aktif bernama Bapak Wardoyo." Masih memegang laser pointer mengenakan seragam putih. Menatap Ketua dan keenam Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat mengenakan seragam batik berbeda.

"Kalau dari penerawangan klervoyans, bagaimana?" tanya Wakil Ketua Dewan Nusantara Pusat mewakili Pulau Jawa.

"Tidak ada aktifitas apapun di rumah itu. Murni ditempati sebagai tempat tinggal. Hanya di huni 5 orang. Suami istri, 1 anak perempuannya, 1 cucu dan seorang pembantu. Diperkirakan lewat zoom meeting ini dia sempat meretas selama 20 menit. Diperkuat dari data investigasi KeNus pada seorang tahanan narkoba bernama Benny. Yang bikin heboh sempat melempar tiga anggota Kepolisian Polda Metro Jaya dengan mudah. Dia adalah anak dari seorang anggota DPR tersebut yang sempat terpapar parasit berlendir. Informasi terakhir menderita leokimia," ungkap petugas operator monitor target.

"Terima kasih, bertindak cepat. Tetap pantau area tersebut, sampai ada kejelasan lebih lanjut. Mari kita selesaikan tugas kita yang tertunda di mejanya masing-masing. Dan ketujuh laptop ini tolong diselamatkan," ucap Ketua mengakhiri rapat dengan telunjuknya memberitahu. Saling jabat tangan, sebelum membubarkan diri meninggalkan ruang rapat. 


***

Nusantara bangkitlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang