Simpang susun Semanggi jalan Jenderal Sudirman
Birawa melesat mengejar reptilian yang terbang melintasi mobil-mobil yang merayap di bawah Simpang Susun Semanggi menuju Bundaran HI. Perlahan Birawa menyusul. Tangan kanannya berhasil meraih ujung ekor reptilian dan langsung melempar sekuat tenaga bagai melontar martil.
"Wuuutt...! Melesat jauh.
"Bruuaaak!" Keras menghantam jembatan penyeberangan yang terhubung ke halte bus transjakarta tak jauh dari gedung BRI di sisi kiri jalan.
Birawa melesat mendekati Kanopi jembatan runtuh oleh kerasnya benturan. Menjejakkan kaki di tengah jalan beraspal Jenderal Sudirman. Menatap reptilian menggeliat bangkit menahan sakit. Reptilian mengedarkan pandang menatap nanar melihat mobil-mobil terjebak macet terhalang reruntuhan kanopi jembatan penyeberangan. Dan suara jerit orang-orang panik keluar dari mobilnya lari tunggang langgang. Saat mengetahui sosok tinggi besar menakutkan di antara reruntuhan. Orang-orang di jalur pedestrian dan di dalam halte bus transjakarta serentak semburat ketakutan oleh tatapan tajam reptilian. Berdesak-desakan dibalik dinding kaca koridor halte bus transjakarta menuju jalan tembus jembatan penyeberangan. Untuk bisa sampai diseberang jalan kembar Jenderal Sudirman. Tangan reptilian menyambar mobil di depan dan langsung melemparnya ke arah dinding kaca koridor. Birawa melesat mencoba menangkap, berusaha menyelamatkan orang didalamnya.
"Bruuaaak...!" Tubuh Birawa tergencet rangka besi koridor.
pecahan kaca berhamburan melukai sebagian orang hingga teriak histeris. Perlahan mobil yang sempat menempel di rangka koridor jatuh menyentuh aspal. Reptilian menatap tubuh Birawa tak sedikitpun koyak, melayang berbalut tanaman sulur. Terlindungi selimut sinar aura putih kebiruan bagai nyala api menjilat-jilat. Kepala Birawa tiba-tiba terasa mau meledak dan tatapan mata mulai buram. Dengan kedua telapak tangan memegang kepala berusaha menjaga keseimbangan akhirnya jatuh tak sempat menjejakkan kaki di jalan beraspal. Sinar aura putih kebiruan yang menyelimuti tubuhnya timbul tenggelam mulai lemah. Sempat melihat 3 KeNus hitam saling berdekatan membentuk formasi segitiga dengan merentangkan kedua tangan seakan menekan sesuatu. Tiba-tiba kelebat senjata mandau menebas leher kedua KeNus hitam tersebut. Sedang yang seorang lolos menghindar. Reptilian melesat melewati 3 mobil dibawahnya mengayunkan kaki menendang tubuh Birawa.
"Bouuukk!" Keras menghantam. Tubuh yang jauh lebih kecil dari lawannya terlihat melesat.
"Bruuaaak...!" Menghantam rangka besi koridor lagi dan terpental disambut sabetan ekor reptilian.
"Bouuukk...!"
Tubuh tak berdaya melambung tinggi menghantam ketinggian gedung BRI di sisi kiri jalan. Reptilian tengadah menatap puas tubuh tak berdaya mulai terjun bebas memarut dinding kaca menjadi pecahan-pecahan kecil. Menyaksikan tubuh terjun bebas menghantam jalan beraspal tepat di depan lobi gedung BRI. Dengan angkuh mempertontonkan ekornya mengibas tak tentu arah. Masih menatap tajam tubuh tergeletak berlumur darah di antara serpihan kaca yang berserak. Sekuriti dan pegawai kebersihan merasa iba bergegas menghampiri. Mengangkat tubuh tak berdaya membawanya masuk ke dalam dan meletakkan di lantai lobi gedung BRI.
"Tolong jangan terlalu dekat mengerumuni. Kasihan, dia butuh sirkulasi udara. Menjauh...! Menjauh...!" seru sekuriti. Dibantu 2 orang yang peduli, melihat banyaknya nasabah menumpuk di lobi tak berani keluar gedung. Birawa tersadar perlahan bangkit berdiri. Tiap pasang mata melihat pecahan-pecahan kaca masih menancap di tubuh berlumur darah. Satu per satu pecahan kaca lepas dengan sendirinya dari tubuh Birawa. Saat tanaman sulur perlahan meregenerasi kembali menutup tubuhnya. Menjadi tontonan decak kagum orang yang berdiri mengerumuni.
"Ayo, kamu pasti bisa lawan!" teriak salah satu di antara mereka. Birawa perlahan menoleh menatapnya. Lalu mengedarkan pandangan ke orang-orang yang mengelilinginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusantara bangkitlah
Science FictionPrototype temuan LIKNUS terinspirasi dari 2 pemikiran. Yaitu DNA dan Tower Wardenclyffe Tesla. Tercipta manusia super di bawah naungan Dephan. Berkat ilmu warisan leluhur, Birawa (18 th) resign dari Museum Trowulan mengembara mendaki gunung Arjuno...