(46) - Terjangkit parasit

8 1 0
                                    

Jakarta

Seorang ibu tak bosan memandangi anaknya tertidur pulas di pembaringan bayi terbuat dari kayu. Terlihat mainan menggantung di atasnya. Berada di ruang keluarga, tak jauh dari pintu samping terbuka lebar dengan semilir angin menyejukkan. Disambut pemandangan miniatur relief bukit dan air terjun buatan, menggenang air kolam di bawahnya. Asisten rumah tangga dengan cekatan mengambil pakaian dan popok kotor sehabis bersih-bersih di teras depan.

"Linda! Mulai hari ini lebih baik jangan kau susui anakmu. Papa khawatir puting susu mu digigit nantinya," pesan papanya memperingatkan.

"Ah, Papa! Ngomongnya kok gitu?" jawab Linda sedikit tersinggung.

"Kemarin kedua kakakmu digigit tangannya sampai berdarah." Beranjak dari sofa, televisi dibiarkan menyala.

Melangkah mendekati anak bungsunya yang sedang melipat popok dan pakaian, dalam hati berkata,

"Lebih baik tak membicarakan bapak biologisnya sang bayi. Kasihan Linda." Berdiri terpaku menatap, tak ingin melukai hati anaknya.

"Selama ini Linda baik-baik saja, Pa. Jangan salahkan Askara. Mungkin sedang rewel karena diganggu," elaknya. Sedikit temperamen di saat pikirannya sedang kalut. Tak ingin bayinya disalahkan.

"Leon! Di mana kau berada? Tidak inginkah kau menjenguk Askara bayi kita? Pertumbuhannya sangat cepat. Di usia 3 bulan, anak kita tumbuh besar seperti balita usia 3 tahun dan sudah bisa berjalan. Tapi masih menyukai mainan bayi sebayanya," gumamnya bermonolog dalam hati.

Aksara terlihat tidur pulas, tapi 2 bola mata bergerak perlahan seirama dibalik kelopak mata terpejam. Seakan mendengar dan mengerti percakapan Ibu dan Kakeknya. Tiba-tiba membuka mata lebar-lebar bagai bara api merah menyala, lalu padam menangis sejadinya.

Linda meletakkan popok bersih, bergegas menggendongnya dalam pelukan. Askara ceria kembali dan semakin menggemaskan. Sang kakek tergoda mendekat melihat kelucuan tingkah cucu yang tiba-tiba menyembunyikan wajah di dada ibunya mencari puting susu. Kakek makin tergoda mencoba meraih mainan kelintingan tangan di meja yang kemarin dibelinya. Dibunyikan dekat telinga sang cucu hingga terkejut mencari sumber suara. Mendekatkannya ke mulut, lupa kalau kebiasaan cucu suka menggigit. Dengan cepat sang bayi meraih mainan dan langsung menggigit telapak tangan kanannya.

. "Aduh!" teriaknya

Gigi merobek kulit tepat di bawah jari kelingking hingga berdarah. Refleks tangan berusaha melepas, tangis bayi pun pecah. Tak menghiraukan tangis sang cucu, bergegas menuju dapur sambil mengibas-ngibaskan tangan melihat istri dan asisten rumah tangganya sibuk memasak.

"Ma! Tolong ambilkan hansaplas!" serunya.

"Kenapa tanganmu, Pa?" Melihat jari suaminya terluka. Menyambar lap kering di meja, membersihkan telapak tangan. Bergegas mengambil hansaplas di kotak PPPK menggantung di dinding samping pintu dapur dekat suaminya.

"Itu cucu kita, menambahkan 1 korban lagi!" Menoleh sebentar ke arah Askara yang masih menangis di ruang keluarga.

"Jadi sudah 3 korban kena gigit," ungkapnya sekali lagi melihat istri membalut lukanya.

"Wah... tak terhitung, Pa! Ditambah tetangga kanan kiri kita dan saudara-saudara kita yang kemarin datang. Ya, namanya masih bayi tidak tahu apa-apa. Dalam 3 hari pasti sembuh." Anggapnya wajar.

"Wah..., cucu kita ini pemecah rekor. Kalau besar nanti semoga tidak nakal seperti bapak biologisnya. Kasihan Linda mengasuh dan membesarkan sendiri." Saling pandang tak bisa berbuat banyak. Asisten rumah tangga ikut merasakan. Karena sejak kecil Linda diasuhnya.

"Pa!" ucapnya pelan seperti takut mau bicara.

"Hemm...!" sahut suami mendehem.

"Tadi ada telpon dari pihak Kepolisian. Menginformasikan kalau Benny dini hari tadi terjaring operasi gabungan Polda Metro Jaya kedapatan membawa narkoba. Dan menjelang subuh tadi sempat melawan petugas. Sementara Benny masih menjadi tahanan Kepolisian, kita diminta datang."

Nusantara bangkitlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang