1

15.5K 331 5
                                    

"Mau kemana?? Buru-buru banget". Ujar Fauzan memeluk pinggang ramping Belinda yang sudah cantik dengan setelan kerja. Ia jadi tidak rela mengijinkan Belinda keluar rumah. 

Saat ini, Fauzan berada di rumah Belinda, rumah sederhana yang Belinda beli setahun yang lalu. Rumah ini berada di wilayah perumahan, yang notabenya semua penghuni perumahan disana tidak mengurusi hidup orang lain. Jadi, Fauzan bebas-bebas saja mengunjungi Belinda.

"Saya ada jadwal ngajar". Belinda mengusap lengan kokoh Fauzan, memberi pengertian.

Fauzan berdecak, "Libur sehari bisa?? Saya masih kangen".

Belinda tersenyum, "Nggak bisa, saya hanya sebentar, nanti siang, saya pulang".

Fauzan semakin mengeratkan pelukannya. Ia merindukan Belinda. Karena sudah dua minggu, ia tidak bisa bertemu Belinda lantaran banyaknya tugas kuliah. Ya, Fauzan masih menduduki bangku perkuliahan, ia masih menjadi mahasiswa yang sambil lalu mulai belajar mengurus perusahaan keluarga.

Kalau kalian ingin tahu bagaimana pertemuan mereka berdua. Kala itu, Fauzan bertemu dengan Belinda yang sedang terjebak hujan, berteduh di Cafe miliknya. Fauzan memperhatikan Belinda, wanita yang ia sangka masih seusianya.

Dengan penuh tekad, sajak saat itu Fauzan mendekati Belinda. Meski berkali-kali Belinda mengacuhkannya. Ia masih ingat, kala itu, Belinda menatapnya tajam dan berkata.

"Saya wanita dewasa, umur saya 23 tahun, dan kamu masih bocil".

Fauzan terkekeh geli kala mengingatnya. Sungguh Belinda tidak cocok di sebut wanita dewasa, saat pertama kali ia melihat Belinda,  ia berpikir, jika usia Belinda masih 17 tahun. Belinda memiliki wajah baby face, imut, cantik dan menggemaskan dengan bibir menggoda, tinggi tubuhnya mungil, lucu sekali.

Tapi, peduli setan dengan umur. Fauzan tidak memperdulikannya. Ia menginginkan Belinda. Sangat!.

"Saya tunggu kamu dirumah Be," Ujar Fauzan akhirnya.

Belinda melepas pelukan Fauzan, lalu mengambil tas selempangnya, merapikan kembali pakaiannya.

"Saya berangkat, hati-hati di rumah sayang". Belinda mengecup pipi Fauzan singkat lalu pergi meninggalkan Fauzan yang masih saja tubuhnya bereaksi berlebihan kala Belinda bersikap manis padanya.

_________

Sepulang mengajar, Belinda memasuki kamarnya. Melihat Fauzan yang tengah tidur memeluk guling kesayangannya. Ia tidak menyangka, niatnya mendapatkan kekasih yang lebih tua darinya, justru gagal. Ia malah kepincut dengan berondong yang usianya enam tahun lebih muda darinya.

Belinda memilih membersihkan diri, lalu menggunakan baju santai dengan menggulung rambutnya ke atas. Ia akan memasak, ia yakin, bangun tidur nanti, Fauzan akan merengek kelaparan.

Belinda akan memasak ayam goreng kecap, tumis kangkung dan sambal. Sebenarnya, Fauzan tidak pernah pilah pilih soal makanan. Meski Fauzan terlahir dari keluarga konglomerat, nampaknya lidah anak itu sangat kondisional.

Fauzan yang mencuim wangi masakan enak, cacing diperutnya berontak. Itu pasti Belinda, pikirnya. Fauzan segera bangun, cuci muka, lalu menghampiri Belinda yang sudah menata meja makan dengan masakannya yang sudah selesai.

Fauzan suka sekali pemandangan ini, ia suka melihat Belinda yang tersenyum padanya dan memperlakukannya layaknya raja. Belinda, wanita yang paling tahu membuatnya merasa nyaman.

"Makasih sayang". Ujar Fauzan saat ia menerima sepiring nasi dan lauk-pauk dari Belinda.

Dengan semangat, Fauzan mulai melahapnya. Enak!. Masakan Belinda memang selalu enak. Belinda hanya tersenyum tipis saat melihat Fauzan makan dengan lahap.

"Pelan-pelan". Belinda mengusap sudut bibir Fauzan saat ia melihat ada sambal disana.

Belinda terkekeh saat melihat wajah Fauzan memerah, dan ia suka saat melihat Fauzan begini.

Seusai makan siang, Fauzan dan Belinda tiduran dikamar Belinda sembari menonton film. Fauzan memeluk Belinda dari belakang, dan Belinda tidur dilengan Fauzan.

"Be???"

"Iya???" Sahut Belinda, menoleh, menatap Fauzan.

"Kamu udah cocok jadi istri".

Belinda tertawa renyah, cantik sekali. Belinda berbalik menghadap Fauzan. Disentuhnya wajah laki-laki di depannya yang memilih memejamkan mata, menikmati sentuhan Belinda.

"Kamu masih kecil".

Fauzan membuka mata, mengerucutkan bibirnya, "Aku sudah besar, jangan lupa Be, aku bisa bikin kamu hamil". Bisiknya di telinga Belinda. 

Belinda mengelus dada Fauzan, "Selesaikan dulu kuliahnya,"

Fauzan menangkap tangan Belinda, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Belinda. "Saya sudah nggak sabar, saya ingin melihat kamu setiap hari disamping saya, saya ingin selalu bersama kamu setiap hari, saya ingin kamu menjadi milik saya".

Belinda mengerjapkan mata, ia mendekatkan diri, memeluk Fauzan, merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam pelukan Fauzan. Andai Fauzan tahu, Belinda pun juga sangat menginginkan hal yang sama. Tapi, pantaskah ia bersanding dengan Fauzan?

Fauzan mengelus punggung Belinda penuh sayang, sesekali menghirup wangi tubuh Belinda yang sangat ia sukai. Keinginannya begitu besar untuk memiliki Belinda, sangat!.

____________
Tinggalkan Vote dan komen ya. Terimakasih. Salam hangat.

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang