Belinda meringis saat anak didalam perutnya menendang, waktu berjalan begitu cepat, kehamilannya semakin membesar dan sudah berusia sembilan bulan. Selama beberapa bulan ini, Belinda benar-benar menikmati masa-masa kehamilannya, meski ada beberapa momen yang membuatnya sedih.
"Belinda, kamu istirahat dulu deh, dari tadi kamu kerja terus, kamu lagi hamil gedde, takutnya kenapa-napa". Ujar Noni mendekati Belinda yang masih mencuci piring.
"Aku nggak papa Mbak Noni, aku baik-baik aja".
Noni menatap Belinda iba, tidak apa-apa gimana? Padahal, ia sering melihat Belinda memijat pinggangnya, kakinya dan mengelus perutnya. Ia tahu, Belinda lelah dan sakit, tapi wanita hamil itu memaksakan diri.
Ia tidak tahu, bagaimana bisa laki-laki sialan yang entah siapa itu, Noni tidak tahu, tega sekali ia membuat wanita secantik Belinda seperti ini. Padahal, dari sisi manapun, Belinda sempurna dimata Noni.
"Belinda, harusnya kamu ambil cuti, dikit lagi mau lahiran".
Maunya Belinda begitu, ia akan cuti, mungkin dua hari lagi. "Iya mbak, aku memang merencanakan untuk cuti,"
"Yaudah, aku kedepan dulu ya, ada pelanggan".
Belinda mengangguk, mencuci tangan lalu berdiri. Ia akan meletakkan piring yang bersih ke tempatnya. Tapi, naas, lantai yang licin membuatnya terjatuh. Noni yang masih belum jauh meninggalkan Belinda menjadi panik mendekati Belinda.
"Ahhh perutku, sa-sakit,"
"Ya Allah Belinda, tolong, tolong". Noni berteriak panik meminta pertolongan.
Belinda mengelus perutnya, rasa takut kehilangan membuatnya menangis, ia tidak mau anaknya kenapa-napa. Sekuat tenaga, ia berusaha membuka mata, bahkan saat rekan kerjanya mengangkat tubuhnya dan membawanya ke rumah sakit, Belinda tetap membuka mata sembari meringis menahan sakit.
"Belinda, sabar ya, ya Allah cepetan Toni, lelet banget bawa mobil". Ujar Noni sembari mengusap peluh di dahi Belinda yang merebahkan diri di pahanya.
"Ini juga udah ngebut, dikit lagi sampai". Kata Toni, sejujurnya ia pun sangat panik, tapi, ia harus tenang karena ia harus konsentrasi membawa mobil.
Beberapa menit kemudian, mobil yang membawa Belinda sudah tiba dirumah sakit. Belinda segera dibawa kedalam, menjalani pemeriksaan.
"Bu Belinda, suami anda dimana? Kami harus berbicara dengan suami anda untuk..."
"Katakan saja dok, suami saya tidak ada, dia sedang bekerja". Ujar Belinda memotong ucapan dokter.
"Anda harus dioperasi segera, kalau tidak..."
"Lakukan dokter, saya akan membayarnya berapapun,"
Dokter Anggun mengangguk, ia mulai mempersiapkan ruang operasi. Belinda memasuki ruang operasi seorang diri, tanpa siapapun yang menemaninya. Rekan kerjanya sudah pulang karena restoran sedang ramai, dan ia memaklumi itu.
Hatinya berdenyut nyeri, disaat seperti ini, ia membutuhkan Fauzan, harusnya, laki-laki itu menemaninya disini. Menggenggam tangannya, menguatkannya. Tapi, itu tidak mungkin terjadi.
_______________
Dada Fauzan mendadak sakit, perasaannya tidak enak, hingga ia bingung dengan dirinya sendiri. Seharian ini, ia gelisah, bahkan perutnya sama sekali tidak lapar meski ia belum makan seharian.
"Batra, saya nggak tahu kenapa perasaan saya tiba-tiba nggak enak". Ujar Fauzan kepada Batra.
"Sampai saat ini, apakah belum ada informasi soal Belinda?".
"Belum Tuan". Jawab Batra pelan.
Fauzan menyugar rambutnya, saat ini keduanya berada di rumah Belinda. Fauzan hampir gila rasanya setiap hari menunggu Belinda, buru-buru pulang ke rumah takut Belinda menunggunya pulang, dan Batra begitu sedih melihat atasannya seperti ini.
"Perasaan saya nggak enak, saya takut, takut terjadi apa-apa dengan Belinda. Karena jika sampai itu terjadi, saya nggak akan bisa memaafkan diri saya sendiri". Fauzan mencium wangi Belinda yang masih tersisa didaster yang terakhir kali Belinda gunakan. Ia benar-benar sangat merindukan wanitanya.
"Berdoa Tuan, semoga Nona Belinda baik-baik saja".
Fauzan menghela nafas, ia melangkah meninggalkan Batra, masuk ke dalam kamar Belinda. Berbaring disana, "Kamu baik-baik saja kan sayang? Saya benar-benar sangat merindukan kamu Be".
"Setiap hari saya selalu pulang cepat, saya takut kamu menunggu saya pulang. Tapi, setiap kali saya kesini, kamu tidak ada, kamu tidak pernah pulang. Kamu nggak kangen sama saya? Padahal, saya selalu kangen kamu setiap saat".
"Sakit sekali rasanya Be, saya nggak tahu haru bagaimana, saya kangen kamu sampai saya menangis, frustasi dan berkali-kali memarahi diri saya sendiri. Tapi, saya nggak akan pernah berhenti mencari kamu Be, tunggu saya Be, saya pastikan saya akan menemukan kamu, dan saya nggak akan pernah membiarkan kamu pergi lagi".
________________
Jangan lupa vote dan komennya ya. Terimakasih sudah membaca❤
![](https://img.wattpad.com/cover/340723139-288-k330882.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Have Me (Selesai)
RomanceWarning! 🔞 Dimata Fauzan, Belinda adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat dirinya mampu merasakan cinta. Dimata keluarga Fauzan, Belinda wanita yang memiliki latar belakang buruk, tidak pantas bersanding dengan Fauzan, pewaris tunggal keka...