Hari ini Fauzan mendampingi Belinda, hadir di acara pernikahan salah satu temannya semasa kuliah magisternya. Ia sudah cantik dengan mengenakan dress berwarna hitam, kontras dengan kulitnya yang putih.
Fauzan juga sudah rapi dengan jas, tentu saja Belinda yang mendandaninya.
"Saya masih cocok nggak gandengan sama kamu?"
Fauzan mengerutkan kening, "Kenapa?"
"Saya nggak kelihatan tua kan??"
Fauzan tertawa pelan, "Justru, saya ngerasa saya lebih tua dari kamu. Kamu makin berumur, malah makin imut, saya heran".
Belinda tersenyum malu, "Itu tandanya, saya bahagia. Ayo berangkat".
Belinda menggandeng lengan Fauzan, lalu masuk ke dalam mobil. Hari ini Betra yang mengantar Tuan dan kekasihnya. Belinda berceloteh panjang lebar menceritakan kartun-kartun kesukaannya.
Betra yang mendengar celotehan kekasih Tuannya hanya menghela nafas. Sepertinya, jiwa Tuannya dan kekasihnya itu tertukar. Belinda yang seumuran dirinya justru masih terlihat bocah menyukai kartun. Sementara Tuannya, mendadak seperti lelaki dewasa yang begitu menyayangi anak-anak. Astaga.!
Dua puluh menit kemudian, mobil sudah berhenti di area parkir. Fauzan dan Belinda turun, memasuki gedung tempat berlangsungnya acara pernikahan.
Seluruh orang yang melihat Belinda begitu terpana dan menyapanya, belum lagi, tatapan para lelaki yang begitu berbinar menatap Belinda. Fauzan melepas tautan tangannya dan memeluk pinggang ramping Belinda, menunjukkan bahwa Belinda miliknya. Hanya miliknya.
"Oh iya, semuanya, kenalin, ini Fauzan". Belinda memperkenalkan Fauzan ke temannya.
Fauzan menyalami mereka satu persatu, sebagai bentuk formalitas.
"Pacar kamu???" Tanya Alan yang dijawab anggukan oleh Belinda.
"Be, kita foto-foto yuk sama pengantin,". Ajak Dwi, salah satu teman Belinda yang lumayan dekat dengannya dulu.
Belinda berpamitan pada Fauzan, dengan berat hati, ia melepas Belinda. Namun, ia selalu waspada, memantau Belinda dari kejauhan.
"Belinda nggak akan hilang Bro". Ujar Alan.
Fauzan menoleh sekilas, namun enggan menjawab.
"Gue pikir, Belinda bakalan tetep sama pacarnya yang calon pengacara itu, eh, ternyata malah meninggoy". Kata Clara, sembari menyesap minumannya.
"Lo hati-hati aja sama Belinda". Lanjutnya, sembari menatap Fauzan.
Fauzan mengernyitkan kening.
Clara berdecak, "Belinda itu, terkenal sebagai cewek yang demen mematahkan hati cowok. Lo nggak liat tuh si Alan, dia udah cinta mati sama Belinda, udah nembak Belinda berkali-kali, eh malah ditolak. Bukan apa-apa nih, takutnya ntar lagi lo dibuang".
Fauzan melirik Alan yang masih santai, seolah tidak terganggu dengan apa yang Clara ucapkan. Belum lagi, Alan tidak mengelak soal dirinya yang mencintai Belinda. Argh, sial.!
"Belinda juga sok polos, lagaknya aja kayak..."
"Stop it, Clara. Berhenti ngomong yang nggak-nggak soal Belinda". Ujar Alan yang mulai tidak nyaman dengan ucapan Clara yang memang memiliki mulut seperti petasan. Clara, adalah salah satu orang yang kurang menyukai Belinda.
"Iye iye, susah emang ngomong sama oranf bucin". Kata Clara lalu menyingkir.
Sekarang hanya tersisa Fauzan, Alan, dan dua orang teman Alan. Alan tahu, Fauzan bukan orang biasa. Alan adalah anak dari pemilik perusahaan besar dan ternama. Ia juga tahu, Fauzan jauh lebih muda dari Belinda. Ia tahu, semua tentang Belinda.
"Lo ketemu dimana sih sama Belinda??" Tanya Rion kepo, pasalnya, Belinda itu bukan tipikal wanita yang mudah di dekati. Ia tahu betul soal itu, karena Alan, benar-benar kesusahan mendekati seorang Belinda.
"Dia pelanggan tetap cafe saya".
Rion, mengangguk mengerti, "Trus, lo langsung deket gitu???"
Fauzan tersenyum tipis, boro-boro langsung dekat. Belinda itu mendorongnya menjauh, mengatainya anak kecil, anak bayi. "Tidak semudah itu, butuh proses yang lama."
Rion tergelak, "Belinda emang Top banget, cewe kaya dia emang susah dicari dan dapetnya juga susah Bro. Paket lengkap soalnya. Ya nggak sih???".
Lagi-lagi Fauzan tersenyum, lalu mengangguk membenarkan.
"Dulu dia idaman cowo-cowo kampus, cewe cantik, cerdas, pintar, berprestasi, sopan, aduh paket komplit dah. Heran gue, kok adaa manusia macam itu. Dia itu kalau ngomong lembut banget, kalem. Gue pernah ya, ada kerja kelompok dirumah gue, kebetulan gue satu kelompok sama Belinda. Anjir, orang rumah malah kesemsem sama Belinda, nyuruh gue deketin Belinda. Cuma, ya gue sadar diri lah Bro, gue kaga cakep-cakep amat. Sekelas Alan aja ditolak, apalagi gue". Cerita Rion panjang lebar.
Alan hanya diam, membiarkan temannya bercerita semaunya. Selama itu tidak menjelekkan soal Belinda, ia akan diam. Ia juga tidak akan mengelak, apapun yang semua temannya katakan, itu benar. Ia mencintai Belinda, mengejar Belinda dan berkali-kali juga mengungkapkan perasaannya, meski ditolak.
Ia tidak tahu pasti, apa alasan Belinda menolak dirinya. Kalau karena Revano, justru Alan mengungkapkan perasaannya sebelum Belinda mengenal Revano. Tapi, itu hanya masa lalu, sekarang, ia sedang belajar, belajar melupakan Belinda.
"Jaga Belinda baik-baik, gue percaya sama lo". Ujar Alan menepuk pundak Fauzan, lalu menyingkir dari sana mengambil air minum, tenggorokannya haus.
___________
Jangan lupa vote dan komennya ya. Salam hangat♥❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Have Me (Selesai)
RomansaWarning! 🔞 Dimata Fauzan, Belinda adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat dirinya mampu merasakan cinta. Dimata keluarga Fauzan, Belinda wanita yang memiliki latar belakang buruk, tidak pantas bersanding dengan Fauzan, pewaris tunggal keka...