5

4.9K 180 2
                                    

Belinda duduk dengan tenang, Giorgio menatap wanita di depannya. Wanita  yang cucunya cintai setengah mati. Ia masih tidak habis pikir, kenapa cucunya itu malah menyukai wanita yang lebih tua darinya. Enam tahun lebih tua pula.

Belum lagi, masa lalu Belinda yang buruk. Giorgio mengehela nafas berat.

"Sudah sejauh mana hubungan kamu dengan cucu saya?" Ujar Giorgio.

Sejauh mana? Belinda menelan ludah. Apakah, ia harus menceritakan adegan panasnya dengan cucu Giorgio ini? Atau, ia harus mengatakan bahwa, ia kesusahan berjalan karena cucunya itu?.

Argh, pertanyaan macam apa ini.

Belinda diam. Tapi, Giorgio sudah bisa menyimpulkan sesuatu. Fauzan, ia sudah berbuat terlalu jauh dengan wanita ini.

"Jangan sampai kamu hamil anak Fauzan". Ujar Giorgio penuh penekanan. "Saya akan menghabiskan nyawa anak itu jika sampai itu terjadi".

Belinda tersentak, dadanya berdebar, tangannya berkeringat dingin. A...apa?? Ia tidak boleh hamil anak Fauzan? Jika ia hamil, anaknya akan dibunuh?

Belinda masih diam tidak bergerak, bahkan saat Giorgio dan asisten pribadinya keluar, Belinda masih terdiam kaku. Bibir Belinda bergetar menahan tangis. Sehina itukah dirinya?

Apakah ia begitu menjijikkan sampai anak yang jika berasal dari rahimnya akan dibunuh? Tidak, ia tidak boleh hamil. Setidaknya, sampai Fauzan menikah dengannya.

________________

Damar mengeram marah saat melihat Belinda di Bar dengan keadaan teler. Apa yang sedang wanita itu  pikirkan sampai berada di tempat ini, Bar milik rekan bisnisnya. Dengan langkah lebarnya, ia mendekati Belinda.

"Ayo pulang". Ujarnya sembari menyentuh lengan Belinda.

"Kamu siapa???" Tanya Belinda sambil terkikik.

Damar menghela nafas, Belinda benar-benar mabuk.

"Kamu harus memarahi pemilik tempat ini, minuman apa yang mereka jual hemm? Rasanya tidak enak dan bikin saya pusing". Ujar Belinda setengah sadar dan sedikit kesal.

Damar mengigit pipi dalamnya, agak heran dengan mantan adiknya ini. Ia tahu, Belinda tidak pernah minum, jadi bagaimana bisa wanita itu minum?

Apa yang terjadi padanya?

"Ayo pulang, kamu sudah mabuk".

Belinda menggeleng, "nggak mau pulang".

Damar mencoba bersabar, "Ayo pulang, akkkkhhh". Damar jatuh tersungkur saat tiba-tiba ada seseorang menariknya lalu melayangkan bogeman di sudut bibirnya.

Dada Fauzan naik turun, sialan, matanya menatap tajam Belinda yang terpekik kaget. Saat Belinda berdiri hendak menghampiri Damar, Fauzan menariknya, lalu membopongnya  meninggalkan tempat keramat itu. Belinda benar-benar membuatnya emosi.

_______________

Dengan kepala masih pusing dan setengah sadar, Belinda bergelanyut manja di pangkuan Fauzan. Sementara, Batra, sang asisten pribadi Fauzan, pura-pura tidak mendengar dan melihat.

"Wangi kamu mirip Fauzan," ujar Belinda serak mengendus leher Fauzan.

"Tapi kamu jahat, kamu habis mukulin Mas Damar".

Fauzan menelan ludah kasar, sialan, apa katanya? Mas Damar? Fauzan meraih wajah Belinda lalu melumat bibinya kasar dan menuntut. Ia tidak suka, sama sekali tidak suka karena Belinda memanggil laki-laki lain dengan embel-embel seperti itu.

Batra lagi-lagi menghela nafas, ia tidak heran akan aksi bosnya dan Belinda. Pasalnya, ia sering melihat adegan ciuman mereka. Ah, ia juga sering melihat bosnya tidur seranjang diapartemen milik Fauzan dengan pakaian berserakan dimana-mana. Tentu saja ia tahu aktivitas apa yang mereka lakoni. Ia pria dewasa, dan paham betul aktivitas mereka.

"Batra, antar kami ke apartemen". Ujar Fauzan sembari mengelap bibir Belinda yang membengkak karena dirinya.

"Kali ini hukumanmu sangat berat  sayang". Bisik Fauzan sensual.

______________

Belinda memeluk Fauzan erat ketika mereka berada di kamar. Fauzan marah, ia kesal, kenapa Belinda bisa melakukan hal ini. Minum, tanpa sepengetahuannya.

Padahal ia tahu betul, Belinda seumur hidupnya tidak pernah meminum minuman sialan itu. Tapi, apa yang membuat Belinda seperti ini.

Belinda yang bergelanyut manja di pelukannya membuat gairahnya bangkit, ia menginginkan Belinda. Dengan perasaan kesal, cemburu, dia mengecup bibir Belinda intens dan menuntut.

"Baru ditinggal sebentar kamu sudah nakal sayang". Geram Fauzan merobek dress yang Belinda kenakan.

Fauzan kembali melancarkan aksinya, memberikan kepuasan untuk Belinda dan dirinya. Fauzan baru menghentikan aksinya setelah pelepasannya yang entah keberapa kali.

Belinda melenguh, "Fauzan, apakah saya sehina itu? Apakah saya tidak pantas bersama dengan kamu?"

Fauzan mengerjapkan matanya, memandang wajah Belinda yang menatapnya dengan sayu juga ada kesedihan disana. Hati Fauzan berdenyut sakit, apakah Belinda seperi ini karena dirinya?

"Fauzan, kalau saya tidak layak untuk kamu, tolong buang saya. Saya..."

Fauzan membungkam bibir Belinda dengan bibirnya, membuang Belinda? Tidak, ia tidak akan pernah melakukan itu.

"Saya tidak akan membuang kamu sampai kapanpun, kamu milik saya. Istirahatlah". Ujarnya sembari mengusap rambut Belinda lembut. Semarah apapun dirinya dengan Belinda, ia tidak akan tega memarahi Belinda.

Ia memang secinta itu dengan wanita yang kini memejamkan mata dalam pelukannya.

______________
Jangan lupa vote dan komennya. Terimakasih. Salam hangat. Sehat selalu❤

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang