8

3.8K 123 0
                                    

[Apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia
Tak seindah kemarin
Sederhana ketawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu].

Belinda tersenyum baper, mendengar suara Fauzan yang  bernyanyi lewat VN di Whatsapp. Astaga, ia yakin pipinya benar-benar merah sekarang. Bagaimana ia tidak jatuh dalam pesona Fauzan, pasalnya, laki-laki itu benar-benar mampu membuatnya meleyot seketika.

Fauzan memang biasa saja, tapi cara Fauzan memperlakukannya luar biasa. Umur Fauzan memang jauh lebih muda darinya, tapi, entah kenapa, bersama Fauzan, ia merasa sangat dilindungi.

[Sudah makan belum sayang?]

Sudah.

[Saya kangen, maaf ya, saya pergi buru-buru, tidak sempat berpamitan secara langsung sama kamu, tidur kamu nyenyak sekali, saya tidak tega membangunkan.]

Gapapa, kamu sedang ada dimana?

[Kantor, baru selesai kuliah, masuk pagi, saya langsung ke kantor, ada kerjaan.]

Capek?

[Hem, lumayan, jadi pengen dipeluk]

Belinda terkikik, "Dasar bocil". Ujarnya.

Fauzan itu manja, suka minta dipeluk, dielus dan disayang. Jadi, di situasi tertentu, Fauzan berlagak dewasa, tapi, dilain situasi, Fauzan sangat manja dan mirip bocil. Belinda jadi gemas sendiri.

Eh tapi, bocil-bocil begitu, Fauzan itu, sudah pro soal urusan ranjang. Ia jadi heran, dari mana anak itu belajar. Soalnya, Fauzan sering mencoba gaya baru, katanya, untuk menambah sensasi.

[Cantik, kenapa nggak dibalas, saya pengen dipeluk]

Belinda tertawa geli, anak ini lucu sekali.

Nanti saya peluk, cepat pulang Cinta.

[Jadi nggak sabar pengen cepat pulang, tunggu saya dirumah sayang]

Saya juga, nggak sabar pengen dipeluk kamu.

[AWAS kamu Belinda]

Hahahahha. Astaga, Belinda tertawa cekikikan. Nggak tahu kenapa, Fauzan sangat lucu dimatanya.

_____________

"Mau kemana Fauzan?"

Fauzan menghentikan langkahnya, berbalik menatap David, papanya.

"Mau ke rumah wanita itu lagi????"

David tersenyum miring, "Hari ini ada acara makan malam dengan keluarga Isabela, kamu harus pulang".

Fauzan mengepalkan tangannya, kesal. "Saya tidak bisa,"

"Wanita itu benar-benar sudah mempengruhi mu eh??"

"Tidak ada yang mempengaruhi saya". Ujarnya lalu pergi meninggalkan papanya begitu saja.

Harusnya, Fauzan lebih kritis memilih wanita, David tidak mengerti, kenapa anaknya memilih Belinda yang begitu buruk. Jika ia menjadi Fauzan, ia akan memilih Isabela yang berasal dari keluarga terhormat, dan jauh dari gosip miring. Itu membuktikan kalau Isabela lebih baik dari Belinda.

Belum lagi, Isabela calon dokter. Yah, meskipun Belinda seorang dosen. Tetap saja, Isabela lebih unggul.

Tapi agaknya, Fauzan menutup mata. Ia hanya melihat Belinda, Belinda dan Belinda. Keras kepala, itulah Fauzan dimata David.

_____________

"Sudah pulang?? Capek nggak? Mau aku pijitin? Sudah makan belum?"

Rentetan pertanyaan Belinda membuat moodnya yang semula buruk mendadak baik seketika. Fauzan memeluk Belinda, mengecup bibirnya singkat.

"Satu-satu nanyanya sayang".

Belinda terkekeh.

"Saya cuma butuh pelukan,".

Belinda mengeratkan pelukannya, tentu saja ia bersedia memeluk Fauzan, seberapa lama pun Fauzan mau.

Asisten pribadi Fauzan, menyingkir perlahan, meninggalkan tuannya dan sang kekasih berpelukan layaknya tele tubis. Ah, bikin iri saja.

"Saya sudah masak, mau makan???"

Fauzan menggeleng, "Saya memang lapar, tapi, rasanya saya pengen makan kamu".

Belinda mengerucutkan bibirnya, melepas pelukannya, "Pikirannya pasti isinya itu terus".

"Kamu yang bikin saya begini Be".

Belinda mendelik tidak setuju akan perkataan Fauzan.

"Karena kamu yang pertama mengajarkan saya nikmatnya ber... auhhhh kamu ganas banget sayang".

"Kamu emang pantes diganasin Fauzan, dasar anak kecil, bocah, bocil,". Ujar Belinda dengan keras, sembari menghentak-hentakkan kakinya meninggalkan Fauzan yang terbahak-bahak. Lihat, gimana Fauzan nggak kesem-sem dengan wanita itu.

Batra dan yang lain, mendadak bungkam mendengar lenguhan Fauzan dan teriakan kekasih tuannya itu. Mereka jadi berpikir yang iya iya.

Sebenarnya, jika Batra menjadi Fauzan, ia akan melakukan hal yang sama seperti Fauzan lakukan pada Belinda. Belinda terlalu cantik, dan ia akan menjaganya dengan ketat. Karena, sekali saja Fauzan lengah, banyak laki-laki yang akan datang mendekati Belinda.

Belinda itu, wanita idaman, cantik, pintar, penyabar, pengertian, ah banyak sekali kelebihannya. Kekurangannya, ah bukannya jika kita mencintai seseorang, kita juga harus mencintai kekurangannya?

"Jangan kaget, kalian harus terbiasa dengan ini". Ujar Batra kepada yang lain, yang dijawab anggukan oleh mereka.

Fauzan mengejar Belinda yang kini berada di perpustakaan mini milik Belinda. "Bocil ya??"

Belinda melirik Fauzan sekilas.

"Bocil tapi bisa membuat kamu hamil, itu bukan bocil namanya sayang". Ujar Fauzan yang kini duduk disamping Belinda, melihat Beinda dari samping. Argh, cantiknya.

"Mau bukti???"

Belinda melotot, "Jangan aneh-aneh Fauzan, nikah dulu".

Fauzan tersenyum, "Ayo, kita nikah sekarang, nggak sabar banget saya pengen ngehamilin kamu,"

Astaga, Belinda memukul lengan Fauzan. "Fauzan kenapa  pikiran kamu isinya kotor terus".

"Nggak, pikiran saya bersih, saya emang nggak  sabar  pengen nikahin kamu, ngehamilin kamu, dan tidur sama kamu tiap malam".

"Ck, sini, saya cuci otak kamu pakai pemutih".

"Nggak akan bisa sayang, udah, kamu terima saja nasib kamu dapat pasangan hidup yang paket komplit seperti saya".

Aduh, Belinda pusing, Fauzan sedang berada di mode narsis. Narsisnya nggak ketolong.

________
Jangan lupa vote dan komennya ya. ❤

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang