2

7K 198 0
                                    

Fauzan mengeram kesal, harusnya ia masih berada di kamar Belinda, memeluk wanita itu penuh kehangatan, memberinya kecupan ringan di pipi dan keningnya.

"Harus berapa kali kakek ingatkan, jauhi wanita itu". Ujar Giorgio Pramono, menatap intens cucunya.

"Wanita itu punya latar belakang yang buruk, ibu dan ayahnya terjerat kasus suap yang akhirnya meninggal, dia juga pernah pacaran dengan anak kolega bisnis kakek, gaya pacaran mereka juga tidak sehat, dan wanita itu juga penyebab anak kolega bisnis kakek meninggal. Kakek ingin, kamu mendapat wanita baik-baik, bukan seperti dia". Lanjut Gio panjang lebar.

Tentu saja Fauzan tahu, ia tahu semua soal Belinda. Termasuk latar belakang keluarga Belinda yang kata kakeknya buruk. Kisah cintanya, gaya pacaran dan semua masa lalu Belinda. Ia tahu, sangat tahu.

Tapi, ketika ia memutuskan mencintai dan memberikan hatinya untuk Belinda. Ia tidak peduli segala hal buruk masa lalu yang ada dalam diri Belinda. Karena, selama ini, sikap Belinda dimatanya tidak ada buruk-buruknya, justru, sebaliknya.

"Isabela sudah menunggumu, temani dia". Ujar Gio sebelum pergi begitu saja meninggalkan Fauzan yang belum sempat menolak.

Sial!.

______________

"Mas,". Isabela memanggil.

Fauzan hanya bergumam sebagai jawaban. Malas sekali ia meladeni Isabela berwajah menor dan mengenakan pakaian kurang bahan. Ia heran, bagaimana sang kakek dan keluarganya bisa mengatakan jika Isabela wanita baik-baik.

Padahal, jelas dari sisi pakaian, wanita ini jauh dari kata baik.

"Mas, kamu dengar aku kan?? Kamu bisa antar aku beli tas? Aku..."

"Tidak bisa, saya sibuk".

Isabela merengut kesal, heran sekali, kenapa laki-laki di depannya susah sekali di dekati.

"Mas kapan nggak sibuknya??"

Fauzan menoleh, menatap Isabel dengan tatapan malas yang sangat ketara sekali. "Saya setiap hari sibuk, lebih baik kamu pulang".

Ujar Fauzan lalu pergi meninggalkan Isabela begitu saja. Isabela menghentakkan kakinya, kessal!.

________________

Belinda berjengit kaget saat melihat Fauzan tiba-tiba berada di ruang tamu. Ia baru saja keluar membeli beberapa bahan makanan yang stoknya habis. Ia pikir, Fauzan tidak akan kembali.

"Habis dari mana???" Tanya Fauzan menatap tampilan Belinda dari bawah ke atas yang menggunakan celana dan atasan yang emm ketat.

Ia tidak suka, karena pakaian itu mencetak jelas tubuh Belinda. Terlebih di bagian dadanya yang terlihat menantang. Sial!.

"Saya habis belanja, dari supermarket, kamu sudah lama??"

Fauzan berdiri, mengambil kresek besar di kedua tangan Belinda, lalu meletakkannya di meja. Ia menarik tangan Belinda, menuju kamar dan menguncinya.

Belinda yang mendapatkan tatapan tajam dari Fauzan, mendadak merasa takut.

Fauzan mendekatkan wajahnya, "Buka baju kamu". Ujarnya berbisik.

Belinda mengerjapkan mata, "Fauzan, kaa... kamu..."

Fauzan berdecak, ia membuka lemari Belinda dan mengambil kaos kebesaran. "GANTI, ganti baju kamu yang ketat itu dengan ini". Fauzan menyodorkan kaos pada Belinda.

Belinda segera meraihnya dan..

"Mau kemana???"

"Emm, it..itu, ganti di kamar mandi".

Fauzan tersenyum miring, "Ganti disini, kamu masih malu sama saya?? Padahal saya sudah sering lihat kamu telanjang".

Wajah Belinda memerah, sial, Belinda mengalah, ia membuka atasannya dan memakai kaos dengan cepat.

Fauzan meraih atasan Belinda, "Pakaian ini saya sita, ini terlalu ketat, dada kamu jadi membusung indah, saya tidak suka lekuk tubuh kamu dinikmati laki-laki lain. Dan kamu tahu,  itu bisa membangkitkan fantasi liar dan nafsu laki-laki". Ujarnya.

Belinda menghela nafas, mengerucutkan bibirnya, sayang sekali, padahal atasan itu sangat bagus dan mahal. Padahal menurutnya, atasan yang dikenakannya tidak terlalu ketat. "Kamu aja yang nafsuan sama saya". Kata Belinda kessal.

Tentu saja, tanpa mengenakan pakaian ketat pun, Fauzan memang begitu nafsuan dengan Belinda. Dia tidak akan mengelak akan hal itu. "Benar, saya mengakui itu, makannya, kamu hanya boleh mengenakan pakaian seksi di hadapan saya. Jangan gunakan pakaian ketat, kecuali saat bersama saya".

Belinda memutar bola mata, bersedekap. Fauzan gemmas sekali, ia memilih duduk diranjang, lalu menarik Belinda untuk duduk di pangkuannya. "Saya suka kamu mengenakan pakaian ketat, tapi hanya di depan saya. Mengerti?".

Belinda mengangguk,  "Dasar anak kecil posesif".

Fauzan meremas bokong Belinda hingga Belinda mengaduh. "Bilang apa??? Anak kecil?? Padahal, saya sudah pintar muasin kamu, jadi saya bukan... aghhhh".

Fauzan melenguh karena cubitan Belinda di perut bawahnya. Ia tersenyum miring melihat wajah Belinda yang memerah.  Cantik, menggemaskan dan menggairahkan.

Fauzan membaringkan Belinda di ranjang, "Sepertinya, kamu haus akan hukuman ya sayang?. Baiklah, terima hukuman dari saya, saya akan buktikan kalau saya bukan anak kecil, saya akan memuaskan kamu dan..."

"Jangan harap kamu bisa jalan esok hari". Bisiknya serak ditelinga Belinda membuat Belinda merinding seketika.

Ia tahu, Fauzan tidak pernah main-main akann ucapannya.

"Saya lebih suka kamu tidak mengenakan pakaian apapun".

Fauzan sialan!.

___________
Jangan lupa vote dan komen. Salam  hangat.

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang