16

4.1K 121 9
                                    

Belinda terbangun dengan keadaan sepi, mungkin Fauzan sudah pergi. Belinda lekas berlari ke kamar mandi, perutnya bergejolak, mual. Setibanya dikamar mandi, Belinda benar-benar memuntahkan isi perutnya. Astaga, apa karena ia masuk angin?

"Aku lemes banget". Ujar Belinda parau, lalu berjalan tertatih-tatih ke kamarnya.

Belinda memeriksa jam di handfhonenya, pukul 07.00, mungkin Fauzan sudah pergi sedari tadi. Akhirnya, Belinda memaksakan diri, ia berjalan menuju dapur, lagi-lagi perutnya bergejolak, aroma dapur membuatnya mual.

Belinda memilih kembali ke kamarnya, memesan makanan secara online lalu meminta izin untuk tidak masuk mengajar. Sambil lalu, Belinda membersihkan diri.

Setengah jam kemudian, Belinda keluar dari kamarnya, membuka pintu depan karena mendengar bel berbunyi. Namun, tubuhnya mendadak kaku, saat ia melihat Giorgio, kakek Fauzan berdiri di depannya.

"Fauzan semalam kesini bukan? Anak itu kembali menikmatimu padahal sudah mau bertunangan".

Be-r-tunangan? Belinda mengerjapkan mata, tangannya bergetar. Tidak mungkin kan? Fauzan tidak mungkin memperlakukan dirinya seperti ini.

Giorgio tersenyum miring, "Kamu belum tahu bukan??"

Belinda melihat Giorgio meraih kertas undangan cantik dan melemparkan ke arahnya. Belinda dengar gemetar meraih undangan itu dan membacanya.

Fauzan & Isabela.

Jadi benar? Ini semuanya benar? "Ini, ini tidak benar kan?"

"Tanyakan saja Fauzan, Isabela wanita yang pas dengan Fauzan, memiliki latar belakang yang baik, cantik, dan setara dengan kami. Jadi, tunggu apa lagi, Fauzan sudah membuangmu. Tinggalkan dia, jangan mengganggu Fauzan lagi".

"Dan pastikan, kamu tidak hamil, kalaupun hamil, anak itu harus digugurkan, aku tidak sudi memiliki keturunan yang berasal dari orang sepertimu".

"Saya tidak akan meninggalkan Fauzan". Ujar Belinda tegas.

"Siap-siap saja kamu kehilangan pekerjaanmu, dan saya pastikan tidak akan ada instansi dan perusahaan manapun yang bisa  menerima kamu".

"Saya tetap tidak akan meninggalkan Fauzan".

"Baiklah, kalau itu keputusanmu".

Giorgio tersenyum miring lalu pergi dari sana, meninggalkan Belinda yang masih mencerna semuanya. Bahkan saat ada kurir datang mengantarkan makanan untuknya, Belinda masih berdiri disana, membaca nama Fauzan yang terpampang diundangan.

Ia harus segera menemui Fauzan.

_____________

Siang hari, Belinda kembali muntah-muntah, bahkan, makanan yang ia makan tadi pagi semuanya dimuntahkan. Hingga kemudian, jantung Belinda berdetak kencang. Ia tidak mungkin hamil kan?

Belinda telat datang bulan. Belinda bersiap-siap pergi ke apotik, membeli alat tes kehamilan. Ia harus memastikannya.

Setelah selesai membeli, Belinda mengeceknya di kamar mandi. Tubuh Belinda bergetar saat melihat dua garis disana, hamil, ia benar-benar hamil.

Belinda menutup wajahnya, lalu menangis. Bagaimana ini? Belinda mengusap perutnya, ada anak Fauzan disini. Ia tidak tahu, apakah ia harus senang atau justru bersedih.

_____________

Sementara dilain tempat, Fauzan tengah duduk dikantin kampus. Menikmati minuman dan makanannya.

"Lo beneran mau tunangan sama Isabela?" Tanya Brams.

Bertungan dengan wanita itu? Nggak akan pernah. "Saya nggak suka dengan Isabela, saya akan mencari cara untuk membatalkan pertunangan sialan ini".

Brams berderhem, "Belinda tahu soal ini??"

Dada Fauzan berdenyut nyeri, membayangkan wajah sedih Belinda, ia sungguh ketakutan. "Nggak".

Brams mengebrak meja, kaget, setelah ia sadar, ia menatap sekeliling kantin yang menatapnya dan ia meminta maaf. "Lo sinting? Harusnya lo bilang goblok, gimana kalau Belinda sampe denger informasi ini dari orang lain?"

"Belinda nggak akan tahu".

Brams menyugar rambutnya kasar, "Ok! Sekarang gue tanya, cara lo menggagalkan pertunangan ini gimana?"

"Bercinta dengan Belinda, mengeluarkan cairan saya di dalam dan Belinda hamil. Isabela tidak akan sudi bertunangan dengan laki-laki yang sebentar lagi menjadi calon ayah".

Brams melongo, apa katanya? "Ja-jadi, lo mau menghamili Belinda???

Fauzan mengangguk. Brams ingin sekali menonjok kepala sahabatnya ini. "Lo udah ngeluarin di dalem belum?"

"Sudah berkali-kali, tinggal menunggu Belinda mengatakan hamil saja".

Brams mengelus dada, Astaghfirullah. "Gue gatau mau bilang gimana, kepala gue mendadak pusing, mending kita cabut yuk ah. Gue harus minum Bodrex setelah ini".

Fauzan mengangguk, lalu ia pergi menuju tempat parkir mobil. Ia akan pulang ke apartemen. Moodnya sedang tidak baik-baik saja saat ia melihat undangan pertunangannya mulai dicetak oleh keluarganya.

________________
Jangan lupa vote dan komennya ya. Terimakasih

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang