Giorgio mendobrak pintu apartemen milik cucunya membuat Fauzan yang masih terlelap sembari memeluk Belinda telonjak kaget. Kepalanya pening bukan main, nyawanya pun belum terkumpul. Fauzan membenarkan selimut Belinda, meengelus rambut Belinda penuh sayang saat Belinda mengeliat.
Fauzan segera bangun, beruntungnya, ia sudah mengenakan boxer walaupun ia bertelanjang dada. Ia mendekati sang kakek dan mengiringnya menuju ruang tamu. Ia tidak ingin membangunkan Belinda, ia baru tidur jam 03.00 dini hari.
"Berapa kamu membayar wanita itu??" Ujar Giorgio menatap tajam cucunya. Giginya bergemeletuk menahan kemarahannya. Apartemen ini benar-benar memiliki aroma bekas percintaan yang kuat.
"Belinda bukan wanita seperti itu". Sahut Fauzan tidak terima.
"Lalu??? Dia memberikan segalanya untukmu dengan cuma-cuma? Bodoh sekali wanita itu".
Fauzan menelan ludah, hatinya berdenyut sakit saat mendegar kakeknya menghina Belinda. "Saya yang bodoh, saya yang mengajak dia melakukan itu, karena saya ingin menjadikannya menjadi milik saya".
"Omong kosong Fauzan, wanita itu sangat berdampak buruk untuk kamu. Gara-gara wanita itu kamu menjadi pembangkan, kamu tidak hadir di acara makan malam hanya untuk menikmati palacurmu itu".
Fauzan menatap kakeknya dengan tajam, "Belinda bukan pelacur, dia milik saya, kekasih saya". Ujar Fauzan penuh penekanan.
Giorgio menghela nafas, kepalanya pusing bukan main. "Kakek tunggu kamu di rumah kakek, tinggalkan wanita itu". Kata Giorgio lalu pergi dari apartemen Fauzan, diikuti sekretaris pribadinya.
Fauzan mengepalkan tangannya, dari mana kakeknya bisa tahu apartemen ini. Sialan, sepertinya kakeknya memasang mata-mata untuk mengawasinya.
_______________"Sayang, bangun cantik, makan dulu, saya sudah pesan makanan, ayam goreng kesuakaan kamu". Fauzan mengelus rambut Belinda, mengecup pipinya berkali-kali.
Belinda mengeliat, masih malas bangun, tubuhnya pegal, terasa remuk. Ia pasti akan kesulitan berjalan. Belum lagi, bekas cupangan di tubuhnya meninggalkan bekas keunguan yang sakit. "Tubuh saya pegal semua". Ujar Belinda serak.
"Saya bantuin kamu mandi,".
Belinda membuka mata, "Nggak, saya sudah hafal sama kelakuan kamu yang satu ini".
Fauzan terkekeh geli, "Hanya mandi Be, saya janji".
Belinda menatap Fauzan mencari keraguan disana, tapi tidak ada. Akhirnya, Belinda mengangguk, membiarkan Fauzan membawanya ke kamar mandi dan membantunya mandi. Layaknya anak kecil, Fauzan benar-benar telaten memandikannya.
"Tangannya jangan nakal Fauzan".
Fauzan mengerling nakal, mengedipkan sebelah matanya. "Dikit".
"Fauzan, jangan aneh-aneh".
"Iya sayang".
"Saya tadi denger suara orang lain selain kamu".
"Kakek saya kesini".
Belinda memekik kaget, membelalakkan matanya. Apa katanya? Kakeknya datang? Astaga. Belinda menyentuh lengan Fauzan, "Lalu gimana???"
"Nggak gimana-gimana, nggak usah dipikirin ya, itu urusan saya".
"Beliau ngelihat kita yang lagi..."
Fauzan mengangguk, "Jangan dipikirin Be, semua baik-baik aja, ada saya, saya akan melindungi kamu, pasang badan untuk kamu".
"Tapi..."
"Percaya sama saya, jangan dipikirin ya".
Belinda mengehela nafas, hidupnya akan semakin berat. Meski Belinda mengangguk, namun ia tidak bisa berhenti memikirkan semua ini.
_____________
"Saya pulang dulu, kalau ada apa-apa, tolong segera hubungi saya". Ujar Fauzan saat hendak pergi meninggalkan Belinda.
Sedikit tidak rela sebenarnya meninggalkan Belinda, tapi, pekerjaannya sudah menggunung dan dia harus siap-siap mendapatkan petuah dari keluarganya.
"Saya pasti aman dirumah saya Fauzan, hati-hati".
Fauzan mengecup kening Belinda, lalu pergi dari sana diikuti Batra.
Sepanjang perjalanan, Fauzan menatap jalanan yang tidak terlalu ramai. Pikirannya melayang, pernah sekali ia berpikir, ia akan pergi membawa Belinda, kemanapun, ia benar-benar sangat ingin melindungi Belinda, termasuk dari keluarganya sekalipun.
Hatinya berdenyut nyeri saat kakeknya sendiri mengatakan Belinda dengan kata-kata tidak pantas. Karena, Belinda bukan wanita seperti itu. Belinda baik, sangat baik, sampai Fauzan ketakutan, takut jika menyakiti wanita itu.
Mobil Fauzan berhenti di depan rumahnya, segera turun menasuki rumahnya. Disana, sudah ada kakek, papa dan mamanya yang menatap Fauzan dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu selalu pakai pengaman kan???"
"Ya".
"Jangan sampai wanita itu hamil Fauzan". Ujar papa Fauzan.
"Kakek tidak sudi mendapatkan keturunan dari wanita seperti dia".
Fauzan mengepalkan tanggannya saat mendengar ucapan kakeknya. Matanya memerah, hatinya sakit, hingga tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
"Tolong, berhenti menghina Belinda, hati saya sakit mendengarnya". Ujar Fauzan serak lalu pergi sana, namun ia masih mendengar suara kakeknya.
"Saya akan membunuh anak yang wanita itu kandung jika sampai kamu membuat wanita itu hamil".
Tidak!.
Fauzan tidak akan pernah membiarkan itu.____________
Jangan lupa vote dan komennya. Terimakasih sudah membaca❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Have Me (Selesai)
RomanceWarning! 🔞 Dimata Fauzan, Belinda adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat dirinya mampu merasakan cinta. Dimata keluarga Fauzan, Belinda wanita yang memiliki latar belakang buruk, tidak pantas bersanding dengan Fauzan, pewaris tunggal keka...