9

3.3K 128 0
                                    

"Kita percepat saja pertunangan Isabela dan Fauzan"

Fauzan mendongak, melihat papanya, David, yang seenaknya mengatakan ini. Bukankah sudah Fauzan katakan, ia tidak tertarik dengan Isabela. Ia hanya mau Belinda, kenapa mereka susah sekali mengerti.

Isabela tersenyum senang, sembari melirik Fauzan yang sedari tadi diam dengan wajah datar.

"Maaf, saya..."

"Benar pak David, saya setuju". Bram, papa Isabela memotong ucapan Fauzan. "Kamu jangan khawatir soal persiapannya Fauzan, biar kami yang urus". Lanjutnya.

Argh, sial. Fauzan ingin mengebrak meja makan saking kesalnya. Tapi, ia masih ingat sopan santun.

Dan lagi, Isabela, kenapa wanita itu diam saja. Kenapa tidak menolak, seharusnya ia paham, Fauzan menolaknya. Fauzan tidak menyukainya.

______________

"Saya nggak ngerti, kenapa kamu nggak menolak perjodohan ini". Ujar Fauzan menatap lurus Isabela.

"Karena aku cinta kamu". Jawabnya jujur, ia tidak tahu, kenapa ia bisa cinta dengan Fauzan, yang jelas, ia benar-benar mengangumi bagaimana Fauzan memperlakukan orang lain dengan baik.

"Saya sudah punya kekasih, dan saya sangat mencintainya". Ujar Fauzan berterus terang.

Isabela menelan ludah, terkejut dan kecewa akan pernyataan Fauzan yang terlalu jujur dan berterus terang. "Tapi saya calon istri kamu".

"Dan kamu mau menjadi orang ketiga???"

"Nggak, posisinya aku calon istri kamu, sedangkan kekasih kamu nggak".

"Ya, tapi saya mencintai dia".

"Aku bisa membuat kamu cinta sama aku".

Fauzan tersenyum miring, percaya diri sekali wanita di depannya ini. Apa ia pikir, Fauzan akan semudah itu mencintai wanita lain selain Belinda?

"Nggak akan bisa, saya nggak akan  bisa mencintai orang lain selain dia. Jadi, berhenti, atau kamu akan sakit sendirian".

"Aku nggak akan berhenti".

Fauzan enggan menjawab, masa bodoh, berbicara dengan wanita itu sama saja berbicara dengan orang hilang akal, tidak ada gunanya. Wanita itu sudah sinting, nggak ada wanita baik-baik yang merebut kekasih wanita lain, dan Isabela percaya diri sekali untuk melakukannya.

_____________

Entah kenapa, perasaan Belinda tidak enak. Ia memikirkan Fauzan, ia takut terjadi hal buruk padanya. Karena, Fauzan buru-buru meninggalkan dirinya, namun laki-laki itu masih sempat mengecup dahinya.

Belinda berbarin ke kanan dan ke kiri. Ia tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Sementara Fauzan, ia menahan kesal sedari tadi karena harus mengantar Isabela pulang. Ia sudah menolak, tapi, kedua orang tuanya memaksa. Ia tidak punya pilihan lain.

"Fauzan, terimakasih". Ujar Isabela memajukan tubuhnya, hendak mencium pipi Fauzan, namun Fauzan segera menjauh.

Benar-benar wanita tidak tahu diri. Agresif sekali.

____________

Belinda membalikkan tubuhnya saat mendengar suara pintu kamarnya dibuka. Belinda berlari memeluk Fauzan, menelusupkan wajahnya di dada bidang Fauzan yang selalu membuatnya nyaman.

"Kenapa belum tidur hmm???"

"Nggak bisa tidur, nggak tahu kenapa, saya kepikiran kamu terus".

Fauzan tersenyum, mengelus rambut Belinda yang halus dan wangi, benar-benar menenangkan. "Kenapa mikirin saya??"

"Nggak tahu, perasaan saya nggak enak, saya takut, takut kamu ninggalin saya". Belinda berkata jujur.

Fauzan memejamkan mata, sejujurnya, ia ingin mengatakan kepada Belinda, soal perjodohan yang keluarganya rencanakan. Tapi, sungguh, Fauzan tidak sanggup, ia takut Belinda bersedih, dan rasanya itu menyakitkan.

Ia akan mencari jalan keluar untuk membatalkan perjodohan ini. Bagaimanpun caranya.

"Saya nggak akan kemana-mana Be.  Sudah makan???"

Belinda menggeleng, ia tidak nafsu makan sedari tadi.

"Makan ya, mau saya belikan sesuatu??"

"Mau makan mie, boleh ya??? Saya udah lama banget nggak makan mie".

Fauzan melepas pelukan Belinda, mengacak rambut wanitanya. "Padahal seminggu yang lalu kamu makan Mie loh Be".

Belinda berdecak, "Itu udah lama. Tapi, saya pengen kamu yang masak buat saya. Saya lagi males ngapa-ngapain sayang,".

Fauzan mengangguk, "Iya, saya juga lapar, kamu tunggu disini, saya mau masak dulu".

Belinda mengangguk semangat, mengecup pipi Fauzan sekilas lalu merebahkan diri di ranjang. Fauzan hanya geleng-geleng melihat wanitanya. Kadang, ia merasa, Belinda itu lebih muda darinya, ia sudah mirip bapak-bapak yang merawat anak kecil. Tapi, ia suka, suka sekali. Benar kata temannya, ia sudah bucin sekali dengan Belinda.

___________

"Sayang, hei, bangun, mienya sudah masak". Ujar Fauzan membangunkan Belinda.

Belinda mengucek matanya, merentangkan tangan, Fauzan yang sudah peka dan paham akan kebiasaan Belinda, segera membawa Belinda ke dalam gendongannya, menggendongnya seperti koala.

Tapi, Fauzan sama sekali tidak kesusahan meski ia menggendong Belinda. Tubuh Belinda yang mungil benar-benar mirip anak SMP, gemmas sekali.

Nggak heran, sampai sekarang, banyak yang mengira Belinda berumur 17 tahun, pasalnya, wajah belinda memang seimut itu. Bahkan, kayaknya, ia justru kelihatan lebih tua dari Belinda.

"Hmm wangi banget, jadi leper pengen makan mie". Kata Belinda kegirangan, memeluk erat Fauzan.

Fauzan hanya mendesah, Belinda itu suka sekali mengkonsumsi mie instan, ini hal yang paling nggak dia suka. Pasalnya, mie instan jika dikonsumsi terus menerus, tidak baik untuk kesehatan.

Fauzan menurunkan Belinda dari gendongannya, Belinda segera duduk manis di meja makan, menyantap mie miliknya yang menggoda. Ini kesempatan emas, karena jarang-jarang Fauzan mengizinkannya makan mie instan.

"Makasi sayang, ganteng, anak bayi".

Fauzan hanya berderhem sebagai jawaban.

_____________
Jangan lupa vote dan komennya yaa ❤.

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang