14 (21+)

8.3K 134 4
                                    

"Mau mampir dulu???"

"Boleh". Ujar Alan semangat.

Tapi berbeda dengan Belinda yang sudah ketar ketir. Sepertinya ia salah bicara.

"Ayo". Belinda keluar dari mobil, diikuti Alan.

"Mas, ini teman saya". Ujar Belinda pada para anak buah Fauzan. Ia yakin para anak buah Fauzan akan melapor pada bosnya itu jika ia tidak memberitahunya.

Alan enggan bertanya soal para bodyguard yang berjaga di rumah Belinda. Ia memasuki rumah Belinda, rumah yang tidak terlalu besar namun nyaman.

"Be"

"Ya??? Kamu mau minum apa, duduk dulu".

"Kamu baik-baik aja??"

Belinda mengerjap, "Baik, kenapa???"

Alan menatap Belinda, sinar cahaya matanya sedikit meredup saat mengatakan itu. Ia yakin, wanita itu berbohong. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana susahnya hidup Belinda selama beberapa tahun ini. Hidup sendirian tanpa siapapun.

"Kamu mau minum apa? Jus coklat? Masih suka jus coklat kan?? Saya amblin ya, tunggu sebentar".

Alan menatap kepergian Belinda. Bagaimana bisa wanita itu mengetahui minuman kesukaannya? Ia memilih mengikuti Belinda yang sedang berada di dapur menyiapkan jus  coklat.

"Kenapa kamu bisa tahu kalau aku suka jus coklat".

"Kamu sering minum itu kan?"

"Kamu sering memperhatikan aku?"

Belinda diam. Sialan, Alan tidak tahan lagi, ia mendekati Belinda, berdiri di belakang tubuhnya hingga ia bisa menghirup wangi Belinda yang menenangkan.

"Jawab Nda, kamu sering memperhatikan aku? Jangan bilang kalau dulu kamu juga punya perasaan yang sama dengan aku? Atau kamu nolak aku  karena kamu mendengar gosip murahan itu??"

Belinda berbalik mendorong tubuh Alan, "Kamu bicara apa Alan".

Bukan Alam namanya kalau ia menyerah, "Kamu nggak jawab pertanyaan aku Nda,"

Belinda sibuk menyiapkan jus coklat, "Nih, jusnya, diminum dulu".

Persetan, Alan menarik Belinda menghimpitnya di dinding. "Alan, kamu mau apa? Tolong jangan begini".

"Kamu nggak jawab pertanyaan aku".

"Alan, itu sudah berlalu, dan... emmmmmmphhh"

Alan mencium bibir Belinda, bibir yang selalu ia dambkan, benar-benar berhasil ia kecup. Ia mengabaikan tangan Belinda yang memukul dadanya, justru ia meraih tangan Belinda, menggenggamnya dengan tangan kananya, sementara tangan kirinya memegang tengkuk Belinda.

"BRENGSEK". Suara menggelegar mengangetkan Alan, hingga Alan melepaskan ciumannya dan selanjutnya ia mendapatkan pukulan bertubi-tubi di sudut bibirnya hingga berdarah.

"Sialan, A*ji*g. Beraninya kamu menyentuh milik saya". Faunzan benar-benar kalap, ia memukul Alan membabi buta.

Belinda memeluk Fauzan, mencoba menghentikan Fauzan, para anak buah Fauzan sudah berbondong-bondong mendekati Alan yang sudah mengeluh kesakitan hampir tak sadarkan diri.

"Bawa laki-laki sialan ini pergi. SEKARANG".

Nafas Fauzan memburu, ia melepas pelukan Belinda, menatap Belinda yang menunduk takut. Tatapannya berhenti di bibir Belinda yang sedikit membengkak.

Fauzan menarik Belinda menuju ke kamarnya, lalu menguncinya. Fauzan membawa Belinda ke kamar mandi, lalu menghidupkan shower membasahi tubuh Belinda dan juga dirinya.

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang