11

3.2K 119 0
                                    

Di perjalanan pulang, Belinda sudah terlelap di bahu Fauzan. Belinda memang ajaib, setelah kenyang, wanitanya akan mengantuk. Fauzan memeluk Belinda dari samping, sembari melihat wajah cantiknya yang nggak membosankan.

"Batra, antar ke apartemen". Ujar Fauzan.

Batra mengusap tengkuknya, "Tapi, pak David menghubungi saya,.."

"Ke apetemen Batra".

Batra kicep, kalau sudah begini, ia akan menuruti perintah dari Fauzan. Karena jika tidak, Fauzan akan menunjukkan taringnya yang menyeramkan. Belum lagi, ancaman gaji, aduh, jangan sampai itu terjadi.

"Biar saya yang menghubungi papa saya, kamu tenang saja".

Batra mengiyakan. Setidaknya, ia aman dari pertanyaan orang tua atasannya yang bikin dia makin pusing. Sejujurnya, ia amat kasihan dengan bosnya ini. Lebih kasihan lagi dengan kekasih bosnya. Ia yakin, Belinda belum tahu soal rencana pertunangan kekasihnya. Jika Belinda tahu, Betra tidak tahu lagi apa yang terjadi.

"Kamu langsung pulang saja". Ujar Fauzan lalu keluar dari mobilnya, sembari menggendong Belinda ala brydal style.
_______________

Tengah malam, Belinda terbangun, ia membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke sekitar, bukan kamarnya. Fauzan pasti selalu begini, padahal ia kurang suka berada di apartemen Fauzan. Belinda turun dari ranjang, mencari keberadaan Fauzan.

Sementara Fauzan, ia duduk di ruang kerjanya, menyelesaikan pekerjaannya dan menyicil beberapa tugas kuliahnya. Ia benar-benar ingin segera menyelesaikan kuliahnya. Belinda harus segera ia miliki, jika tidak, ia takut Belinda akan pergi.

Bukan tidak mungkin Belinda bisa mendapatkan yang lebih baik darinya, lebih dewasa, lebih tampan tentunya. Fauzan menoleh saat pintu ruang kerjanya terbuka, menampilkan sosok cantik yang menggunakan kaos kebesaran miliknya, ia yang menggantinya tadi.

Fauzan tersenyum tipis saat melihat Belinda berjalan ke arahnya dengan wajah imut, rambut berantakan dengan muka bantal. Seksi.!

"Kenapa bangun hmm???" Fauzan menarik Belinda untuk duduk dipangkuannya.

"Kamu nggak ada, saya nggak dipeluk".

Lucunya, Fauzan gemmas menggigit pipi Belinda. Belinda memekik kaget, ia mengusap pipinya. "Pipi saya jadi basah".

"Kamu gemesin banget, pengen segera saya halalin".

Belinda mencubit lengan Fauzan, "Anak kecil harus sekolah dulu yang rajin ya. Lagi ngerjakan apa??" Belinda mengalihkan pembicaraan.

"Tugas dan beberapa pekerjaan, sudah selesai kok, kenapa? Butuh sesuatu?? Atau, mau saya tidurin hmmm???"

"Fauzan, kenapa otak kamu messum banget".

"Saya kan cuma nanya sayang, mesum dari mana? Atau, justru pikiran kamu yang mesum ya?? Hemm??"

Belinda mengerucutkan bibirnya, Fauzan memang menyebalkan, suka sekali menggodanya. "Saya laper".

"Mau saya masakin sesuatu??"

Belinda mengangguk semangat, "Makan mie, boleh?"

"Saya masakin nasi goreng". Ujar Fauzan final.

Fauzan tidak heran lagi, Belinda memang suka bangun tengah malam saat lapar. Dan ia selalu siap siaga memasakkan sesuatu untuk Belinda. Belinda memeluk Fauzan dari belakang, menikmati wangi tubuh Fauzan yang selalu membuatnya nyaman. Sementara Fauzan sibuk memasak untuknya.

"Be, jangan menggoda saya". Ujar Fauzan menahan nafas saat Belinda mengusap perutnya lembut, belum lagi, dada wanitanya benar-benar sangat menempel.

"Saya diam aja, nggak menggoda kamu". Cibir Belinda.

Fauzan mematikan kompor, menyajikan nasi goreng ke piring dan membawanya ke meja makan, tentu saja diikuti Belinda yang masih bergelanyut manja kepada Fauzan.

Belinda duduk di pangkuan Fauzan sembari menikmati nasi goreng miliknya, "Kamu nggak boleh minta, saya lagi laper banget".

"Iya, habisin ya sayang. Tapi, ini nggak gratis".

Belinda memutar bola mata, "Mau berapa ronde??"

Fauzan terkekeh, memeluk pinggang ramping Belinda, sesekali mengecup lehernya gemas. Rupanya, wanitanya ini sudah paham apa maunya,  "Liat aja nanti".
Belinda jadi merinding, kekuatan Fauzan itu mendadak buas saat melakukan itu. Seolah tidak ada lelahnya, ia akan menggempur Belinda meski Belinda sudah mengeluh kelelahan atau justru tertidur. Ia tidak mengerti, kenapa bocah macam Fauzan bisa semahir itu untuk urusan begituan.

"Habisin sayang, biar kamu kuat, soalnya saya nggak bisa jamin kamu bisa berjalan dengan normal besok". Ujar Fauzan sembari menakali Belinda, tangannya sudah tidak bisa diam, menari-nari dibeberapa area sensitif Belinda.

"Fauzan, tangannya".

"Kenapa dengan tangan saya?"

"Berhenti dulu, saya mau minum".

Fauzan menurut, ia menghentikan aktivitasnya, membiarkan Belinda meletakkan piring kotor dan mengambir air dikulkas, lalu meminumnya. Fauzan yang sudah tidak sabar karena Belinda yang terlalu lelet, ia segera menghampiri Belinda, mengangkat tubuh wanitanya ke atas meja makan.

"Saya ingin melakukannya disini".

Belinda membelalakkan matanya, menelan ludah, "Fauzan, kita di kamar aja".

Fauzan menggeleng, "Nggak, kita belum pernah bercinta di meja makan, dan kita akan mencobanya sekarang".

Belinda hanya bisa pasrah saat Fauzan melancarkan aksinya, melakukannya berkali-kali sampai Belinda kelelahan. Bahkan, meja makan sudah ternodai dengan cairan cinta mereka.

"Sekali lagi sayang". Ujar Fauzan membalik tubuh Belinda, memunggunginya, oh astaga, Belinda sangat seksi. Belinda kembali memekik saat Fauzan kembali memasukinya dengan ganas.
"Kamu milik saya kan Be???" Tanya Fauzan dengan suara serak dan ngos-ngosan.

Belinda mengangguk.

"Saya ingin dengar suara kamu Be".

"Shhh, iya".

"Tubuh kamu, semua yang ada di kamu, semuanya milik saya sayang".

"Argh, i-iyaa".

Fauzan tersenyum puas, ia kembali membuat Belinda menjeritkan namanya, ia menulikan telinga saat Belinda mengeluh kelelahan. Ia belum puas, dan tidak ada puasnya dengan wanita cantiknya yang saat ini menatapnya dengan tatapan sayu. Cantik dan seksi. Itu definisi Belinda saat ini dimata Fauzan.

___________
Jangan lupa vode dan komennya. Terimkasih sudah membaca.♥❤

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang