19

3.9K 154 13
                                    

"Dari mana aja Be???"

Belinda memaksakan senyumnya, "Makan diluar, kamu sudah lama datangnya?"

Fauzan mengangguk, "Dari sejam yang lalu, hanfhone kamu mati???"

Belinda mengangguk, "iya, saya lupa ngecharger". Sahut Belinda berbohong, ia sengaja mematikan hanfhonenya, dan baru pulang di sore hari hampir maghrib, ia ingin menghindari Fauzan.

Belinda memilih merebahkan diri di kamar. Tadi diperjalanan, perutnya kembali bergejolak dan berhenti memuntahkan isi perutnya di tengan jalan hingga ia sangat lemas. Ia tidak mungkin kembali ke rumah dengan keadaan mengenaskan seperi tadi, bisa-bisa Fauzan curiga.

"Kamu sakit????" Tanya Fauzan yang duduk disisi ranjang.

Belinda menggeleng, "Nggak, saya baik-baik aja".

"Be, Batra saya suruh menginap disini boleh? Saya dengan Batra ada rapat pagi besok, untuk mengefesiensi waktu, saya meminta Batra menginap saja disini".

"Boleh, sekarang Batra dimana?"

"Ada dikamar tamu, saya akan memesan makan malam untuk kita bertiga. Kamu ingin makan apa?"

"Ayam goreng  ya, saya pengen makan itu".

Fauzan mengangguk, lalu keluar dari kamar. Ia mendengar Fauzan berbincang-bincang dengan Batra.

Belinda melihat sekeliling kamarnya, kamar yang sudah ia tempati selam beberapa tahun ini. Kamar yang menjadi saksi bagaimana ia kerasnya melawan hidup. Rumah ini adalah rumah hasil jerih payahnya dan hasil dari penjualan sisa aset peninggalan kedua orang tuanya.

Tapi, kini ia harus meninggalkan rumah ini. Ya, keputusannya sudah bulat, ia akan meninggalkan kota ini bersama anak yang berada di dalam kandungannya.

Ingatan saat kakek Fauzan mengatakan akan membunuh anaknya jika ia hamil membuat ia ketakutan. Anak dalam kandungannya tidak berdosa. Ia akan mempertahankannya,  bagaimanapun caranya. Dan, tidak boleh ada satu orangpun yang mengetahui kehamilannya, termasuk Fauzan.

"Be, makan dulu ya".

Belinda mengangguk mengikuti Fauzan, duduk dimeja makan. Belinda mentap Fauzan dengan perasaan sedih. Malam ini akan menjadi makan malam terakhir mereka.

Fauzan yang sadar akan tatapan Belinda, ia mengusap tangan Belinda. "Kenapa? Butuh sesuatu??"

"Nggak ada". Jawabnya sembari menyantap makanannya dengan hati tercabik-cabik.

Ia tidak akan bisa lagi melihat Fauzan sedekat ini. Jujur, ia marah dengan Fauzan, tapi, rasa cintanya kepada Fauzan membuatnya tidak bisa membenci Fauzan. Justru ia sedih, atau mungkin, anak dalam kandungannya juga ikut bersedih karena akan jauh dari ayahnya.

Belinda mengusap perutnya, kebiasaannya saat ini adalah mengusap perutnya, tempat dimana calon anaknya berada.

"Batra, kamu harus sering-sering mengingatkan Fauzan untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Fauzan agak bebal kalau disuruh makan". Ujar Belinda.

"Kamu juga jangan lupa temani Fauzan, jangan tinggalkan dia". Lanjutnya.

Fauzan menatap Belinda, "Ada kamu yang selalu ingatin saya Be". Kata Fauzan sembari meminum air putih.

Belinda memaksakan senyumnya, "Saya nggak akan selalu ada disamping kamu Fauzan, maksud saya, ketika kamu ada di kantor atau diluar, jadi Batra harus rajin-rajin mengingatkan kamu".

Batra diam-diam tersenyum mendengar perhatian kecil dari Belinda. Tanpa keduanya tahu, bahwa kata-kata Belinda mengandung makna tersendiri.

"Nona tenang saja". Sahut Batra.

Ketiganya kembali makan dengan khidmat. Selesai makan malam, Fauzan sudah berada di kamar, sementara Belinda mencuci piring dan Batra sedang sibuk meracik kopi.

"Batra".

"Iya, Nona?"

Belinda mengelap tangannya yang basah selepas mencuci piring lalu menatap Batra, "Saya titip Fauzan, dia suka lupa makan, tolong ingatkan dia. Bantu dia dalam hal apapun, jangan tinggalkan dia Batra."

Batra menatap Belinda yang tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca, kenapa kata-kata kekasih bosnya seperti kata-kata perpisahan.

"Itu sudah tugas saya Nona".

Belinda mengangguk, lalu pergi meninggalkan  Batra yang merasakan aura tidak enak. Belinda mendekati Fauzan yang sudah terlelap. Ia ikut berbaring disamping Fauzan, menatap Fauzan, merekam wajah Fauzan dalam ingatan dan hatinya.

Air mata Belinda mengalir begitu saja, "Saya sayang kamu, kamu harus bahagia Fauzan". Ujar Belinda serak sembari mengusap wajah Fauzan lalu mengecup dahinya.

Fauzan yang belum tidur membuka mata, melihat wanitanya menangis. "Be, kamu kenapa?"

Belinda menggeleng, "Gapapa, bahagia terus Fauzan,.

"Saya selalu bahagia sama kamu Be".

Belinda tersenyum, "Peluk saya Fauzan, saya pengen dipeluk kamu semalaman".

Fauzan terkekeh, "Lagi pengen dimanja hemm???"

Belinda mengangguk, ia membalikkan tubuhnya, membelakangi Fauzan, lalu menarik tangan Fauzan untuk memeluknya, menyentuh perutnya, tempat dimana calon anak mereka berada.

Air mata Belinda kembali mengalir, hatinya menghangat sekaligus bersedih. "Peluk saya seperti ini sampai pagi Fauzan", biar anak kita tahu kamu ayahnya. Lanjut Belinda dalam hati.

"Iya sayang, tidur ya, saya ngantuk". Ujar Fauzan sembari mengelus perut Belinda, hingga beberapa menit kemudian, Belinda sudah mendengar dengkuran halus Fauzan. Fauzan sudah tertidur dengan tangan yang sudah berhenti mengelus perutnya.

Ia menggenggam tangan Fauzan, menautkan jari-jari kecilnya ke jari-jari  besar Fauzan. Malam ini, akan menjadi malam terakhir ia merasakan pelukan Fauzan. Karena setelahnya, Fauzan akan memeluk wanita lain selain dirinya.

Membayangkan Fauzan akan memeluk wanita lain, hati Belinda berdenyut nyeri. Tapi, ia tidak bisa apa-apa. Saat keluarga Fauzan menolaknya, memintanya menjauhi Fauzan, jujur ia sedih. Tapi selama setahun ini, ia mampu bertahan.

Tapi, kali ini ia menyerah. Ia tidak ingin Fauzan dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Dan lagi, Fauzan akan bertunangan dengan wanita lain. Ia yakin, wanita itu adalah pilihan keluarganya, wanita yang sepadan dengan Fauzan. Bukan wanita seperti dirinya yang memiliki latar belakang buruk.

Ia akan membawa buah cinta mereka, ia tidak akan membiarkan siapapun mengetahui soal ini. Ia tidak ingin anaknya terluka karena berasal dari rahim seorang ibu seperti dirinya. Untuk itu, Belinda harus pergi jauh, meninggalkan semuanya, merelakan Fauzan sekalipun Belinda ingin mempertahankan Fauzan demi anaknya.

____________
Jangan lupa vote atau komennya ya. Makasi sudah membaca❤

Have Me (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang