Fauzan memasuki rumah kakeknya, Giorgio. Giorgio yang sedang membaca koran menoleh melihat kedatangan cucunya yang berantakan.
Giorgio melihat Fauzan yang berdiri didepannya dengan mata memerah. "Kenapa anda tega memperlakukan Belinda seperti ini".
Giorgio mengalihkan pandangannya.
"Anda yang menyerahkan undangan itu kan??"
Fauzan tersenyum kecut, "Anda keterlaluan, anda sudah membuat Belinda pergi."
"Bagus kalau wanita itu pergi".
"Saya nggak nyangka, anda sekejam ini. Saya mencintai Belinda, bagaimana bisa anda membuat Belinda pergi. Bagaimana bisa anda tidak berpikir jika Belinda tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Kenapa anda tidak pernah berpikir sedikit saja, bagaimana hidup Belinda setelah ini."
Giorgio melepaskan kacamatanya, "Wanita itu tidak pantas bersanding dengan kamu".
"Yang berhak menentukan pantas nggaknya itu saya".
"Lupakan saja wanita itu Fauzan, sebentar lagi pertunanganmu dengan Isabela akan terjadi, Isabela jauh lebih baik dari wanita itu".
"Fauzan tidak akan bertunangan dengan siapapun, apalagi Isabela." Ujar Fauzan lalu pergi meninggalkan Giorgio.
____________
Fauzan kembali mencari Belinda, kemanapun, ia tidak akan pernah berhenti mencari wanitanya. Batra yang menemani Fauzan mendadak sangat iba, Batra tidak pernah melihat Fauzan tidak pernah sekacau ini.
"Batra,"
"Ya Tuan??"
"Apa ada informasi soal Belinda?"
"Belum Tuan, Nona Belinda sepertinya pergi jauh dari kota ini".
Fauzan tersenyum kecut, mengusap matanya yang tiba-tiba berair. "Saya memang pengecut Batra, seharusnya saya mengatakan semuanya. Semalam, Belinda menangis, berkali-kali mengatakan 'saya sayang kamu Fauzan'. Kalau Belinda menyayangi saya, dia nggak mungkin pergi".
Fauzan mengepalkan tangannya, berharap rasa sakit hatinya berkurang.
"Kita pulang Batra, saya takut Belinda menunggu saya di rumahnya".
Batra melirik Fauzan lewat kaca depan, ia juga merasakan kesedihan atasannya itu. Bukan apa, Belinda wanita yang baik dan sangat ramah dengan semua anak buah Fauzan, termasuk kepada dirinya.
Jadi, setelah semalam ia memberikan informasi kepergian Belinda, semua anak buah Fauzan langsung bersedih dan bergerak mencari Belinda. Tapi, atasannya jauh lebih bersedih lagi.
Mobil sudah berhenti di rumah Belinda. Batra masih diam di dalam mobil, tak kuasa melihat Fauzan yang berkali-kali memanggil nama kekasihnya. Padahal, Belinda benar-benar pergi.
Fauzan tersenyum kecut, tertunduk melihat foto Belinda yang berada didinding tengah tersenyum, cantik.
"Padahal, kemarin malam, saya masih memeluk kamu Be, kita makan malam, tapi sekarang.... rasanya, ini seperti mimpi. Kamu meninggalkan saya".
Batra kembali melihat punggung Fauzan bergetar, ia mendekati Fauzan, menepuk bahu Fauzan.
"Jika Nona Belinda adalah orang yang ditakdirkan untuk anda, sejauh apapun Nona Belinda pergi, Nona Belinda akan kembali menjadi milik Tuan. Ada alasan kenapa Nona Belinda pergi, saat ini, tugas kita yaitu berusaha menemukan Nona". Ujar Batra.
_____________
Belinda mengusap mulutnya, ia kembali memuntahkan isi perutnya. Belinda berjalan menelusuri tempat kossan yang kini ditinggalinya. Kos-kossan sempit, dan panas karena tidak ada kipas didalam. Itu hal yang wajar, mengingat kos-kossan ini sangat murah.
Belinda berencana akan menjual mobilnya, sebagai tambahan untuk menyewa kontrakan dan sebagai tabungan. Sebenarnya, tabungannya masih ada, meski tidak banyak. Tapi, ia harus pintar mengelola keuangan dan menekan pengeluaran, masa depan anaknya masih panjang. Kelak, ia akan membutuhkan tabungan itu untuk anaknya.
Belum lagi, ia tidak mungkin bekerja sebagai dosen dan karyawan perusahaan. Keluarga Fauzan tidak main-main, mereka benar-benar membuktikan ucapannya.
Belinda mengelus perutnya, "Kalau suatu saat nanti, Mama nggak bisa memberikan kehidupan yang nyaman dan bahagia seperti anak-anak lainnya, tolong maafkan Mama nak. Tapi, satu hal yang harus kamu tau sayang, Mama tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu, termasuk keluarga Papa kamu. Mama minta maaf karena kamu terlahir dari rahim wanita seperti Mama".
Belinda merebahkan diri di ranjang sempit, tapi setidaknya tempat ini cukup nyaman. Seumur hidup, Belinda tidak pernah berada di tempat seperti ini. Belinda terlahir dari keluarga berada, dari kecil selalu mendapatkan fasilitas yang luar biasa nyaman.
Sekolah di tempat favorit, kuliah di universitas ternama sampai magister. Bahkan, meski saat kedua orang tuanya meninggalkannya, masih ada beberapa aset yang bisa ia miliki.
Tapi, saat ini, ia benar-benar berbeda. Tapi setidaknya, anaknya aman.
"Mama akan mengorbankan apapun untuk kamu nak, hati Mama, bahkan hidup Mama sekalipun."
Belinda mengambil handfhonenya, melihat potret dirinya dan Fauzan yang mengecup pipinya. "Suatu saat kalau kita kembali bertemu, saya harap kamu lebih bahagia dan mungkin kamu sudah memiliki anak-anak yang lucu".
Belinda mengusap air matanya, "Saya akan menghapus semua kenangan kita, kecuali anak kita. Saya akan menjaganya, karena hanya dia yang saya miliki".
Belinda benar-benar menghapus semua foto dirinya dengan Fauzan. Tapi ia selalu mengingat Fauzan, merekam wajah dan segala hal tentang Fauzan dalam hatinya.
____________
Jangan lupa vote dan komennya. Terimakasih sudah membaca❤.

KAMU SEDANG MEMBACA
Have Me (Selesai)
RomantikWarning! 🔞 Dimata Fauzan, Belinda adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat dirinya mampu merasakan cinta. Dimata keluarga Fauzan, Belinda wanita yang memiliki latar belakang buruk, tidak pantas bersanding dengan Fauzan, pewaris tunggal keka...