TUJUH BELAS

2.3K 414 259
                                    

Satu ketakutan Jeongwoo selama ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu ketakutan Jeongwoo selama ini. Dan ketakutan nya selama ini adalah ayahnya sendiri Jhonny.

Setiap kali dia pulang dan mengatakan dirinya sedang stress dengan pekerjaan nya dan ingin bersama dengan anaknya, itu bukanlah suatu hal yang baik.

Saat di rumah, Jhonny hanya akan meluapkan kekesalan nya pada dirinya. Maka dari itu Jeongwoo selalu menjauhkan Junghwan dengan sang ayah.

Dan hari ini, sepertinya sang ayah sedang dalam keadaan yang sangat pusing dengan pekerjaan nya.

"Ayah ..." lirih Jeongwoo yang di kunci pada sebuah gudang.

"Ayah buka pintunya," pintanya sudah sejak sore dan sekarang sudah malam.

"Ayah disini gelap, Jongu takut Ayah." ia mengetuk-ngetuk pintu gudang yang terkunci dari luar.

"Ayah tolong buka ..." tangan nya itu terus mengetuk walau dia tau tidak akan ada jawaban dari sang ayah.

Jeongwoo meremat perutnya yang terasa sakit karena dirinya yang belum memakan apapun.

"Ibu tolong Jongu," ujarnya dengan isakan yang akhirnya terdengar.

"Ibu Jongu cape, Jongu mau sama Ibu." sambungnya dan menangis dalam diam.

▪︎
▪︎
▪︎

"Nah, sudah makan malamnya dan minum obat. Sekarang kamu istirahat lagi ya," tutur Jhonny membenarkan selimut Junghwan.

"Buat kejadian siang tadi, apa perlu Ayah hukum Kakak kamu itu? Ayah bener-bener ngga habis pikir sama Kakak kamu itu," sambungnya mengusap rambut Junghwan dengan raut wajah khawatir.

Junghwan terlihat diam saja hingga dia berkata, "Jangan,"

"Jangan? Kamu yakin?"

"Uhm," balas Junghwan apa adanya.

Jhonny menghela nafas panjang, ia tiba-tiba saja mengambil tas kerjanya untuk mengambil kertas yang dimana Junghwan harus menandatangi nya.

"Nak ..."

"Hwan," ucapan Jhonny terpotong saat ada sebuah suara panggilan terdengar dengan sebuah kepala yang menyembul pada ruang rawat anaknya.

"Siapa?" bingung Jhonny dan sedikit kesal.

Riki, orang yang tadi menyembulkan kepalanya pada pintu ruangan Junghwan. Ia terlihat tersenyum kaku merasa tidak enak.

"Saya Riki, Om. Temen kelas Junghwan,"

Mendengar suara yang begitu Junghwan kenal, membuat dia yang tadi nya berniat untuk tidur jadi menolehkan kepala melihat tamu yang datang malam ini. Junghwan bangun dari posisi tidurnya dan memposisikan dirinya duduk bersandar.

BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang