Keringat Junghwan tampak beruraian karena terlalu lelah mengayuh sepeda nya. Di tambah dia yang tidak mengetahui letak sekolah barunya berada.
Tapi untung nya, beberapa warga sekitar dengan baik memberitahu Junghwan. Ia mengayuh sepedanya dengan cepat saat melihat pagar hampir di tutup.
"PAK, TUNGGU!" serunya dan segera menerobos masuk dengan sepedanya.
Satpam yang hampir menutup pagar tadi, geleng-geleng kepala melihat wajah yang tidak familiar di pandangan nya.
Junghwan mengayuh sepedanya itu sampai pada lapangan dimana para murid sedang melaksanakan upacara dengan kepala sekolah yang sedang memberi pidato.
"Untuk anak-anak sekalian ..."
Ckittt
Pidato itu tampak menggantung saat mendengar suara rem sepeda yang di hentikan secara mendadak.
Junghwan memarkirkan sepeda nya, tepat di samping dirinya yang sudah berbaris di belakang seorang siswi.
"Ekhem ... untuk anak-anak sekalian. Bapak harap ..." ucapan nya itu kembali tergantung karena Junghwan yang mendorong sepeda nya untuk berpindah ke barisan siswa laki-laki.
Dengan wajah tidak merasa bersalahnya, ia mencolek murid laki-laki yang tidak dia kenali. "Biasanya yang pendek di belakang,"
"Mundur, Hwan tinggi." Junghwan nampak menyempil dan siswa yang tadi di ajak bicaranya itu mundur.
Dan jangan lupakan sepeda yang dengan setia terparkir di sebelah Junghwan yang sedang tersenyum lebar.
"Gila," cemooh Jeongwoo yang memperhatikan dari barisan lain.
"Lo kenal dia?" tanyanya menyenggol Jeongwoo yang berada di samping nya.
"Ngga," jawab Jeongwoo cepat.
"Hm, kayaknya dia anak baru. Tapi nyalinya itu bisa juga, liat Pak kepala sekolah. Dia sampe cengo gitu," tuturnya dan tertawa kecil.
Dan orang yang sekarang menjadi topik pembicaraan para murid, nampak tenang saja dan memperhatikan sekolah barunya.
"Woah, besar banget sekolah nya." kagum Junghwan mengamati sekeliling nya.
▪︎
▪︎
▪︎Junghwan keluar dari ruang konseling bersama dengan wali kelasnya. Dia mendapatkan ceramahan panjang lebar karena keributan yang dia buat saat upacara.
"Bapak harap, tadi pagi ngga ke ulang lagi. Dan nanti, Bapak bakal panggil kamu masuk."
"Ngerti?" Junghwan menganggukan kepala nya cepat di depan sebuah kelas.
Wali kelas dari Junghwan itu masuk ke dalam dan meninggalkan nya sendiri. Ia menunggu nya dengan tenang dan sesekali melirik kanan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana
Short StoryJunghwan yang merasa tidak memiliki orang tua selain Nenek nya, tiba-tiba saja di buat terkejut dengan fakta jika dia masih memiliki Ayah. Ia yang terbiasa hidup di Desa bersama Neneknya, tiba-tiba saja di bawa ke sebuah perkotaan dimana Ayahnya itu...