Junghwan terlihat duduk di samping makam sang nenek. Ia mengusap lembut batu nisan sang nenek dengan pandangan mata yang terlihat sayu.
"Nek,"
"Kenapa secepet ini?" lirihnya dengan air mata yang memaksa untuk kembali jatuh.
"Hwan belum siap di tinggalin, Nenek."
"Tapi kenapa harus secepet ini Nek? Apa Hwan nakal makanya Nenek pergi ninggalin Hwan?"
"Atau Nenek marah karena Hwan yang jarang hubungi Nenek setelah tinggal di rumah Ayah?" dan akhirnya, air mata itu kembali jatuh. Ia tidak kuasa menahan air matanya, hatinya masih tidak bisa menerima ini semua.
"Hwan janji bakal berubah, Hwan janji bakal jadi anak baik. Hwan janji asalkan Nenek ngga ninggalin Hwan,"
"Hwan masih butuh Nenek," isaknya kembali terdengar dengan pundaknya yang bergetar. Junghwan meremat gundukan makam sang nenek dan menangis terisak.
Junghwan menangis tersedu-sedu di kesendirian nya di saat semua orang sudah kembali setelah selesai memakamkan neneknya.
Sedangkan Junghwan yang masih sakit itu memaksa ingin tetap di samping sang nenek.
Awan yang mendung itu perlahan-lahan mulai menjatuhkan rintikan hujan seakan tau kesedihan Junghwan.
Akan tetapi Junghwan tidak berniat beranjak dari tempatnya dan masih menangisi kepergian neneknya.
Hingga tiba-tiba dia tidak merasakan rintikan hujan itu mengenai tubuhnya. Dan saat mendongak, ia menemukan Jeongwoo dengan payung di tangan nya.
"Kak ..."
"Pulang, hujan." ujar Jeongwoo dengan nada terdengar ketus.
"Nenek lo juga ngga bakal suka liat lo disini terus,"
"Ayo pulang," Jeongwoo mengulurkan tangan nya ke arah sang adik.
Dan terlihat Junghwan yang diam beberapa saat hingga akhirnya dia bangun dan memilih untuk memeluk Jeongwoo.
"Kak," Junghwan kembali menangis di dalam pelukan sang kakak.
Jeongwoo mengusap lembut pundak adiknya itu dan berkata, "Nenek lo udah tenang disana. Jangan jadiin tangisan lo sebagai hambatan kebahagian Nenek lo disana,"
"Nenek lo bisa sedih," bukannya berhenti, Junghwan malah semakin menangis di pelukan nya.
Junghwan melepaskan pelukan nya dan terlihat lah wajahnya yang sembab karena terus menangis.
"Udah ya nangisnya, kita pulang." Jeongwoo mengusap sisa air mata pada wajah adiknya itu.
Junghwan menganggukan kepala nya dan akhirnya mereka berdua pulang pada kediaman Sofia.
Hujan juga semakin lebat. Dalam diam, Jeongwoo sedikit memiringkan payung nya agar Junghwan tidak terkena hujan dan merelakan sebagian bahunya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buana
Short StoryJunghwan yang merasa tidak memiliki orang tua selain Nenek nya, tiba-tiba saja di buat terkejut dengan fakta jika dia masih memiliki Ayah. Ia yang terbiasa hidup di Desa bersama Neneknya, tiba-tiba saja di bawa ke sebuah perkotaan dimana Ayahnya itu...