DUA PULUH TIGA

2.3K 352 386
                                    

Maniknya tampak mengerjap untuk menjernihkan pandangan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maniknya tampak mengerjap untuk menjernihkan pandangan nya. Dan betapa terkejutnya Jeongwoo saat melihat Junghwan duduk di samping brangkarnya.

"Ini kenapa?" Junghwan menyentuh sudut bibir sang kakak yang terluka.

Jeongwoo menarik tangan adiknya itu dari wajahnya dan tersenyum. "Ngga sengaja jatoh,"

"Bohong lagi ya," gumam Junghwan yang masih dapat Jeongwoo dengar dan menatap leher Jeongwoo yang masih meninggalkan bekas.

"Sebenernya, Kak Jongu anggap Hwan apa disini? Kenapa harus selalu bohong?"

"Apa Hwan emang ngga sepantes itu buat tau tentang Kak Jongu,"

"Gue cuman ngga mau buat lo kepikiran dan tambah sakit," timpal Jeongwoo tidak ingin membuat adiknya salah paham.

"Tapi Kakak juga sakit," sahut Junghwan cepat membuat Jeongwoo diam.

"Kenapa selalu nyimpen semuanya sendirian? Kakak yang selalu diam gini tuh buat Hwan bingung,"

"Hwan bingung harus ngelakuin apa kalo Kakak cuman diem dan mendem semuanya sendiri," ujarnya terdengar sangat frustasi.

"Lo ngga perlu ngelakuin apapun, cukup ada di samping gue."

Junghwan menghela nafas panjang dan berakhir hanya diam setelahnya. Di dalam ruangan Jeongwoo itu seketika terasa canggung karena mereka berdua.

Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan lagi. Sampai akhirnya Juhghwan yang berniat pergi segera di tahan oleh Jeongwoo.

"Ayah datang kesini ..." ucap Jeongwoo akhirnya berbicara walau terselip keraguan.

"Ayah marah karena kita kabur dari rumah,"

"Dan Kakak ... Kakak takut, Dek." lirihnya di akhir kalimat.

"Sakit ..."

"Semuanya sakit, Kakak ngga mau di pukul." maniknya terlihat mencoba untuk menahan air mata agar tidak jatuh.

Namun pertahanan nya itu akhirnya hancur saat Junghwan menggenggam tangan nya dan menariknya ke dalam pelukan nya yang hangat.

"Kakak ngga mau di pukul Ayah lagi,"

"Kakak takut,"

"Tolong ..." lirihnya dan menangis terisak di pelukan Junghwan.

Dan Junghwan juga tampak menitihkan air matanya merasa tidak kuat mendengar suara lirihan sang kakak.

"Ayah ngga akan bakal datang lagi buat mukul Kakak,"

"Hwan udah janji bakal jagain Kakak dari Ayah,"

"Hwan bakal selalu ada di samping Kak Jongu,"

"Dan kita ngga akan pernah balik ke rumah itu lagi, kita bakal pergi sejauh mungkin dari Ayah."

BuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang