7. Mengambil Bintang

2.8K 291 7
                                    

Javas memapah Regina menuruni tangga dari kamar mandi, lantas dibawanya terbang menuju atap Mansion.

"Ini namanya malam."

Regina mendongak, menatap langit hitam yang tak lagi terang. Gelap dan suram, tapi terlihat indah berbeda dari atap penjara.

"Itu apa?" tangan Regina menunjuk bentuk bulat terang di atas langit.

Javas turut mendongak, "Itu bulan, yang menerangi malam."

"Lalu yang kecil-kecil tersebar itu apa, Javas?"

"Itu bintang, tapi walau begitu bintang sangaatt besar. Jaraknya juga sangat jauh dari kita, sehingga bintang tampak sangat kecil dari sudut pandang kita."

Regina diam mengamati benda-benda asing yang baru dilihatnya. Hanya ada satu kata yang mendefinisikan perasaan saat ini, "Indah."

Hari ini Regina mengerti, bahwa gelap tak selalu seram. Jika gelap itu ada bulan, bintang, dan Javas, maka gelap akan terasa indah menyenangkan.

"Dari bulan dan bintang, mana yang paling kau suka?" tanya Javas yang memecah lamunan.

"Aku suka bintang ... indah dan banyak." Regina menatap Javas yang duduk di sampingnya, "Bisakah Javas membawa satu bintang untukku?"

"Kamu ingin satu bintang?"

"Um, bisakah? Setelah bintang turun, kamu bisa memakanku dengan nikmat."

Javas tersenyum gemas, dicubitnya pipi Regina yang masih sedikit tirus kurus. "Aku tidak akan memakanmu, percaya itu." tegasnya lantas berdiri.

"Mau ke mana, Javas?"

"Mengambil bintang untukmu."

Regina ikut berdiri senang, "Benarkah?!"

Javas mengangguk, diciumnya kening Regina lalu mulai melayang di udara, "Kembali ke kamar dan tidur. Aku akan mengambil satu bintang untukmu, besok aku pastikan bintangnya sudah turun."

"Pergilah dulu," Regina tersenyum lebar, "Aku ingin melihatmu terbang."

Javas yang hanya berbalut kain sederhana itu terbang, ujung kainnya melayang-layang di udara bak selendang. Daksa tinggi lelaki itu semakin jauh dan mengecil, lalu tidak terlihat lagi dalam pandangan.

Regina duduk lagi, diam dan menunggu. Gadis itu tidak ingin kembali ke kamar dan tidur, ia terlalu bersemangat untuk menunggu satu bintang yang dibawa Javas untuknya.

Seberapa terang bintang itu? Jika ada bintang, semuanya akan menjadi terang.

Regina tidak sabar.

Membayangkan indahnya hirup udara bersama bintang di dekatnya, membuat Regina mulai mengantuk. Gadis itu menelungkupkan wajahnya melamun, angin malam berhembus membuat Regina kedinginan. Tapi walau begitu, Regina tetap tidak ingin kembali.

Pandangan mulai memberat, napas mulai seirama, Regina sudah terbang ke alam mimpinya. Tidur sendirian di atas atap Mansion, bersama bulan dan bintang. Tak pernah dalam hidup Regina berpikir akan merasakan indahnya interaksi alam seperti ini.

Semoga keindahan bisa bertahan lama, semoga terang selalu bersama.

Biarkan Regina tertidur dengan lelap.

"Dasar bandel." Javas yang entah sudah sejak kapan duduk di sampingnya bergumam. Tubuh Regina sudah dibalut oleh kain yang sama dipakai Javas, melindungi Regina dari rasa dingin luar biasa.

Langit memang masih malam, tapi mereka berdua dalam terang. Dingin yang dirasakan Regina seolah dihempas begitu saja dengan kehangatan yang nyaman.

Javas menarik Regina ke dalam pelukannya, "Kita belum pernah mencoba tidur di atas Mansion. Ayo kita tidur bersama malam ini, di atas Mansion dan bersama bintang."

Mata Javas ikut tertutup, napasnya mulai selaras dengan Regina yang sudah nyenyak. Mereka berdua tidur berpelukan berbagi hangat, bersama bintang raksasa yang sudah berdiam di depan mereka.

Bintang yang Javas bawa susah payah demi pujaan hatinya.

Bintang yang akan menjadi terang untuk Regina.

REGINA: Don't Want to DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang