Regina jadi lupa waktu. Sudah genap seminggu ia hidup di Mansion mewah milik Javas, lelaki yang mengaku sebagai suaminya. Javas benar-benar bersikap baik, memperlakukan Regina bak putri paling cantik. Regina sejenak lupa, bahwa Javas adalah naga hitam yang merupakan raja dari seluruh rasnya.
"Kupikir kamu tidak takut."
Helaian rambut perak Regina terhembus ke belakang, tubuhnya diam tak berkutik. Tepat di depannya, ada sebuah wajah hewan raksasa yang menghembuskan napas berat.
Sosok asli sang naga hitam, tidak lagi dengan manusia yang berselimut kain sederhana. Naga itu memiliki mata hitam setajam mata ular, dengan sisik yang tampaknya lebih tajam dari pedang milik ksatria kekaisaran. Saat mulut Javas terbuka, suara penuh intimidasi merapah ke seluruh indra yang Regina punya. Gigi-gigi tajam tampak jelas bagai siap menyantap. Lehernya tidak terlalu panjang, tapi tampak sangat jantan dengan kulit sekuat baja. Mungkin kulit itu seratus kali lebih kuat dari zirah para ksatria.
Tubuh Javas sangat besar bahkan lebih besar daripada ukuran Mansion miliknya. Dengan empat kaki yang menyentuh tanah, kuku setajam belati mencengkeram rerumputan yang tidak bersalah. Ada dua sayap yang tampak sangat megah, hingga sedetik gerakan bisa menghamburkan ratusan barang di sekitarnya.
"Naga hitam," Regina gemetar. "Apa benar kamu Javas?"
Seorang Javas yang ada di ingatan Regina adalah lelaki baik dengan wajah semurni mutiara. Dan naga hitam di depannya, tampak sangat garang seolah siap menyantap Regina detik itu juga.
Saat Javas membusungkan dada, langit pagi cerah menjadi keruh. Awan-awan menyatu tepat di atas kepala naga itu, menciptakan petir yang tak tertandingi seramnya di seluruh benua. Mata tajam milik Javas mengunci tubuh kecil Regina, berusaha menunjukkan tatapan paling lembut yang ia punya.
"Kamu sangat menyeramkan!" pekik Regina yang kini terduduk lemas di atas tanah.
"Aku tidak akan memakanmu, Sayang." Javas berbicara perlahan. "Apa kamu belum bisa mempercayai aku? Kamu membuatku sangat kecewa."
Regina tersentak. "Oh! Bukan begitu! Aku sangat percaya pada Javas."
Naga hitam itu tampak tertawa singkat, lalu tiba-tiba ada hembusan angin super kencang yang hampir menerbangkan daksa mungil milik Regina. "Kamu percaya padaku?" tubuh seorang manusia mendekat, ah, itu Javas yang sudah kembali dalam bentuk manusianya. Dengan kain sederhana yang melilit sebagian tubuhnya, Regina sangat senang dengan penampilan familiar ini.
"Aku percaya." jawab Regina dengan wajah serius.
"Kenapa?"
Regina memainkan kain di lengan Javas. "Kamu sangat baik. Memberiku daging setiap hari, menurunkan bintang, dan menunjukkan betapa indah interaksi alam. Juga ... belajar apa itu sayang."
Javas tersenyum. "Kamu sayang padaku?"
"Mungkin." lirih Regina lalu menatap kedua mata Javas yang tak setajam sebelumnya. Kedua kaki gadis itu berjinjit, lantas diciumnya kening Javas dengan susah payah. Saat jarak mereka sangat dekat Regina mencium aroma yang sangat khas. Seperti aroma hutan yang menenangkan, Regina suka tiap indranya mencium ini. Kening itu dikecup singkat, Regina lekas-lekas menunduk dengan ekspresi serius.
"Ketika aku cium seperti ini, hatiku berdebar sekali." Regina mengangguk yakin. "Kurasa itu arti sayang yang kamu jelaskan padaku, Javas."
Melihat itu Java tertawa kecil. "Kamu menciumku hanya untuk memastkan perasaanmu?"
"Ya ... kenapa?"
"Itu jahat sekali, tahu." ekspresi Javas berubah sedih, seolah menjadi pria termalang di dunia. Ini seperti kamu memermainkan perasaan orang lain."
Regina pun menjadi gelagapan, dia membuat naga yang agung sedih! Bagaimana ini ... dia sudah jadi manusia jahat. "Maafkan aku, apa yang bisa kulakukan untukmu?"
"Cium aku lagi di pipi sini," Javas menunjuk pipinya. "Kali ini dengan perasaan yang tulus."
"Oh ...." Regina diam-diam lega, permintaan yang sangat mudah dari apa yang gadis itu pikirkan. Kali ini ia menatap Javas yang juga menatapnya dalam. Rasa malu tiba-tiba saja mampir, suasannya berbeda dengan tadi. Tak mau malu lebih lama, Regina segera mendekat dengan berjinjit untuk menggapai pipi lelaki di depannya. Diciumnya singkat pipi itu.
Javas tersenyum manis. "Aku mencintaimu."
"...." Regina diam dengan muka yang terpaling ke samping. Mencium seseorang dengan maksud tulus dari hati, ternyata sangat memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGINA: Don't Want to Die
Fantasy[UPDATE 2 BAB SETIAP HARI] Regina pemilik rambut perak terkutuk dan harus hidup sebagai persembahan sang naga hitam, Javas. Belasan tahun ia dibesarkan dalam penjara, akhirnya Regina akan dibawa pada sang naga. Javas tersenyum merentangkan kedua le...