19. Tiada Kiamat Kedua Kalinya!

1.6K 150 9
                                    

"Maafkan aku." Regina mengusap jemari kasar Javas yang gemetaran mengingat masa lalu.

"Minta maaf? Untuk apa?"

"Aku tega sekali meninggalkanmu berkali-kali." gumam Regina lantas menyentuh dada suaminya. "Di sini pasti sakit sekali, ya?"

Javas tersenyum masygul. "Sakit sekali, Sayang. Dan sekarang aku harus melihatmu mati lagi tanpa bisa berbuat apa-apa. Rasanya harga diriku sebagai naga ini hancur. Naga hitam hebat yang melindungi Kekaisaran, tidak bisa berbuat apa-apa saat istrinya meninggal."

"Bukan salahmu." tegas Regina dengan suara lemasnya.

Saat Javas ingin memeluk Regina yang pucat pasi, tiba-tiba riuh terdengar di luar gedung Istana. Segera lelaki itu mengintip di balik jendela. Ratusan, tidak, ribuan warga Kekaisaran berkumpul jadi satu di depan gerbang besar Istana.

Wajah mereka ketakutan, marah, penuh kecemasan. Bersama-sama mereka meraung meminta keselamatan. Saling memeluk takut, mata dan mulut yang berbicara.

"Katanya naga hitam ada di Istana, mana?!" teriak salah satu warga yang salah satu kakinya berdarah tertimpa gedung. "Kenapa bisa ada gempa!"

"Benar, kami meminta keselamatan! Bukankah tugas naga hitam untuk melindungi Kekaisaran ini? Kenapa bisa ada gempa, Naga hitam!"

Sesosok bocah cilik menangis dengan boneka di tangannya. "Keluargaku semuanya meninggal tertimpa rumah. Tuan naga, kenapa?"

"Kami tidak mau. Tiada kiamat kedua kalinya!"

Regina menatap Javas yang terdiam tanpa ekspresi. Walau begitu Regina tahu, gemetar jemarinya menjadi bukti yang mewakilkan kegelisahan Javas selama ini.

"Gempa ini karena para naga yang memberontak." ucap Javas menatap istrinya. "Sekarang banyak sekali manusia yang tiada, mereka marah."

"Lalu bagaimana?" tanya Regina cemas.

Melihat Regina yang mencemaskan dirinya membuat suasana hati Javas membaik. "Para manusia ini tidak tahu diri, mereka tidak akan mengerti. Usaha yang ribuan tahun aku lakukan demi mereka tanpa bayaran, sedikit kesalahan membuat para manusia itu murka. Jujur saja, aku lelah, Sayang."

Brak!

Pintu kamar tiba-tiba saja dibuka tanpa izin. Kaisar Tarandea datang dengan wajah murka. "Lihat, Tuan naga! Sekarang seisi Kekaisaran marah, sebenarnya ada apa dengan gempa ini?!"

"Ada apa?"

Naga hitam tidak merespon antusias, hal itu membuat Kaisar terpancing amarahnya hingga di luar batas toleransi. "Tentu saja ini tanggung jawab anda, Tuan! Lihat banyak manusia yang meninggal, anak kecil kehilangan ibunya. Anda harus membayar penderitaan manusia!"

"Aku harus membayar?" Javas tertawa. "Hahaha! Ribuan tahun aku melindungi kalian tanpa bayaran. Manusia tidak akan tahu penderitaan yang kupunya saat berusaha menjaga keseimbangan Kekaisaran ini."

"Tanpa bayaran? Maaf saja, kami selalu menghaturkan gadis terkutuk berambut perak itu pada anda!" sangkal Kaisar juga penuh amarah.

"Gadis terkutuk? Haha, kalian semua bodoh. Regina adalah teman hidupku yang diberi takdir dan langit untukku selama ribuan tahun. Seenaknya kamu berucap jika dia terkutuk? Persembahan? Kau tidak tahu malu!"

Sesuai berucap marah, Javas membuka jendela dan melayang di udara. Menatap ribuan manusia yang meminta keadilan, mereka memandang Javas dengan amarah.

"Sebenarnya apa, sih, yang selama ini kau lakukan, Naga!" bentak pria tua. "Dasar, kau tidak becus melindungi kami semua! Lihat banyak manusia meninggal!"

"Kalian pikir aku bawahan kalian? Petugas pelindung nyawa kalian?" Javas tersenyum menatap ribuan manusia yang bagai pasukan semut. "Aku ini naga hitam!"

Angin kencang keluar dari bentakan Javas yang membuat beberapa manusia terjungkal ke belakang. Merasakan kekuatan hebat dari naga hitam, membuat para manusia tak lagi berani bicara.

Javas memandang tegas. "Jika aku ingin membuat Kekaisaran ini kiamat untuk kedua kalinya, aku bisa."

REGINA: Don't Want to DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang